Senin, 10 September 2012

BACK TO SCHOOL

Senin, 27 Agustus 2012.
Hari pertama kembali sekolah lagi. Saya kembali mengajar. Tapi hari ini anak – anak tidak langsung mendapatkan pelajaran. Alasannya yang pertama karena ada ‘selametan’ untuk menaikkan atap gedung TK yang baru. Selain itu, karena tsayatnya anak - anak akan kaget karena sudah 2 minggu libur sekolah. Maka hari ini di kelas hanya bernyanyi dan bercerita pengalaman selama liburan serta pembagian makanan ‘selametan’ tersebut.
Yang pasti, dari saya sendiri merasa kalau hari pertama ini sangat kacau. Karena memang saya sendiri lupa beberapa nama murid saya, dan kadang terlalu lama untuk menyebutkan nama mereka dan lebih parah lagi sering keliru menyebut nama anak A dengan nama anak B.
Dari anak – anak sendiri hari ini banyak yang mogok sekolah. Contohnya saja adalah Akbar. Akbar yang biasanya diantar Ibunya, dan hari ini harus berangkat bersama kakaknya yang sekolah di SD akhirnya ia mogok sekolah. Dia hanya duduk di depan balai desa (karena gedung belum selesai). Saya hampiri dan saya bujuk ia pun tidak bergeming. Sampai Bapaknya datang, ia baru mau masuk kelas. Tapi tak lama setelah membeli es ia pun mogok kembali dan akhirnya dibawa pulang.
Ketika acara puncak pembagian makanan ‘selametan’ itu akan berjalan, saya teringat dengan salah satu murid saya. Ya, Sinta. Dia menghilang. Anak yang selama ini paling tidak tanggap dan paling susah diatur. Saya cari. Ternyata ia membeli jajan ke kantin SD. Saya tunggu. Akhirnya dia muncul juga. Akhirnya kubariskan ia di barisan bersama teman – temannya. Yang sangat saya sayangkan, selama ini orang termasuk guru yang selama ini mengajarnya sering memandang dari kekurangan Sinta. Secara psikologis ia memang bermasalah. Meskipun ini hanya praduga saya saja. Tapi ketika saya analisa berdasarkan ilmu yang saya dapatkan selama kuliah, dia memang butuh perlsayaan tersendiri. Tapi orang yang ada di sekitarnya terlalu cepat menge-judge ia dengan sebutan anak IDIOT. Bukan. Ia tak idiot karena ia bisa menghasilkan karya, mewarnai gambar dengan gradasi warna yang luar biasa. Dia ISTIMEWA.
Saya hanya berharap ia bisa bertemu dengan orang yang tepat. Bahkan harapan besar berada di tangan orangtuanya. Saya ingin sekali meyakinkan kepada orangtuanya kalau dia istimewa. Secepatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar