Sabtu, 05 April 2014

In Memoriam Ika Wulandari

Namanya Ika Wulandari, teman SD saya. Dulu, kami memang tak terlalu dekat, tapi karena sosoknya memiliki sifat yang hampir sama dengan saya-lah yang membuat saya nyaman ketika bersama dia. Betah bersama dia.

Saya ingat betul, ketika jam istirahat datang, kami selalu keluar dari sekolah dan pergi ke rumah Mbah Haji Tofa (jaraknya 1 KM dari sekolah). Ngapain? Kami manjat pohon kresen/talok bersama. Mengumpulkan kresen-kresen itu dan kembali ke sekolah ketika bel masuk tepat berbunyi. Selalu seperti itu.

Yang saya ingat tentang dia, Ika itu seorang kompetitor yang sportif banget. Dia adalah salah satu teman yang sering kali bersaing dengan saya dalam bidang olahraga. Dia sangat ramah, hangat, dan selalu saja ada yang dibicarakan saat bersama dia.

Terakhir kali saya bertemu dengannya saat Mbak Nurul (teman SD kami sekaligus tetangga dia) menikah, hampir setahun yang lalu. Hari itu-lah yang jadi hari terakhir kami bertemu dan mengobrol mengenang masa lalu. Ika...
***
Pagi itu, Kamis 3 April 2014, dia kembali kepelukan-Nya. Dia berpulang kepada Sang Pencipta. Saya tak kuasa saat mendengar namanya disebut oleh penyiar berita duka dari toa masjid. Ya Allah...kenapa Engkau jemput teman hamba secepat ini? Saya belum sempat bertemu dengannya. Menanyakan kabarnya dan memeluknya untuk sekedar mengucapkan, “Lekas sehat ya?”

Malamnya, saya berbicara pada diri saya sendiri, “Kapan ya saya jenguk Ika. Ini sudah gajian, saya harus jenguk dia. Ah, besok.” pikir saya saat itu. Tapi kenapa saya menjenguk dia saat dia sudah kembali kepada-Nya?

Ya Allah...inikah takdir-Mu?

Melihat kerandanya diangkat, hati saya rasanya remuk, Ika...kenapa kamu pergi secepat ini? Inikah jalan terbaik untukmu agar kamu bahagia di sana? Apakah kamu tahu saya hadir untuk menemuimu? Maaf..maaf...

Ya Allah...

Kenapa kemarin-kemarin saya menunda untuk menjenguk Ika? Bukankah saya bisa meminjam uang ke orang lain dulu nanti bisa diganti setelah gajian? Ya Allah...inilah rencana-Mu. Rencana-Mu yang begitu indah untuk teman hamba dan untuk kami yang masih ada di surga dunia-Mu ini.

Sedetik kemudian, saya, kami tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi. Melakukan yang terbaik adalah hal yang harus kita lakukan setiap detik, berbagi dengan yang lainnya, semampu kita.

Ika, semoga kamu bahagia di sana. Maafkan saya...maaf karena tak pernah sempat menjengukmu hanya karena masalah materi. Di sini, kami merindukan-Mu. Di sini kami belajar darimu. Kamu meninggalkan kami dengan cerita indah. Bahagialah di sana, teman. Di sini kami akan mendoakanmu.

Selamat jalan, teman.

3 komentar:

  1. Innalillahi wainnailaihi rijiun.... Semoga diterima setiap amal ibadahnya

    BalasHapus
  2. Innalillahi wa inna ilaihi radji'un
    turut berduka cita yah

    BalasHapus