Senin, 02 Juni 2014

Go! Sidang!

“Loh Mbak, kok kamu malah belum ACC? Padahal duluan Mbak lho bimbingannya.”
“Mbak, kamu kapan sidang kok tidak sidang-sidang?”

Ah, ucapan teman-teman itu rasanya sudah biasa di telinga saya. Bahkan sudah sangat kebal. Kalau dulu pertama kali ada yang bilang seperti itu rasanya nyesek banget. Hihi. Mungkin karena belum terbiasa. Kalau sekarang kan?

Ceritanya, saya sebenarnya bingung harus mengucapkan alhamdulilah atau astaghfirullah karena dapat dosen pembimbing yang perfecto. Sampai-sampai ibu bilang, “Yah, pas to perfeksionis ketemu perfeksionis, tidak kelar-kelar!” Hahahaha.

Dosen kedua saya itu memang masih muda, bisa jadi karena alasan itu beliau sangat menggebu-gebu dan perfeksionis banget kalau masalah revisi skripsi. Misalnya saja, tanda titik, koma, sampai lembar fotokopian yang ada bercaknya sedikit saja dikomentari. “Nanti ditambah ini ya, Mbak. Terus sini diganti gini. Terus ini taruh sini.” Ah, ini memang cerita saya yang mampu membuat teman-teman geleng-geleng bahkan prihatin dengan saya. Tapi saya? Sudah kebal.

Impian setiap mahasiswa tingkat akhir adalah segera di ACC skripsinya. Saya? Alhamdulillah sudaaaaaahhhhh *teriak. Ya, ACC dua dosen sudah saya kantongi. Tinggal minta tanda tangan dekan, dan daftar.

Eits!

“Mbak Ika jangan terburu-buru daftar sidang, dibaca ulang sampai semuanya benar-benar siap untuk disidangkan, ya.” kata dosen pembimbing saya yang paling cantik se-kantor dosen FKIP.

Ada cerita yang sempat membuat saya tidak nyenyak tidur (bukannya kalau belum ACC memang tidak bisa tidur nyenyak ya?) sebelum akhirnya ACC hari Sabtu kemarin. Rabu, saya mengumpulkan berkas bimbingan. Saya datang sekitar pukul 08.00 WIB, karena dulu beliau pernah bilang kalau mengumpulkan lagi ditinggal saja esoknya datang menghadap beliau. Saya pun melaksanakan perintah beliau dan kemudian mengirim SMS ke beliau memberitahukan kalau saya mengumpulkan bekas bimbingan. Selesai SMS saya pun pulang (mampir ke beberapa tempat dulu sih), sampai di rumah pukul 11.00 WIB, saya pun istirahat dan cerita dengan ibu kalau tidak bertemu dengan dosen pembimbing saya itu.

Tepat pukul 11.20 WIB beliau SMS meminta saya untuk bertemu dan beliau hanya bisa menemui saya sampai pukul 12.30 WIB. Waduh, perjalanan saya sampai kampus kan 1 jam, mana cukup? Saya pun mau minta izin ke ibu, e malah tidak dapat izin karena saya belum siap-siap, pas juga toa masjid mendengungkan suara adzan, "Besok Jumat saja lah, Dik. Ini sudah jam berapa? Nanti kamu buru-buru di jalan malah ada apa-apa." Oke, saya pun menuruti kata ibu.

Jumat, pukul 08.00 WIB saya sudah standby di kampus berharap sekali bisa bertemu dengan dosen saya itu. Karena sudah hampir pukul 09.000 WIB beliau tidak hadir juga saya pun mengirim SMS ke beliau menanyakan beliau akan ke kampus pukul berapa. Lamaa sekali beliau tidak datang, SMS balasan pun tak kunjung datang. Pukul 12.30 WIB akhirnya saya pun memutuskan untuk pulang karena harus jemput ibu di Salatiga. Tepat di depan gedung FKIP, teman yang juga menunggu beliau dapat SMS kalau beliau tidak bisa hadir dan akan ke kampus besok pagi. Olalalala... Saya yang daritadi SMS tidak di balas eh teman saya yang baru saja SMS di balas. Saya lihat hape saya, eh, tidak ada SMS. Baiklah saya pun pulang dengan kekecewaan yang menumpuk.

"Sabar, Mbak." kata teman.

Sabtu pagi, tepatnya pukul 08.00 WIB, saya pun melihat senyum manis dosen pembimbing saya itu. Tapi sebelumnya saya sudah masuk kantor dan melihat berkas bimbingan saya. Ternyata sudah ACC. Kenapa tak ada sensasi perasaan yang WOW ya dalam hati saya? Biasa, lebih tepatnya datar banget.

Dengan masih berbalut busana olahraga beliau menyapa saya, "Mbak, bentar ya, saya mau istirahat sebentar."

"Iya, Bu." Saya menunggu sampai 15 menit kemudian masuk ke kantor dan bertemu dengan beliau. Di dalam ya seperti biasa dapat wejangan A sampai Z, tapi ada kejadian terlangka. Apa coba? Saya ngobrol santai dengan tiga dosen (termasuk dosen pembimbing saya), dua diantaranya adalah dosen yang paling killer di kampus. Hihihi. Tahu apa yang kami obrolkan? Perkara hutan dan tanaman. Kami berbicara tanpa batas antara mahasiswa dan dosen killer, semua berjalan sangat menyenangkan apalagi saya yang dijadikan narasumber. Lebih WOW lagi ternyata dua dosen tersebut rumahnya masih satu kecamatan dengan saya. Alamaaakkkk...

Keluar kantor saya jadi tambah bingung harus senang atau malah cemberut setelah dapat ACC dari dosen saya yang satu ini? Ada rasa takut juga apakah skripsi saya ini nanti bisa saya pertanggung-jawabkan dengan baik. Bismillah saja ya? Sekarang mau revisi ulang, minta tanda tangan ke SD, minta tanda tangan ke dekan, baru daftar. Bismillah, ini tahap yang saya nantikan, semoga lancar. Agar saya bisa melanjutkan hidup saya dengan kegiatan yang selanjutnya.

Go! Sidang!

Saya percaya, kalau belum dijalani pasti bingung, setelah dijalani? Oooo...cuma gini doang ya? 

6 komentar:

  1. Semangat Mbaaaa... saya masih belum dapet ACC. :'D

    BalasHapus
  2. dosenku dulu juga killer mbk,udah janjian dibatalin,skripsi saya selesai tepat 1 tahun,,itupun saya ditinggal beliau haji tanpa ada dosen pengganti...akhirnya saya ke dekan dengan dukungan teman2,memberanikan diri minta pindah dosen pembimbing.mlm2 dosen tlpn saya dimarahi,akhirnya curhat sambil nangis saya...eh luluh itu dosen hahaha,berakhir dengan nilai A....dan ujian skripsinya lancarrrrrrrrrr banget,dah hafal soalnya hahahaha
    sukses ya mbk iak,,semangat!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga ini adalah tujuan yang terbaik untuk saya dari Allah, Mbak :D
      Terima kasih :D

      Hapus
  3. Semangat mbak! Cerita kita mrip sekali, mbaknya angkatan berapa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. INi artinya kalau kita tidak sendiri!
      Angkatan 2010.

      Hapus