Kamis, 10 April 2014

Kerja Tak Sesuai Jurusan, Masalah?

Sudah hampir 4 tahun saya kuliah S1 PGSD. Saat ini masih menyusun skripsi (tinggal merapikan dan melengkapi data) tapi tak kelar-kelar juga karena saya sok asik di dunia maya.

“Makanya nggak usah nge-blog terus, skripsi nggak kelar-kelar kan? Aku yang dulu kuliah biasa-biasa saja, bisa wisuda April, nah kamu?” ceplos seorang teman.
Saya membenarkan perkataan teman saya itu. Tapi saya juga tak mau menyalahkan kalau semua ini karena dunia blog yang saya geluti. Karena masih banyak lagi cerita yang tak perlu saya uraikan kenapa saya sampai gagal wisuda April ini. Cukup orang-orang tertentu saja yang tahu.

Oke, tinggalkan perkara skripsi, pelan-pelan dan secara pasti saya akan tetap memperjuangkannya. Saya tak perduli lagi celotehan orang-orang yang sangat iri dengan saya. Sudah, saya tahu kalau saya itu spesial. Hahaha...PEDE *gubrak

Belum wisuda bingung, sudah wisuda tambah bingung. Itulah yang kiranya teman-teman dan saya rasakan.

“Mau apa habis ini? Sudah daftar wisuda? Kok masih berkeliaran di kampus saja? Nggak daftar kerja di mana gitu atau apa-lah?” tanya saya pada teman yang sudah mau wisuda tapi masih sering nongkrong di kampus.
“Nemenin si itu, mau ini, mau itu.” jawabnya. 
“Nggak nyoba daftar kerja atau apa gitu?” tanya saya. 
“Wah, kalau daftar jadi guru honorer gajinya segitu, nggak cucuk. Mau kerja di luar itu apa? Kok nggak sesuai dengan jurusan. Rasanya kurang srek. Lagian ibuku juga bilang, masak lulusan S1 mau jadi pesuruh? Ibuku katanya nggak rela.” terang seorang teman.

Kerja tak sesuai jurusan. Saya dulu berpikir, kok mau ya? Terus ilmunya selama kuliah untuk apa? Nggak ada guna dong? Saya rasa itu adalah idealisme seorang mahasiswa. Betul? Masih gengsi untuk mengakui kalau dunia itu tak seindah yang dibayangkan, skripsi > wisuda > CPNS > Kerja > Berkeluarga. Oh ya? Lancar banget. Tapi kan ada yang kayak gitu? Berapa? Paling segelintir orang? Nah kalau itu tidak berpihak pada diri kita?
Sumber gambar DI SINI

Saya korelasikan dengan cerita saya. Sejak semester awal saya jadi guru honorer di TK (harusnya kan di SD ya? Kan jurusannya PGSD) dekat rumah, per bulan dapat gaji Rp 50.000. Dengan alasan ini dan itu saya akhirnya mengundurkan diri atas persetujuan ibu. Sekarang? Saya bingung mau kerja di mana nantinya. Dulu, saat masih semester 4 begitu banyak tawaran dari SD sekitar, tapi sekarang? Hilang semua.

“Ah...saya nanti kan bisa tetap aktif nulis di blog dan gabung lagi di komunitas A. Itu juga dapat bayaran untuk artikel yang saya buat.” Hibur diri saya.
"Tapi ilmu saya tidak terealisasikan dong?" timpal saya lagi.

Saya pikir makin ke sini rasanya itu akan menjadi beban ibu dan bapak. Anaknya yang di sekolahkan sampai S1 hanya ngejogrok di rumah meskipun berpenghasilan. Akhirnya saya mencari info sana-sini (belum maksimal sih) ada tawaran menjadi admin di SD IT (swasta). Nah, apakah harus saya coba? Padahal kan nggak sesuai dengan jurusan saya? Tapi sudah buat lamaran. Hehehe....Tak melangkah begitu saja. Berbagai saran dari orang-orang terpercaya saya kumpulkan.

“Ah, mending kamu cari di SD negeri saja, kalau di swasta kamu hanya buang-buang waktu.” kata si A.“Diambil ah, kan lumayan.” kata si B.“Ambil saja daripada ngganggur.” kata si C.

Nah, kalau menurut Anda bagaimana? Saya ambil atau tidak? Menurut Anda kerja tidak sesuai dengan jurusan kuliah itu seperti apa? Idealisme saya sebagai mahasiswa baru setengah-setengah nih. Mohon saran ya.

14 komentar:

  1. Diambil saja.. Anggap itu sebagai batu loncatan untuk nantinya kamu benar-benar bisa bekerja sesuai jurusan kamu.

    Contoh saja ya.. Saya lulusan IT, kemudian saya direkrut kerja dibagian surat menyurat. Terdengar aneh sih, tapi waktu itu saya membuat aplikasi agar surat menyurat ditempat saya kerja normal dan tak ada dobel nomer surat dll. Alhamdulillah.. Tak nyampek 5 bulan saya dipindah menjadi staf keuangan, dibagian surat saya tinggal, karena sudah aplikasinya dan semua orang sudah bisa membuat surat. Lalu dengan keuangan? Sama.. Saya akan bekerja sesuai dengan jurusan kuliah dulu..

    Jadi intinya, mau kerja apa pun, pandai-pandailah untuk memanage-nya, agar tak terlalu berat. Apalagi berbeda dengan jurusan kuliah.. Salam..

    BalasHapus
  2. Admin di SD swasta? Menurut saya dicoba saja. Gak papa koq. Banyak koq orang yang ternyata rejekinya memang bukan di bidangnya. Ada teman saya, S1nya jurusan Elektro Fak. Teknik. Tapi karena minat banget sama dunia pendidikan dia ngelamar beasiswa S2 bidang kependidikan (ilmu pendidikan) di Belanda, keterima. Lalu dia ngelamar kerja sebagai dosen fak ilmu pendidikan, diterima tanpa koneksi sama sekali.

    Lalu dia ngelamar lagi beasiswa S3 bidang pendidikan (makin spesialis tuh ilmunya, kayaknya yang urusan merancang kurikulum begitu) di Australia. Ketrima. Sekarang dia jadi sedikit doktor lulusan luar negeri di kampusnya dan dia sangat idealis malah lebih mempuni ilmunya dibanding banyak rekan2nya karena dia memang minatnya dari hati yang paling dalam. Tulus memang mau mengabdi di dunia pendidikan.

    Seandainya saya punya jalan hidup seperti dia, saya mungkin seperti jejaknya, Sy lulusan S1 Elektro tapi minat saya pada akhirnya ke bidang2 Psikologi Populer, Pendidikan Praktis, dan Pengembangan Diri. Gak nyambung ya? Sy pikir ini juga krn sistem pendidikan kita yang membuat kita gak menemukan minat kita yang sebenarnya sejak awal. Coba ketemu kan nyari studinya seputar itu. Tapi bisa jadi memang minat itu baru keluar di tengah2 saya kuliah gara2 saya aktif di HMJ dan suka baca buku2 pengembangan diri dan psikologi serta terlibat di pengkaderan mahasiswa.

    Sekarang saya gak merasa rugi. Krn jalan hidup saya warna-warni. Gak merasa sayang. Saya bersyukur dulu S1nya di jurusan saya yang kegiatan kemahasiswaannya hidup shg saya belajar banyak hal, terutama ketiga hal yg sy bilang menjadi minat saya. Ketiga hal itu membuat hidup saya makin kaya, membuat saya merasa semakin berarti. Sy terlibat dalam kegiatan pengembangan diri di kampus yang dikit perempuannya itu sampe saya lulus kuliah. Ilmu yang saya dapatkan saya pake sekarang buat anak2 saya dan buat nulis2 di blog. SY pikir ini jalan hidup saya.

    Dan kawan saya itu .. sahabat saya tepatnya, walau S3 dia suka diskusi sama saya yang cuma ibu rumah tangga ini karena gak banyak teman diskusi yang menurutnya sevisi di kampusnya padahal pendidikan mereka dan kerjaan mereka boleh dibilang mirip.

    Oya Ika .. sudah shalat istikharah? Shalat ya, sebanyak-banyaknya sampai dapat ketetapan hati. Kalo saya bilang ambil saja dulu tawaran itu. Tapi kalo sudah shalat ada ketetapan hati, ada petunjuk dari Allah ... insya Allah di situ jalan hidupmu.

    Hihi kayak pidato ya ... gutlak ....

    BalasHapus
  3. HahaHaha semua mahasiswa baru memang slalu begitu. Kadang pas awal2 kerja suka nyesek kenapa kita kerja kok nggak sesuai jurusan. Kayak yg saya alami. Tapi pas dijalani kita akan dapat jawabannya sendiri. Yakin deh diambil aja dl pekerjaannya. Dicoba. Kalo g cocok sebelum berenti cr tmpat kerja dl deh. Happy life :)

    BalasHapus
  4. Dulu sebelum menikah saya bekerja di farm ayam petelur sesuai dg jurusan sy dari fakultaas kedokteran hewan , tp setelah menikah ternyata waktu di farm menyita waktu, akhirnya sy mengajar kimia di SmA, lucu ya, tp saya banyak belajar, malah akhirnya saya lbh jago dr guru yg lulusan pend guru, krn cara saya mengajar lain dr yg lain yg membuat siswi jadi suka dg kimia., bahkan sy bisa lulus mendapatkan sertifikasi guru. Sekarang saat sy mulai senja ingin mulai banyak berbagi dg anak2kurang beruntung, ini lagi mau berhenti mengajar ,agar waktu sy bisa mendidik anak-anak kurang beruntung, mendongeng gak punya pengalaman tp sekarang sy banyak mendongeng dan banya belajar. Jadi kenapa kita takut untuk bekerja yg bukan bidangnya, setiap kemauan pastia da jalannya. dan aku bahagia dg pekerjaanku sekarang waalu tak sesuai dg bidangku

    BalasHapus
  5. Dulu selepas kuliah saya juga pecicilan ngelamar kerja dimana saja. Waktu itu saya nggak ngelihat jurusan saya apa, dari universitas apa. Yang penting saya bisa cari uang sendiri, bisa punya pengalaman, bisa nraktir keluarga kalo udah gajian,,,yang penting kerja saya halal dan barokah,,,alhamdulillah,,sedikit-sedikit bisa terwujud,,,t

    BalasHapus
  6. Saya juga masih mahasiswa yg lagi bingung pas keluar nanti mau jadi apa. Tapi kayaknya bakal kerja beda sama jurusan kuliah. Mungkin. Soalnya punya tanggung jawab nantinya jadi seorang suami, ya pasti kudu punya penghasilan gede.
    Kalau soal milih sih mungkin pake analisis SWOT, biar lebih afdol istikhoroh. Yg pasti ngeblog mah jangan distop. :D

    BalasHapus
  7. Mbak Ika, klo saya telaah, mbak Ika ini bingung antara setia sama ilmu yg dipelajari di kuliah dengan ambisi untuk mencari pekerjaan yang mensejahterakan ya? Bener nggak mbak? :)

    Gini mbak, kalau menurut saya sih bila kita ingin menerapkan ilmu yang kita pelajari pas kuliah itu adalah bagian dari pengabdian dan pengabdian itu nggak bisa diukur dengan materi, hanya rasa puas dari hati. Sedangkan pekerjaan yang mensejahterakan itu biasanya bukan jenis pekerjaan yang jenisnya pengabdian.

    Sebenarnya sih kalau dua-duanya mau dilakoni ya bisa saja, tapi bakal nggak maksimal. Ilmu yang diterapkan pas kuliah hanya segelintir dan ya nggak terlalu sejahtera. Tapi ah, bukannya sejahtera itu relatif ya? Mungkin juga di luar sana ada pekerjaan yang menerapkan semua ilmu yang mbak Ika pelajari di kuliah dan juga mensejahterakan. Cuma ya saat ini Mbak Ika belum tahu aja.

    Sebenarnya yang terpenting itu mbak Ika harus fokus nyamannya kerja apa. Jangan terkaburkan oleh perkaataan orang-orang dan nafsu di dalam diri. Bukankah kita nyari pekerjaan itu semata-mata karena kita nyaman dengan bidang tersebut? Mbak Ika juga kuliah hampir selesai salah satunya juga karena nyaman kan?

    Mengerjakan sesuatu itu jangan dalam kondisi terpaksa mbak, karena hasilnya nanti nggak baik dan rasanya nggak nyaman. Kenapa? Karena pekerjaan itu penuh tanggung-jawab dan kita harus memberikan yang terbaik untuk memenuhi tanggung-jawab tersebut.

    Jadi yang mau saya ungkapkan itu mbak, bekerjalah sesuai apa yang mbak Ika merasa nyaman dan berikan usaha yang terbaik. Insya Allah berkah mbak. Kesejahteraan itu datangnya dari Allah, hehehe.

    BalasHapus
  8. salahnya, niat kuliah buat cari kerja...sangat salah dan pikiran kuno dan tradisional, akibatnya ya begitu deh...:-)

    buka lapangan pekerjaan dan kuliah hanyalah sebagai jembatan membuka cakrawala...gituh lah seharusnya....pantesan indonesia telat majunya, masih tradisional seh pola pikirnya.

    BalasHapus
  9. Menurut saya ambil saja, saya setuju kata si C. Daripada nganggur ;)

    BalasHapus
  10. Maih banyak orang diluar sana yang mencari jalannya, jangan mikirin jurusan ini harus jadi ini. lulusan ini jadi ini.. monoton banget, ilmu didapat gak cuman dikampus gelar dipake cuman buat undangan pernikahan, setelah kerja minta tanda tangan aja nama saya cuman NIP sama Nama aja.. yang penting semangat,sikat, siap.. and ojolali berdoa.

    BalasHapus
  11. dari pada nganggur. sambil cari batu loncatan

    BalasHapus
  12. Mbak Niar kalo komentar segitu panjang sampe bisa lebih panjang daripada postingan yang dikomentari, hehe.

    Saya berpendapat, coba saja Ika. Saya yakin nanti potensi dan kompetensi Ika akan tetap bisa dipergunakan seiring berjalannya waktu.

    Yang penting enjoy, dan ingat: bekerja itu bisa menjadi terapi biar tetap happy asal dijalani dengan semangat dan rasa syukur.

    BalasHapus
  13. bukan masalha mbak ..!
    tapi gak enek biasanya , karena merasa terbebani gitu sih menurutku ..\
    salm kenal
    sutopo blogger jogja

    BalasHapus
  14. Kalau menurut saya diambil saja. Jadi inget ceritanya teman yang lain tentang ini. Paling tidak dengan ambil kesempatan bisa dapat pengalaman dan tentunya gaji. Sambil kerja bisa cari peluang lain yang lebih bagus. Dan menurut saya kuliah yang neda dengan jurusan itu gak masalah kok. Paling tidak dasar kerangka berpikir yang kita dapat waktu kuliah bisa dipakai.

    BalasHapus