Senin, 26 Mei 2014

Kembaran (Jauh) Al

Dalam keluarga besar saya, Abas sering dibilang mirip dengan Al. Itu lho anaknya Ahmad Dhani. Mirip nggak? Hihihi..

Hai kembaran (jauh) Al, sedang apa kau di sana?

Kemarin siang dia berangkat ke Solo. Bukan mlancong apalagi liburan melainkan bekerja di salah satu restoran di sana. Abas baru dinyatakan lulus dari SMK Farmasi tahun ini, belum juga ijazah-nya keluar tapi dia langsung berangkat kerja dengan bekal uang Rp 200.000 bersama temannya. 

Abas ini adalah adik keponakan saya. Orangnya itu pendiam tapi sekali ngomong, alamaaaak, A-Z pun jadi bahasan. Setahu saya dia itu mengidap insomnia, suka banget sama kopi, jarang banget tidur (lah iya insomnia kok ya), hobi banget nonton bola. Cocok deh.

Catatan penting yang saya dapatkan dari sosok Abas, dia tak suka meminta-minta dan tak suka berpangku tangan. Dia nekat pergi ke Solo dengan modal uang hanya Rp 200.000, padahal dia bisa minta sama nenek dan saudara lain agar dapat suntikan dana, tapi itu tidak ia lakukan.

“Aku pengen kuliah hukum, Mbak.” Cerita dia pada saya.
“Nggak lanjutin sesuai jurusan kamu saja, Farmasi?”
“Farmasi uangnya banyak, aku SMK saja mamak sudah meracau ke mana-mana apalagi kuliah.”
“Kerja dulu setahun baru kuliah.” Terang saya.

Saat saya seusia Abas saya tak pernah memiliki pikiran saya harus bekerja untuk bisa kuliah. Saya hanya tahu bapak ibuk pasti minta saya untuk kuliah saja. Oleh karena itu, kalau saya ada di posisi Abas belum tentu saya bisa sekuat dia.

Selama sekolah dia memang bukan tergolong anak yang cerdas. Bahkan cenderung biasa saja. Namun, dia tetap jadi orang penting di kelasnya. Ada acara apa dia yang handle, pergi ke mana dia yang handle. Padahal dia selalu menanggung rasa malu karena uang sekolahnya selalu nunggak. Semua itu karena menejemen ekonomi keluarganya-mamak yang kurang beres. Saya? Dulu waktu SMA saat telat 1 hari bayar SPP saya sudah ngambek nggak ketulungan, heeemm...

Pernah suatu pagi saat saya sedang menyapu di teras saya lihat Abas sedang mematut sepatunya. Tak lama kemudian dia pergi ke sumur. Apa yang dia lakukan? Membasahi sepatunya. Ya, sepatunya sudah njepluk, alias pudar warnanya dari hitam menjadi agak keputih-putih-an. Ya Allah... Sepatu saya banyak, tapi rasanya ingin beli lagi dan lagi. Dan adik saya...

Abas, nomor dua kiri 

Ya, saya tak mungkin sekuat Abas. Hei, kembaran Al! Ayo bertahan-lah di sana! Jadilah laki-laki tangguh setangguh postur badanmu. Mbak yakin suatu hari nanti kamu akan jadi orang sukses! Bertahanlah dalam keadaan apapun.


5 komentar:

  1. salut sm abas..jln pikirannya udh pjg,sukses ya al..eh bas :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak :D
      Saya juga cukup kagum dengan dia.

      Hapus
  2. Semangat ya Al...eh Bas...hehe..

    BalasHapus
  3. Terharu..
    Saya yg sering menggelapkan uang SPP dan bolos sekolah jd pengen taubat :D

    Mampir juga ya :) asiqurrahman.blogspot.com

    BalasHapus