Selasa, 30 Juli 2013

Belajar Setia dari Induk Ayam


Anda pasti tahu, bahwa manusia adalah sebaik-baiknya makhluk Allah. Manusia diciptakan lengkap dengan akal dan nafsu. Sedangkan makhluk lain? Tak sesempurna manusia. Tapi adakalanya pelajaran penting  justru datang dari makhluk lain meskipun mereka tak berakal ataupun bernafsu.
induk ayam menjaga anaknya yang sudah mati
Saya ambil foto ini di depan rumah pada Selasa, 16 Juli 2013 pukul 15:18 WIB. Begitu cintanya sang induk sampai-sampai menunggu anaknya yang sudah mati karena terlindas sepeda si mbah (nggak sengaja). Ini adalah hewan, betapa dahsyat Allah menciptakan segala sesuatu di dunia ini untuk mengingatkan kita.
Bagaimana untuk manusia sendiri? Setiakah wahai induk-induk manusia, ibu dari anak-anak manusia?
Setia, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berartikan patuh, taat, dan berpegang teguh. Setia ibu lebih dari segalanya, melebihi artian pada sebuah kamus. Setia untuk memilih hamil, mengandung, melahirkan, sampai menemani untuk mengurus cucunya nanti. Namun apakah semuanya?

Irfan dan ibu
Apakah kenal Irfan peserta Hafidz Indonesia? Saya hanya mengetahuinya sekilas. Dia adalah salah satu kontestan Hafidz Indonesia tapi saya kurang paham kontestan pada minggu yang ke berapa. Yang saya tahu, dia adalah hafidz yang tak beribu. Tidak meninggal, melainkan sejak kecil dia ditinggalkan ibunya dan kini dibesarkan di sebuah pondok pesantren. Tapi tak tahu juga sekarang bagaimana keadaannya.
Ini penampilan Irfan ketika di Dahsyat

 
Kelu rasanya, ketika semua kontestan ditemani dan dibanggakan oleh banyak keluarganya, Irfan tak begitu. Bahkan ia tak mengenal siapa ibunya. Ya Allah, kuatkah saya jika berada di posisi Irfan?
Ini adalah kali pertama saya menangis lebay ketika menonton Hafidz Indonesia saat detik-detik eliminasi. Betapa tidak, bocah semacam Irfan ini mampu berdiri setegak itu tanpa belaian ibunya. Mampukah saya? Astagfirullah... Apakah Anda juga akan sekuat Irfan? Melihat ibu sakit saja rasanya ingin menangis memohon sama Allah semoga sakitnya ibu segera diangkat, kalaupun bisa saya bersedia menggantikan posisi ibu. Irfan, walaupun tidak menjadi juara Hafidz Indonesia, saya rasa Irfan sudah banyak menginspirasi banyak orang.
Banyak sekali dukungan dari pemirsa Hafidz Indonesia untuk Irfan, baik di Twitter maupun di Facebook. Hal itu menunjukkan bahwa Irfan memang anak yang hebat.
Dukungan untuk Irfan di twitter

Rena dan ibu
Beda cerita dengan yang satu ini. Rena Aulia Saputri, dia adalah keponakan saya. Rena memang tak semalang Irfan, tapi semenjak dia mulai belajar berjalan dia ditinggal ibunya untuk mengadu nasib di negeri orang. Dibesarkanlah dia oleh tangan orang banyak, termasuk keluarga saya.
Kini usianya hampir 4 tahun, dan apa yang terjadi ketika ibunya pulang? Dia begitu asing pada ibunya. Tak mau disentuh, tak mau bermain bersama, apalagi tidur bersama. Yang dia mau hanya uangnya. Wajarkah ini? Apakah semua anak korban ibu yang jadi TKI seperti Rena?
Rena awal masuk TK Kecil
Ada sebongkah rasa rindu di mata Rena. Tapi rasa dendam dalam dirinya lebih membara. Rasa di mana dia mulai bisa menghakimi ibunya karena selama ini meninggalkannya. Terlebih neneknya selama ini memiliki gaya mengasuh yang sedikit kasar. Ya, rasa dendamnya hingga kini masih jelas meskipun ibunya sudah dua bulan di rumah.
Rena, semoga dengan bertambahnya usiamu nanti kamu bisa berubah. Kasihan ibumu. Senaif-naifnya, se-childish-nya ibumu, dia tetap perempuan yang melahirkanmu.
Usut punya usut ternyata anak tetangga dulunya juga punya konflik yang sama dengan sang buah hati. Karena ditinggal selama bertahun-tahun, ketika ibunya pulang sikapnya sama persis seperti Rena. Tapi kini sudah kembali layaknya hubungan anak dan ibu. Semoga itu juga akan berlaku untuk Rena. Aamiin.
Saya selaku perempuan, bakal jadi ibu juga, tidak banyak yang bisa saya katakan. Yang saya tahu dari ibu saya selama mengasuh saya  21 tahun ini bahwa menjadi ibu tak mudah. Dan yang menjadi catatan penting ibu untuk saya adalah “jadilah perempuan yang tidak boros”, hem...ya saya memang boros. Ini pasti berkaitan dengan finansial. Ah~ perempuan selalu berurusan dengan duit.
Dan di akhir postingan ini saya berdoaa untuk Irfan, semoga segera bertemu dengan ibunya. Untuk Rena? Peluklah ibumu dik... Untuk semua perempuan di dunia, mari belajar setia!

20 komentar:

  1. pesan terakhirnya mantaap "Jadilah perempuan yg tidak boros." Aamiin.. semoga bisa mengamalkan :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya aamiinkan juga Mbak, semoga kami perempuan yang tidak boros :)

      Hapus
  2. Subhanallah.
    postingan yang menyentuh. terima kasih ilmunya

    BalasHapus
  3. kadang anak bertingkah seperti itu karena merasa dia seharusnya layak mendapatkan kasih sayang dari ibunya....
    itu hanya sesaat karena dia juga bakal mengerti mengapa ibunya melakukannya.... (kalau dia mengerti, tergantung bagaimana dididiknya)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga ya, kasihan banget soalnya.
      Aamiin.

      Hapus
  4. setiap makluh hidup itu semua jadi pelajaran dan pengalaman untuk manusia ya mbak, oya blognya saya follow ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh iya mbak makasoh sudah difollow :)
      Pasti itu mbak, entah itu secara langsung ataupun tidak.

      Hapus
  5. aku ngerti perasaan Rena, aku pun yang sudah berumur gini juga masih belum bisa memaafkan orang yang darahny amengalir di dalam tubuhku. mungkin ini dendam, tapi sebenarnya aku tak ingin meneruskannya, hanya saja, cukup sulit.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nyesek banget ya Mbak :(
      Aku nggak bisa berkata apa-apa karena aku tidak merasakannya.
      Tapi mbak ayu sangat tegar, ya sangat tegar.

      Hapus
  6. Wowww... aku pengin komentarin blognya dulu. Waah selamat yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagaimana mbak?
      Punyamu kan jos markojos.
      Ini font-nya masih acakadul.

      Hapus
  7. memang hubungan batin itu mengikat secara lahiriah. Tidak bisa dipungkiri anak sekecil itu pun juga peka perasaannya. Mungkin dalam hati kecilnya bener2 tersiksa tidak bisa memeluk sosok bunda tercinta. Kehilangan kehangatan dan kasih sayang. Lewat terapi dan kebaikkan hati Allah semoga bisa mengembalikan separuh waktu yang terbuang begitu saja. Slm utk Rena, kponakannya ya non :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Mbak, ini anak malah nempel sama keluarga saya.
      saya lihatnya malah nggak tega, tapi ibunya juga agak kaku, kurang ngembok-i kalau menurut saya.

      Hapus
  8. aku yakin di suatu waktu Rena akan merindukan peluk cium ibunya, asalkan ibunya juga punya kerinduan yg sama

    aku loh mbak pernah ninggalin anakku pas dia blm 1 tahun usianya utk dinas luar 10 hari aja, begitu pulang anakku bingung liat diriku. pengin nangis rasanya. apa lagi ibunda Rena, pasti menangis darah di batin meskipun sikapnya kaku. semoga semua lekas membaik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mak gregel Mbak atiku baca komentar Mbak Uniek.
      Ibunya memang tampak gak peduli.
      Pernah pulang sekolah mbak pas sampe gang dia minta ibunya lewat jalan yang biasanya dilalui yang Rena lewat jalan kampung gitu.
      Aku sampe heran.
      Aamiin mbak, semoga. Terimakasih doa Mbak Uniek.

      Hapus
  9. ih terharu aku liat induk ayam nya, pasti dalam hati nya menangis ya ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Andaikan induk ayam itu bisa menangis, pasti sudah menangis mbak.

      Hapus
  10. mengharukan. my mom is everything :') mampir jg ke blog ku mbak :) http://kocakkacau.blogspot.com/2013/08/salahkan-jakunku-yang-kesasar-di-telinga.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hoaamm....Terimakasih :)
      Siap lagsung meluncur!

      Hapus