Jumat, 29 Mei 2015

Hari Sial?

Assalamualaikum.

Benarkah semua hari itu baik? Tentu. Semua hari itu baik. Tak ada kata hari sial. Akan tetapi kalau tanpa sengaja setiap hari tertentu mengalami suatu kejadian yang tidak mengenakkan, apakah tidak boleh menyebutnya sebagai hari sial?

Saya memiliki hari sial. Sebut saja hari Kamis. Berkali-kali setiap hari Kamis tiba saya melebihkan doa agar segala yang buruk-buruk tidak terjadi. Tapi apa? Tetap terjadi. Apa mungkin hal itu dikarenakan otak saya yang sudah tersugesti bahwa hari Kamis akan terjadi suatu kejadian yang tidak mengenakkan sehingga apa yang seharusnya tidak terjadi eh justru terjadi? Entahlah.


Sampai akhirnya hari Kamis kemarin berlalu. Gugur sudah yang namanya hari Kamis adalah hari sial. Bagaimana tidak? Hari Kamis kemarin begitu banyak kejadian menyenangkan terjadi secara tak terduga. Pertama, kiriman pulsa dari hadiah lomba blog telah sampai. Kedua, dapat uang lelah dari teman guru sebagai apresiasi selama melatih siswa yang ikut lomba bulan lalu. Ketiga, sampai rumah dapat voucher belanja. Kurang apa coba kebahagiaan saya? Alhamdulillah...alhamdulillah...

Saking senangnya, saya tak sadar lho kalau hari itu adalah hari Kamis yang selama ini saya anggap sebagai hari sial. Sambil duduk selonjoran dan mengelus-elus perut, saya juga teringat kalau hari Kamis kemarin saya juga mengalami kejadian yang tidak mengenakkan. Apa itu?

Pas pulang sekolah, tiba-tiba ada truk yang melintas dengan kencangnya. Bisa ditebak dong apa yang terjadi kalau jalanan yang dilewati truk tersebut ada genangan air. Ya, sepatu dan kaos kaki saya sebelah kanan kotor kena air yang bercampur tanah. Oh tidaaakkk! Masih adakah hari sial itu setelah bertubi-tubi menerima kebahagiaan? Menurut Anda?

Rabu, 27 Mei 2015

Sales Masuk Sekolah

Ada sales masuk sekolah? Ada dong. Bahkan satu minggu bisa tiga kali lho datangnya. Tentu salesnya berbeda-beda.

Beberapa sales yang pernah datang ke sekolah diantaranya sales buku, alat tulis, kacamata, alat masak, baju sehari-hari, kaos olah raga, perlengkapan sekolah, alat pel, obat herbal, alat kesehatan, celana kolor, sampai sales kain pun tak pernah absen hadir. Nah, dari beberapa sales yang pernah hadir, saya paling suka kalau ada sales alat masak. Karena mereka pasti akan praktik masak dengan alat yang dibawa. Alhasil dapat makanan atau minuman gratis. Hihihi.

Satu pertanyaan yang sampai sekarang masih sering muncul dalam benak saya tiap kali ada sales datang ke sekolah, yaitu, apakah sekolah jadi makanan empuk bagi mereka? Apakah karena (mungkin) guru jarang punya waktu keluar sehingga mereka menggunakan kesempatan tersebut untuk memudahkan guru untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan tanpa harus capek-capek pergi keluar rumah setelah pulang sekolah? Enaknya lagi, sales juga menawarkan kredit lho untuk barang yang mereka jual. Ada juga yang pembayaran cicilan mulai dibayar setelah dua bulan pembelian. Enak kan?

Apakah semua guru tertarik dengan tawaran sales? Seringnya kalau di sekolah saya yang memborong adalah mereka yang ‘berduit’. Kalau GTT macam saya mah pelengkap saja. Kalau kata teman saya sih GTT itu tukang icip-icip dan tim hore. Hahahaha.
Salah satu sales sedang mempraktikkan juicer.
Maaf ya Pak, wajah aslinya saya ganti.
Masalah harga yang ditawarkan sales? Ah, pintar-pintarnya kita saja pilah-pilah. Kalau ada sales datang gitu saya sering mendengarkan guru lain tanya harga kemudian saya kroscek ke lapangan (tanya ibu di rumah atau pengalaman) atau lihat di internet. Hasilnya? Ya ada yang lebih murah tapi seringnya lebih mahal. Hihihi. Siap-siap aja keblondrok kalau kata orang Jawa.

Di balik itu semua ada juga lho cerita sedih tentang sales. Apa itu? Namanya juga orang dagang kadang ada yang beli sering juga tidak. Kasihan itu setelah capek-capek promosi eh tak ada yang beli. Mereka pindah tempat dengan tangan kosong. Hiks.

Oya, jadi guru itu harus cerdas. Salah satunya cerdas saat ada sales datang. Kok bisa? Iya, sering kali kalau ada sales barang-barang yang dijual itu sasarannya anak-anak tentu mereka akan masuk ke kelas. Nah, misalnya saya keberatan, dengan berani saya akan menolak. Atau saya meminta sales tersebut masuk saat waktu istirahat anak-anak akan tiba. Jadi, anak-anak dan saya tidak terganggu proses pembelajarannya. Jangan lupa pula tekankan kepada anak-anak kalau sales itu bukan dari pihak sekolah alias mereka tidak diwajibkan untuk membeli. Jangan sampai nanti ada orangtua siswa datang sambil marah-marah, “Kok suruh beli ini dan itu sih, Bu. Katanya sekolah gratis!” Nah, kaannn...

Satu hal lagi yang perlu diperhatikan. Sebagai guru harus cerdas pula apabila hendak menentukan waktu kapan hendak mendengarkan sales mempromosikan barangnya. Jangan mau lah kalau di pagi hari baru mulai pembelajaran mereka sudah minta kita kumpul ke kantor mendengarkan mereka ceramah. Kasihan anak-anak dong! Nunggu waktu istirahat. Ingat, jangan sampai keasyikan mendengarkan sales promosi sampai lupa kalau anak-anak sudah waktunya menerima pembelajaran.

Sales masuk sekolah? Boleh-boleh saja!

Senin, 25 Mei 2015

Tes Calistung untuk Kelas 3 SD

Perlukah tes calistung untuk kelas 3 SD? Bagi saya perlu. Tujuannya untuk apa?

Sebentar lagi anak-anak saya, kelas 3 SD, akan segera naik ke kelas 4 SD. Oleh karena itu, saya melakukan tes calistung untuk mereka. Hal itu karena saya ingin mengetahui tingkat kemampuan anak-anak dalam hal calistung (membaca, menulis, dan berhitung) sebelum nantinya mereka mendapatkan materi pelajaran yang lebih kompleks.

Ngomong-ngomong soal calistung, di luar sana akan selalu terjadi perbincangan yang hot. Salah satunya adalah persoalan mulai kapan harusnya anak-anak dikenalkan dengan calistung. Ada tokoh yang mengungkapkan anak-anak usia PAUD itu tidak boleh dikenalkan dengan calistung, tapi ada pula yang mengatakan sebaliknya. Ah, saya tidak terlalu ambil pusing. Karena kenyataan di lapangan masih banyak lho anak-anak kelas 6 SD yang belum bisa membaca.

Di beberapa daerah yang baru tersentuh PAUD dan TK, tentu beda ya dengan yang sudah kenyang dengan pendidikan di PAUD dan TK. Paling tidak anak saat masuk SD akan sedikit tahu tentang calistung. Nah, di sekolah saya paling hanya 30% anak yang kenal dengan calistung saat mulai masuk kelas 1 SD. Tak heran kalau guru di tempat saya mau tidak mau dan tentu harus dengan keikhlasan hati mengajarkan mereka dari nol. Salut deh untuk guru kelas 1 SD.

Untuk di kelas saya sendiri, awal tahun ajaran lalu, saat saya melakukan tes calistung ada 14 dari 31 anak yang belum bisa membaca lancar lho. Hampir setengahnya kan? Masalah besar bagi saya. Ini sudah kelas 3 SD lho, bagaimana nanti kalau sudah naik kelas dan masih belum bisa membaca lancar? Tepuk jidat.

Dengan sedikit paksaan dan ancaman kalau tidak bisa membaca tidak akan naik kelas 4 SD, saya pun membuat jadwal les membaca setiap kali pulang sekolah selama setengah jam. Tak dipungut biaya. Biayanya cukup dibayar dengan rasa bahagia melihat anak-anak bisa membaca lancar saja sudah lebih dari cukup. Per harinya ada 3 sampai 4 anak. Satu per satu saya latih membaca. Mulai dari teknik mendengarkan, menulis, sampai membaca kata yang agak rumit, misalnya penggunaan ng, ny, dll. Alhamdulillah, selama satu semester les tersebut berjalan ada peningkatan lho. Kini, tinggal satu anak saja yang masih kurang lancar membaca.

Salah satu anak melaksanakan tes calistung
Kali ini, untuk kenaikan kelas ke kelas 4 SD saya melakukan kembali tes calistung untuk kelas 3 SD. Diantaranya, tes membaca; saya lakukan dnegan cara memilih teks dan meminta siswa membacanya dengan baik dan tepat. Tentunya dengan memperhatikan tanda baca yang ada. Tes menulis, saat menulis saya ingatkan anak-anak untuk memperhatikan penggunaan huruf kapital dan tanda baca. Tes berhitung, saya tekankan pada penjumlahan, pembagian, pengurangan, dan pembagian.

Rencananya, hasil tes calistung tersebut akan saya masukkan ke dalam raport lengkap dengan narasi kekurangan dan kelebihan anak dalam hal tes calistung. Tentu dengan tujuan agar orang tua tahu bagaimana kemampuan anak selama ini. Terkhusus lagi, saya tidak saya gagal menjadi guru mereka. Karena itu artinya saya goblok mendidik anak!

Mari, kita berjuang, Anak-anak!

Kamis, 21 Mei 2015

Kenyamanan Naik BRT Trans Semarang

Assalamualaikum.

Sudah pernah naik BRT Trans Semarang? Salah satu bus andalan kota Semarang ini memang perlu diacungi jempol. Loh kenapa? Pasalnya, hari ini saat saya pergi ke Semarang, saya merasakan kenyamanan naik BRT Trans Semarang. Kira-kira setahun lalu belum kayak gini deh.

Pagi tadi, saya pergi ke Semarang dengan tujuan ke BKIM Semarang tepatnya daerah simpang lima. Karena sedang hamil, saya memilih untuk naik bus saja daripada naik motor. Apalagi banyak sekali titik perbaikan jalan yang mengakibatkan macet dimana-mana. Berangkat lah saya dari rumah sekitar pukul 06.30 WIB.

Di pertigaan dekat rumah, saya menunggu bus jurusan Purwodadi-Semarang. Eh, malah dapat bus Juwangi-Semarang. Naik ah daripada kesiangan. Dengan biaya Rp 6.000, akhirnya saya sampai di terminal Penggaron, perjalanan jadi 1,5 jam gara-gara macet.

Turunlah saya di dalam terminal Penggaron. Kemudian menuju ke halte BRT Trans Semarang dan membeli tiket jauh dekat seharga Rp 3.500 untuk umum dan Rp 2.000 untuk pelajar. Masuklah saya ke dalam bus. Hanya ada 5 penumpang, termasuk saya. Tak menunggu lama, BRT Trans Semarang pun berangkat. Wuusss...wuusss....wusss....
Karcis BRT Semarang
Kiri-saat pulang dan kanan-saat berangkat
Kenyamanan pun dimulai. Saat sampai di halte pertama, penumpang pun pada masuk. Ada beberapa penumpang laki-laki dan juga perempuan. Mbak kondektur pun beraksi. “Monggo Pak, Mas, laki-laki di kursi depan. Mbak, Ibu monggo di belakang.”

Ini nih yang beda. Terakhir kali naik BRT Trans Semarang penumpangnya masih campur jadi satu. Laki-laki dan perempuan duduk berdampingan, bebas. Kali ini dipisah, saya senang sekali *jingklak-jingklak*. Karena apa? Karena kalau saya tidur kan tidak malu kalau dilihatin. Hihihi. Oh, jangan-jangan adanya peraturan baru ini karena pernah ramai kasus pelecehan di bus Trans Jakarta itu!

Eits, tunggu dulu! Pemisahan tempat duduk antara laki-laki dan perempuan tidak selamanya berlaku lho. Salah satunya ya kalau ada penumpang anak-anak atau balita laki-laki, tak mungkinlah kalau dipisahkan dengan ibunya, sebaliknya. Satu lagi kejadian yang saya temui tadi. Ada seorang anak perempuan yang merengek, “Duduk sini, Ayah! Ayaaah...”

Mbak kondektur pun dengan sigap langsung meng-iyakan permintaan anak tersebut, “Monggo, Pak. Tidak papa duduk samping keluarganya.”

Berbeda lagi saat perjalanan pulang. Ada seorang ibu muda menggendong bayinya. Tepat di samping ibu muda itu duduk seorang laki-laki yang saya duga suaminya.

Jadi, pemisahan penumpang di dalam BRT Trans Semarang bisa disesuaikan dengan sikon. Tidak kaku. Dengan adanya peraturan tersebut, saya rasa tingkat kenyamanan yang dirasakan penumpang lain juga akan semakin meningkat.

Bagaimana tidak? Harga tiket yang murah-tetap meskipun BBM naik, tepat waktu, dan pemisahan penumpang sudah diperhatikan. Namun, alangkah lebih baiknya lagi kebersihan di dalam bus juga semakin ditingkatkan lagi. Biar makin top markotop!


  1. Ah, wisatawan yng datang ke Semarang perlu nyobain BRT Trans Semarang nih! Yuk, ke Semarang! Jangan lewatkan kenyamanan BRT Trans Semarang saat Anda ingin menjelajahi kota atlas ini.

Rabu, 20 Mei 2015

Nasib Guru Tidak Tetap (GTT)

(Kamu Tak Sendirian Kok)

Assalamualaikum.

Pernahkah merasa bahwa hidup Anda begitu menyedihkan? Merasa tak pernah beruntung dibandingkan orang lain? Merasa kalau Anda-lah yang selalu bermasalah? Muncul pertanyaan yang selalu memenuhi relung pikiran Anda, “Kok gini ya? Kenapa harus saya? Si itu beruntung banget bisa gini-gitu-gono.”

Saya pernah mengalaminya. Hal itu karena status saya sebagai Guru Tidak Tetap di sekolah negeri tempat saya mengajar saat ini. Jujur, tak ada maksud untuk mengeluh karena status saya tersebut. Hanya saja, selama hampir 1 tahun menjadi guru SD dengan gaji sejak Januari 2015 lalu hanya Rp 300.000/bulan merasa sangat kurang. Rasa itu semakin muncul ketika mendapati kenyataan status saya di SD tersebut belum tercatat di pusat. Sudah capek-capek ngajar, bayaran tak seberapa, eh ini status kepegawaian masih dipertanyakan.

Semakin terpuruk ketika kenyataan Allah mengatakan saya tidak lolos tes CPNS tahun lalu. Perasaan tak beruntung semakin menjadi. Kerja hanya kerja. Berusaha untuk menikmati, bersenang-senang dengan anak-anak, mengingat tujuan menjadi guru, mengingat perjuangan menemukan cita-cita ini akan tetapi masih ada sesuatu yang mengganjal. Kelihatan jelas kalau saya tidak ikhlas dan setengah-setengah menjalankan profesi saya ini.

Sering saya mengeluh kepada-Nya, beginikah nasib guru tidak tetap? Hingga bertemulah saya dengan teman-teman kuliah saya. Kenyataan hidup yang saya sesalkan selama ini ternyata hanyalah secuil kisah yang harusnya saya syukuri.

Tepatnya, awal Mei lalu saat saya datang ke pernikahan teman kuliah. Tentu di sana menjadi ajang pamer “cerita masa kini”. Guru tidak tetap menjadi topik utama dong ya dalam pembicaraan kami. Secara kami lulusan dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), meskipun ada juga sih teman yang nglanjutin kuliah S2, kerja di bank atau perusahaan swasta.

Narsis bareng teman-teman kuliah
Pembicaraan itu dimulai oleh teman saya, sebut saja Anik namanya.

"Cha, kamu sudah dapat kelas?" tanya Anik pada saya.

"Sudah, Nik. Lah kamu gimana?"

"Aku kan guru tambahan, Cha. Aku cuma ngajar di kelas 6 untuk pelajaran PKn dan IPS." tambah Anik.

"Loh?? Masak sih? Tapi enak dong kamu bisa nyambi kerja di luar."

"Iihhh...kata siapa? Lha KS (kepala sekolah) minta aku berangkat tiap hari."

"Terus kalau kamu nggak ngajar, kamu ngapain dong?" tanya saya penasaran.

"Ya kalau pagi aku buat teh, Cha. Aku aja pengen nggak berangkat terus bantu ibuku jualan di pasar. Daripada aku nggak ada kerjaan di sekolah. Oya, kamu sudah dimasukin laporan bulanan belum? (laporan ke tingkat UPTD-kecamatan) Aku kok belum ya? Belum dimasukin ke pusat juga. Kalau gitu gimana sih?" cerita panjang lebar dari Anik.

Beda lagi dengan cerita teman saya, Lia.

"Eh aku juga belum dimasukin laporan bulan lho." serobot Lia.

"Kok bisa sih? Kalian nggak minta ke KS kalian? Tunggu dulu, jangan-jangan SK (surat keputusan) mengajar pun kalian belum punya?"

Apa jawaban mereka?

Belum punya.

Oh tidaak! Apa yang saya lakukan selama ini? Mengeluh dan mengeluh. Terlalu mendongak ke atas.

Bukankah betapa beruntungnya saya dibandingkan mereka. Saya sudah punya SK Mengajar, dimasukkan dalam laporan bulan, dan sekarang sudah dimasukkan ke data pusat. Nah, mereka?

Memang benar, saat mata hati kita sudah ditutup dengan rasa tak pernah bersyukur, tak pernah puas, maka kebahagiaan yang seharusnya besar jadi tak kita rasakan.

Dibandingkan mereka, saya lebih beruntung. Selain menjadi guru tidak tetap, saya masih bisa mendapat penghasilan dari nguli-jadi guru privat, bisa dapat pemasukan pula llewat job review di blog, ditambah lagi gaji suami. Kalau ngomongin materi memang tidak akan ada habisnya.

Banyak sedikit materi yang dimiliki setiap orang akan terasa cukup atau tidak cukup tergantung dari diri masing-masing ya. Ada tuh tetangga, yang kerja hanya suaminya saja, gajinya juga tak seberapa, tapi anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang sehat dan gendut banget tubuhnya, istrinya juga tidak pernah mengeluhkan kalau keadaan ekonomi keluarganya.

Bersyukur...bersyukur...dan bersyukur. Jangan sampai ditinggalkan!

Masak iya sih, cita-cita mulia menjadi guru harus dikesampingkan hanya karena status guru tidak tetap-dengan embel-embel gaji yang tak seberapa? Kalau bisa jangan mau kalah-lah dengan yang lain!

Tinggalkan kata-kata, "Ah...hanya guru tidak tetap kok!"

Minggu, 17 Mei 2015

Satpam untuk Anak-Anak

Assalamualaikum.

Menjadi guru itu harus serba bisa dan serba siap. Bukan hanya berperan untuk mencerdaskan anak di dalam kelas saja. Justru peran di luar kelas sungguh lebih menantang. Salah satunya guru itu juga bisa jadi satpam untuk anak-anak. Nah kok bisa?

Bertemu, berkumpul, dan berinteraksi dengan anak-anak itu selalu terjadi berbagai kejutan yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Saya memiliki berbagai cerita yang menuntut saya sebagai guru sekaligus menjadi satpam untuk anak-anak.

Seperti suatu hari saat saya baru turun dari motor, tiba-tiba ada anak yang menghampiri saya.

“Bu, ada orang gila. Aku takuuuut.” teriak Indah sambil bersembunyi di belakang saya.

“Mana-mana?” saya penasaran. Masak iya sih ada orang gila masuk sekolah ini. Ternyata memang ada. Serem juga orang gilanya. Saya tentu takut kalau orang gilanya ngamuk.

“Bu, orang gilanya mau ke sini....” teriak anak lain yang mengikuti Indah bersembunyi di belakang saya.

Nah lho, saya sendiri sebenarnya juga takut. Tanpa ba-bi-bu lagi saya mengajak anak-anak untuk masuk kelas.

“Ayo lari, kita masuk kelas!” teriak saya mengajak anak-anak. Sekolah masih sepi, hanya ada guru kelas 1 yang sudah antisipasi memasukkan muridnya ke dalam kelas pula.

Akhirnya orang gila itu pergi setelah diusir penjaga sekolah. Huh...lega. Hihihi.

*pliisss jangan ditiru ya. Saya guru kok malah takut sendiri. Tak apalah yang penting saya sudah menyelamatkan anak-anak. Namanya juga anak-anak, katanya takut malah pada nonton di balik kaca jendela*

Itu cerita saya sebagai satpam untuk anak-anak dalam mengusir eh bukan ngumpet dari orang gila. Hihihi. Berbeda lagi dengan cerita yang terjadi hari Jumat kemarin.

Seperti biasa, setiap hari Jumat, semua siswa di sekolah saya mengikuti Jumat sehat. Semua berseragam olah raga dan mengikuti senam di lapangan, termasuk guru-gurunya. Berhubung Senin besok akan dilaksanakan Ujian Nasional bagi siswa SD, semua warga sekolah setelah senam diperintahkan untuk melaksanakan Jumat bersih juga.

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Ada yang membersihkan bagian selatan, utara, dan di depan gerbang sekolah. Karena semua sampah sudah terkumpul, sampah pun dibakar. Nah, dari kegiatan tersebut lagi-lagi saya dituntut menjadi satpam untuk anak-anak.

“Ayo, kalau terlalu dekat dengan api nanti bau kalian nggak enak lho!” teriak saya.

Apakah anak-anak kemudian langsung meng-iyakan perintah saya, sebagian malah penasaran. Seperti murid saya R... (saya ceritakan di SINI dan di SINI).

“Buee....bue...aku tak lompati api ya?”

“Apa???” saya meminta R mengulang ucapannya.

“Aku mau lompat di atas api. Boleh ya, Bue?”

“Loh, itu kan berbahaya. Nanti kalau bajumu kena api terus terbakar gimana?” sergah saya.

“Halaaaaaah.” Dia tak jadi mendekat ke api dan memilih mencari kegiatan lain. 

Sejak permintaan R yang aneh-aneh itu, saya jadiwas-was. Jiwa satpam saya muncul. Kemana R pergi, saya awasi. Takut kalau dia aneh-aneh. Anak-anak lain? Masih bisa dipantau dari jauh kalau R ini kan memang anak saya yang spesial.

Dan ternyata benar. Sebentar saja saya tinggal membuah sampah, dia sudah menghilang. Eh setelah saya cari-cari, ternyata dia bersembunyi di dalam kelontong (bahan untuk membuat sumur). Melihat saya mendekat, dia berkata, "Sini Bue, adem, Bue. Aku capek kok, Bue."

"Yaa...yaa...sudah duduk saja di sana." saya sambil manggut-manggut.

R...R... dia emang spesial dibandingkan teman-temannya. Lagi-lagi, saya hanya bisa berkata, "Selama kamu senang dan nyaman lakukanlah, Nak."

Cara Menukarkan Indosat Poin Senyum dengan Masa Aktif

Assalamualaikum.

Setelah posting tulisan tentang Cara Mengecek Indosat Poin Senyum, kali ini saya akan berbagi Cara Menukarkan Indosat Poin Senyum dengan Masa Aktif. Postingan ini muncul karena kemarin suami sempat ngeluh. Pulsanya masih banyak akan tetapi masa aktifnya sudah habis. Eh ternyata ada teman di facebook yang juga  mengeluhkan hal yang sama.

Kalau tahu suatu informasi kenapa tidak berbagi. Betul kan? Saya komentar deh di statusnya. Berikut tampilannya.

Status facebook milik teman
Bagi Anda yang hendak menukarkan indosat poin senyum dengan masa aktif, apakah Anda sudah melakukan registrasi? Coba lihat di Cara Mengecek Indosat Poin Senyum, di sana sudah saya terangkan caranya. Kalau sudah registrasi Anda tinggal mengikuti Cara Menukarkan Indosat Poin Senyum dengan Masa Aktif berikut ini!
  1. Ketik MA (spasi) Jumlah Poin ( 1 minggu masa aktif dapat ditukar dengan 25 poin-berlaku kelipatan)
  2. Kirim ke 7887 (biaya Rp 25/SMS)
Setelah itu, Anda akan menerima SMS pemberitahuan dari 7887 yang berisi perpanjangan masa aktif kartu Anda sesuai dengan poin yang Anda tukarkan. Selamat mencoba!

Sabtu, 16 Mei 2015

Cara Mengecek Indosat Poin Senyum

Assalamualaikum.

Sebagai pengguna indosat, Anda pasti tahu ya apa itu indosat poin senyum. Program ini memberikan poin kepada setiap pengguna IM3, Mentari, dan Matrix setiap kali melakukan pengisian pulsa. Nah, poinnya itu bisa ditukarkan dalam bentuk SMS, Data, Masa Aktif, voucher belanja, dll.

Sebelum Anda menggunakan indosat poin senyum, hendaknya Anda harus registrasi terlebih dahulu agar bisa menukarkan poin tersebut dengan SMS/Data/Masa Aktif/Voucher. Bagiamana caranya? Berikut cara registrasi indosat poin senyum.
  1. Ketik SENYUM
  2. Kirim ke 7887 (akan dikenakan biaya Rp 25 per SMS)

Akan ada SMS masuk sebagai pemberitahuan kalau nomor Anda sudah terdaftar. Setelah terdaftar Anda bisa mengecek jumlah poin yang Anda miliki. Berikut Cara Mengecek Indosat Poin Senyum yang Anda miliki.
  1. Ketik POIN
  2. Kirim ke 7887 (akan dikenakan biaya Rp 25 per SMS)
    cara mengecek indosat indosat poin senyum

Akan ada SMS masuk seperti foto di atas. Nah, bagaimana mudah bukan cara mengecek indosat poin senyum? Selanjutnya Anda bisa menukarkan poin Anda untuk mendapatkan SMS/Data/Masa Aktif/voucher belanja, dll. Selamat mencoba!

Sampel Gratis dari Pepsodent Gum Opera

Assalamualaikum.

Setelah berbagi info tentang Sampel Gratis dari Pepsodent Deep Clean (DL 31 Mei 2015), kali ini saya akan berbagi lagi info tentang Sampel Gratis dari Pepsodent Gum Opera.

Langsung saja ya, saya bagikan cara mendapatkan Sampel Gratis dari Pepsodent Gum Opera.
  1. Klik link INI
  2. Scroll ke bawah dan temukan kata "DAPATKAN SAMPEL", klik.
  3. Muncul Form yang berisi Nama, Alamat, No Telp, dan Email. klik KIRIM.

Bagaimana? Mudah bukan caranya. Yuk buruan daftar dan dapatkan Sampel Gratis dari Pepsodent Gum Opera. Selamat mencoba!

Sampel Gratis dari Pepsodent Deep Clean (DL 31 Mei 2015)

Assalamualaikum.

Ada info bagus tak ada salahnya untuk dibagi ya? Apalagi ini tentang gratisan. Hihihi. Siapa mau? Yuk...yuk...dicobain!

Sampel gratis dari pepsodent deep clean hadir nih! Mau juga dapetin sampel ini? Yuk buruan daftar. Saya sudah daftar lho. Caranya mudah kok.
  1. Klik link INI
  2. Muncul tampilan sebagai berikut. Klik Saya Tertarik.
  3. Muncul tampilan sebagai berikut. Klik Coba Sekarang.
  4. Muncul Form Nama Lengkap, Alamat, No HP, dan Kode Pos. Lalu klik Kirim.
Yuk, buruan dapatkan sampel gratis dari Pepsodent Deep Clean karena hanya 40.000 pendaftar pertama saja lho!

Nrimo Ing Pandhum

Assalamualaikum.

Setiap hari kita berkomunikasi dengan orang lain. Berkutat dengan segala apa yang ada di sekitar kita. Banyak kejadian yang terjadi. Semua tak terduga. Kita tak dapat mereka-reka. Ah, yang penting jangan pernah lupa kalau apa yang kita lakukan harus dilandasi semata karena Allah.
***
Sabar, nrimo ing pandhum (menerima apa yang sudah digariskan), rasanya itu memang sulit. Pengalaman lah yang nantinya akan mengajari kita arti sebenarnya dari nrimo ing pandhum. Butuh waktu dan proses. Apakah lama? Tergantung dari diri kita masing-masing.

Ada kalanya, si A, begitu cepat mengambil hikmah dari apa yang dia alami dan kemudian belajar bangkit dari hal tersebut. Namun ada pula si B, yang begitu naif hingga tak tahu apa yang sebenarnya terjadi bahkan bisa sampai jatuh di lubang yang sama. Bodohkan si B? Tidak. Prosesnya saja yang agak lola-loading lama.
Sumber di SINI
Nrimo ing pandhum, salah satu contoh kisahnya, Anda sudah bekerja begitu sangat keras dan maksimal menyelesaikan tugas, sedangkan ada seorang teman Anda (satu tim) yang hanya bekerja ala kadarnya. Eh tahu-tahu endingnya justru dia yang memperoleh materi yang lebih dibandingkan Anda. Apakah Anda merasa kesal?

Pernah mengalami kejadian serupa?

Perasaan kesal pasti akan muncul. Merasa tak adil. Pertanyaan, "Kok gini?" pasti akan muncul dalam benak kita.

Sadarkah Anda?

"Jika memang kerja keras saya tak dihargai dengan materi yang setimpal. Saya yakin kurangnya itu akan diganti oleh Allah dengan yang lainnya. Saya akan diberi keluarga yang bahagia, sehat, cinta kasih yang melimpah, dll."

Ah, seandainya perasaan nrimo ing pandhum itu muncul di setiap hati seseorang. Dunia ini akan begitu damai. Hihihi. Akan ada sebuah pengakuan yang begitu arif seperti di atas.

Nrimo ing pandhum bukan berarti yo wis lah, tak ada usaha. Nrimo ing pandhum itu lebih menyerahkan semua kepada Allah dan meyakini kalau Allah memiliki cerita lain untuk kita. Dunia ini akan indah jika setiap manusia paham betul arti dari Nrimo ing pandhum.

Kamis, 14 Mei 2015

Telepon Berdering di Pagi Hari

Assalamualaikum.

Nada dering asli dari HP saya berbunyi. Siapa sih pagi-pagi gini telepon? Saya paling males mengangkat telepon saat hendak berangkat ke sekolah. Menengok layar HP. Nama yang muncul dan berkedip-kedip itu...

"Ortu R....."

Nama orang tua murid saya yang baru (saya ceritakan di sini). Ada apa? Batin saya.

"Assalamualaikum..." sapa saya.

"Wallaikumsalam. Maaf Bu, pagi-pagi saya telepon. Ini saya orang tua R.... Boleh minta tolong ya Bu, saya tolong dipinjami buku paket Matematika, Bu. Nanti saya fotokopi. Untuk belajar R... di rumah."

"Oh ya, nanti saya berikan ke R...." jawab saya.

"Bu, R... kalau di sekolah seperti apa ya, Bu? Bisa mengikuti tidak?"

"Jujur ya, Pak. Sebenarnya di sekolah R... tidak bisa mengikuti pelajaran seperti yang lainnya. Untuk menulis pun sering tidak mau. Jadi, saya ya tidak bisa memaksakan kalau dia harus bisa mengikuti pelajaran seperti teman-temannya. Sementara ini biarlah seperti ini dulu. Mohon bantuannya kalau di rumah Bapak pantau. Di sekolah biasanya say aberi tugas sendiri yang beda dengan teman-temannya. Dan usahakan setiap hari R... tetap masuk agar bisa bersosialisasi dengan teman-temannya."

Telepon akhirnya baru ditutup setelah pembicaraan hampir 10 menit. Menyita waktu saya memang. Akan tetapi, ada rasa senang juga kalau ada orang tua murid yang perhatian kepada anaknya seperti ini. Sungguh jarang orang tua murid di tempat saya yang perhatian pada perkembangan anak di sekolah.

Lagi-lagi saya hanya ingin mengatakan kalau kesuksesan anak tidak hanya terletak pada peran seorang guru saja, akan tetapi peran orang tua dan lingkungan juga. Jadi, marilah kita saling memperhatikan anak-anak. Agar kelak, tak ada kata penyesalan.

Mainan Bernama Lego

Assalamualaikum.

Tradisi memberikan hadiah ke murid les privat saya setiap dia ulang tahun adalah wajib hukumnya. Tak perlu yang harganya mahal-mahal. Terpenting adalah dia suka dan pasti berguna.
Mainan Lego
Sumber DI SINI
Murid les saya saat ini sudah kelas 3 SD. Dia anak yang sangat aktif, aktif berbicara maupun bertindak. Menjadi anak perempuan diantara dua kakak laki-lakinya menjadikan dirinya sedikit manja. Minta apa harus dituruti. Salah satunya setiap kali minta dibelikan mainan.

Lego adalah salah satu mainan kesukaannya. Di rumah, banyak sekali macam-macam bentuk mainan tersebut. Ada rumah-rumahan, bentuk boneka, mobil, dan sebagainya. Saat di sela-sela les, untuk menghilangkan kejenuhannya, saya sering menawarkan untuk bermain lego. Kalau dia sudah mulai bosan, dia sering meminta untuk diajarkan kembali pelajaran sekolah.

Bagi saya, ternyata bermain lego itu menyenangkan. Seringkali muncul rasa penasaran tiap kali belum bisa membentuk lego sesuai dengan bentuk yang dicontohkan. Gemes pokoknya.

Pantas saja, murid saya itu suka sekali main lego. Ternyata lego juga banyak manfaatnya lho. Dari rasa penasaran saat kita bermain lego itu ternyata bisa menciptakan imajinasi, kreativitas, kegembiraan, bahkan kemauan untuk terus belajar dan belajar lagi agar mencapai tujuan yaitu membentuk lego sesuai bentuk yang diinginkan.

Dari kegemarannya itu, muncullah ide untuk membelikan lego di hari ulang tahunnya nanti. Akan tetapi, sebelum membelikannya saya mencari tahu kepada ibunya dulu bentuk lego yang belum dia miliki. Sekaligus bertanya-tanya juga kepadanya lego apa yang paling diinginkan. Sayang saja kalau sudah dibelikan eh ternyata dia sudah punya.

Misi membelikan lego untuknya pun sudah saya mulai dari bulan kemarin. Maklum, mainan macam seperti sangat jarang ditemukan kalau di desa. Di dekat rumah ada toko mainan anak-anak. Akan tetapi bentuk legonya hanyalah yang standar dan untuk pengguna pemula.

Pernah saya menemukan lego yang berbagai bentuk, akan tetapi saat ada pameran buku. Nah, saat ini sedang tidak berlangsung pameran buku. Jadi bingung deh mau beli di mana.

Saat saya ke Semarang memperpanjang SIM (saya ceritakan di sini), sempat mampir deh ke beberapa toko mainan. Muter-muter. Nggak nemu juga deh lego yang pas di hati. Sudah capek, panas-panas-an, keluar ongkos, tapi tak dapat jua legonya.

Hingga akhirnya kenapa tidak mencoba cari di toko online. Mulanya, saya searching deh ke mbah google. Yang muncul kebanyakan adalah lego yang sudah dimiliki oleh murid saya. Saya hampir nyerah. Kemana harus membeli legonya? Ini semua demi menggaet hati murid les saya agar makin nempel sama saya. Hihihi.

“Ah, belikan kado yang lain saja lah.” Pikir saya.

Ya, pilihan terakhir adalah membelikan kado ulang tahun selain lego. Lagian masih banyak juga macam mainan lainnya. Atau saya bisa memberikan hadiah berupa buku, tapi dia kan kurang suka membaca.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Tanpa sengaja, saat saya membaca postingan teman tentang http://www.shopious.com/, saya klik deh link-nya. Huuu, pertama buka situsnya, halamannya adem banget. Dengan background yang lembut saya coba ubek-ubek deh Kategori-nya. Di sana ada kategori Anak dan Bayi. Saat saya klik ada lagi pilihannya Mainan. Saya jadi teringat misi saya untuk membelikan hadiah berupa lego. Ada nggak ya kira-kira?


Dan ternyata....ada!! Seakan pengen jingkrak-jingkrak deh! Senangnya lagi bentuk lego yang tersedia itu belum dimiliki oleh murid les saya. Melihat harganya juga cukup terjangkau. Siap-siap untuk pesan nih!

Rabu, 13 Mei 2015

Cerita di Balik Pembuatan Kartu BPJS Kesehatan (1)

Assalamualaikum.

Akhirnya, setelah Senin lalu kecewa dengan pelayanan BPJS, hari ini, kami (saya, suami, ibu, dan bapak) sudah resmi memiliki kartu BPJS Kesehatan lho. Saya ceritakan sedikit tentang kekecewaan saya saat mendaftar BPJS Kesehatan ya. Dengan maksud semoga teman-teman tidak ikutan kecewa.

Senin, sekitar pukul 07.30 saya dan ibu pergi ke kantor BPJS Kesehatan daerah kabupaten Demak. Letaknya sebelah barat dari terminal Demak. Ya, kira-kira 30 menit-an kalau dari rumah. Sesampainya di sana, ternyata sudah banyak motor yang terparkir di depan kantor BPJS Kesehatan. Memarkirkan motor dan langsung menghampiri petugas berseragam putih-putih yang ada di depan kantor BPJS Kesehatan. Karena masih berjubel, kami pun mengeluarkan beberapa syarat yang diberi tahu oleh tetangga yang sudah mendaftar BPJS Kesehatan lebih dulu. Setelah lengkap, kami pun mendekati petugasnya.

"Tolong keluarkan dulu syaratnya, Bu." saya menyodorkan fotokopian KK, KTP, Buku Nikah, dan foto berwarna ukuran 3x4.

"Maaf Bu, bukan fotokopian, tapi yang asli semua."

"Ohh...." saya mengeluarkan berkas yang asli.

"Ada buku tabungan?" tanya petugas lagi.

"Loh, buku tabungan juga ya, Mbak? Ada Mbak, Mandiri Syariah."

"Tidak bisa kalau itu. Harus Mandiri tanpa embel-embel, BRI, atau BNI." jawab petugas mulai ketus. Ih...cantik-cantik kok ketus sih Mbak.

"Silahkan dilengkapi dulu baru akan saya beri formulir dan masuk ambil nomor antrean."

Mati kutu. Bakal sia-sia kepergian kami hari itu. Sebenarnya ibu menawarkan diri untuk pulang mengambil buku tabungan ibu (BRI) dan saya diminta untuk menunggu di kantor BPJS Kesehatan. Akan tetapi saya tak tega dong kalau harus membiarkan ibu naik motor sendiri. Saya tahu kemampuan ibu naik motor kayak apa. Ditambah lagi sepanjang perjalanan tadi ada 3 titik perbaikan jalan. Ah, mending pulang. Akhirnya kami pulang dengan tangan kosong.

Sesampainya di rumah, sempat saya menulis status di facebook tentang keluhan saya di atas. *Maaf ya kalau banyak baca status saya yang ngeluh tentang pelayanan publik*


Dari status tersebut, banyak teman yang berkomentar dan sempat menanyakan, "Nggak jadi daftar online?" Awalnya sebelum mendaftar kemarin saya sempat tanya-tanya teman blogger yang kebetulan memposting tentang BPJS. Dari tanya sana sini, ah enakan daftar lewat online deh. Akhirnya saya coba tuh buka website BPJS Kesehatan.

Pertama kali buka, saya kaget, nomor KK saya tidak terdaftar. Saya coba buka dengan nomor KK bapak ibu, nama saya masih ada di sana. Jadi, proses pisah KK belum sampai pusat nih? Oke, 2 minggu kemudian saya buka lagi tuh website BPJS Kesehatan. Semakin aneh. Nomor KK saya sudah masuk alias terdaftar tetapi nama suami malah tidak ada. Hanya ada nama saya.

Sampai akhirnya saya memutuskan untuk datang langsung ke kantor BPJS Kesehatan pada hari Senin itu. Eh ternyata malah dapat kekecewaan. Sampai rumah, saya bilang ke ibu, "Buk, apa coba daftar online saja ya? Nanti yang punya abi kan belum terdaftar, disusulkan saja sekalian cetak kartu." Ibu meng-iyakan usul saya.

Ingat nasihat teman kalau siang website BPJS Kesehatan sering down alias lola, saya pun berencana akan mendaftar tengah malam saja. Beberapa berkas seperti KK dan nomor rekening bank pun saya siapkan. Oiya, Soft file seperti foto berwarna dengan format 50 kb dengan tipe JPG pun saya siapkan. Agar pendaftaran lancar jaya.

Bangunlah saya sekitar pukul 01.00, sambil merem-merem saya buka website BPJS Kesehatan. Satu per satu angka di nomor KK bapak dan ibu saya masukkan. Setelah saya cek kembali nomornya sudah betul apa belum, maka tombol Inqury pun saya klik. Apa yang terjadi? Seketika mata saya terbelalak. Bagaimana tidak nomor KK bapak dan ibu kok malah tidak terdaftar? Punya saya? Sama saja!! Duh duh duh!

Akhirnya, hari ini ibu berangkat sendiri ke kantor BPJS dengan naik bus. Duh, jadi malu. Saya anaknya malah lebih memilih berangkat ke sekolah. Saya juga kepikiran anak-anak yang sudah saya tinggalkan hari Senin lalu. Tapi saya janji akan menjemput ibu saat pulang nanti.

Sebelum berangkat, malamnya saya sudah menyiapkan beberapa berkas agar ibu tidak pulang dengan tangan kosong. Diantaranya berkas yang harus dibawa ibu adalah sebagai berikut.

  1. Kartu Keluarga asli
  2. KTP asli (semua anggota)
  3. Buku nikah asli (dua-duanya dibawa untuk jaga-jaga)
  4. Foto berwarna 3x4 1 lembar
  5. Materai 6000, untuk lembar penanggungjawab pembayaran iuran BPJS Kesehatan
  6. ATM yang ada saldonya pasti. Hihihi. Kalau tadi ibu diminta membayar lewat Bank Mandiri.
Kalau sudah lengkap, berkas tersebut sodorkan ke petugas yang ada di depan. Kalau sudah lengkap akan mendapat formulir berwarna biru. Satu formulir untuk satu keluarga dengan batas pengisian untuk 3 anak. Oya, jangan lupa membawa pulpen sendiri dari rumah untuk mengisi formulir daripada antre lagi?

Setelah semua formulir sudah di isi, ibu langsung dapat nomor antrian. Oya, kata ibu kalau dipanggil dua kali nomor antriannya tidak nongol langsung ditinggal lho. Ibu yang dapat nomor antrean 21 saja bisa dapat giliran sekitar nomor 10 karena yang lain entah kemana. 

Setelah dipanggil, ibu langsung menuju sumber suara. Di sana tak banyak yang ditanyakan, hanya KK atas nama siapa? Penanggungjawabnya siapa? Gitu saja. Setelah itu dapat kertas berisi petunjuk pembayaran iuran sesuai kelas yang kita pilih, tentunya hanya bisa dibayarkan di 3 bank yang telah ditunjuk, yaitu Mandiri, BRI, dan BNI. Ibu pun pergi ke bank Mandiri yang letaknya tak jauh dari kantor BPJS Kesehatan. Tepat pukul 10.00 urusan ibu sudah selesai. Sudah dapat kartu BPJS Kesehatan setelah menunjukkan bukti transfer pembayarannya.

Ada cerita apalagi di balik pembuatan kartu BPJS Kesehatan? Tunggu cerita saya selanjutnya ya...


Senin, 11 Mei 2015

Cara Berlangganan Tabloid Halo Jepang!

Assalamualaikum.

Sore tadi saat pulang nguli eh ada tabloid Halo Jepang! di rumah. Sudah pernah tahu tabloid yang satu ini? Jujur, saya baru pertama baca tabloid Halo Jepang!. Saya kira tabloid Halo Jepang! itu berisi semua yang berbau Jepang, eh ternyata tidak lho. Ada juga bau-bau Indonesia. Hihihi. Apa gitu ya kok bau Indonesia.
Tabloid Halo Jepang! yang saya terima tadi sore
Tabloid ini terdiri dari 24 halaman, ada beberapa rubrik diantaranya Liputan Utama, Peristiwa, Fokus Niaga, Komunitas, Pendidikan, Warta Niaga, Opini, Risalah, Wisata, Figur, Inspirasi, Budaya, Resto, dan Tren Jepang. Nah, sebagai bukti kalau tabloid Halo Jepang! ini tidak hanya membahas tentang Jepang, di tabloid ini, edisi April kemarin membahas tentang batu akik yang sedang hits di Indonesia lho.

Bagi Anda yang ingin mendapatkan tabloid Halo Jepang! secara GRATIS bisa lhoo! Berikut saya share cara berlangganan tabloid Halo Jepang!
  1. Kirim email ke sale@jkshimbun.com
  2. Tuliskan Nama, Alamat, Nomor HP, Pekerjaan, Usia.
  3. Klik kirim
Bagaimana mudah bukan. Tak ada salahnya kalau kita menambah wawasan tentang Jepang. Siapa tahu suatu hari bisa ke Jepang. Aamiin. Atau bisa jadi bahan pembelajaran. Ah, saya akan ceritakan apa yang saya baca di tabloid Halo Jepang! pada anak-anak. Hihihi. Biar mereka penasaran dan siapa tahu suatu hari dari mereka ada yang pergi ke Jepang.

Minggu, 10 Mei 2015

Dia Memanggil Saya Bue

Assalamualaikum.

Dia? Dia siapa? Dia adalah Anak Baru yang Spesial. Di balik keterbatasannya, dia sama seperti anak-anak yang lainnya. Memiliki keunikan tersendiri. Beda dari temannya. Yah, meskipun sampai hari ini saya belum menemukan keunikannya dalam hal kognitif. Ah, tak apalah yang penting saya sudah menemukan keunikan lainnya dalam diri anak tersebut.. Tak harus melulu yang berhubungan dengan kognitif. Kecerdasan kan bermacam-macam.

Dia si anak baru tak mau kalah dengan teman-temannya.
Coba tebak anak baru itu yang mana?
Salah satu keunikannya adalah dia memanggil saya bue. Ya, bue. Panggilan lain untuk seorang ibu. Kalau anak-anak yang lain memanggil saya dengan panggilan bu Ika, bu guru, nah kalau dia memanggil saya dengan panggilan bue. Unik. Itulah kesan saya sejak pertama kali menerima dia di kelas saya.

"Bue, mau pipis ya?"

"Bue....bue...itu ditulis ya?"

"Bue...bue...pulangnya masih lama to?"

Saya biarkan dia memanggil saya bue. Yang terpenrting dia nyaman dulu di kelas saya. Merasa diterima di kelas saya. Karena tak mudah sebagai anak baru bisa cepat beradaptasi dengan sekitar. Toh apa salahnya kalau dia memanggil saya bue? Bukankah ibu, mama, mae, bunda, mamak, emak, bue artinya sama?

Sabtu, 09 Mei 2015

Enaknya Jadi Bumil *Bagi-Bagi Pulsa*

Assalamulaikum.

Enaknya jadi bumil itu adalah buanyak sekali. Masih tak menyangka kalau saya bisa hamil secepat ini, eh Allah menghujani saya dengan berbagai kenikmatan yang tiada tara. Alhamdulillah...alhamdulillah...Terus bersyukur.

Kalau yang sudah pernah hamil pasti tahu deh enaknya jadi bumil. Nah, berikut beberapa hal yang membuktikan enaknya jadi bumil (yang sudah hamil, yuk hamil lagi! Yang belum hamil, yuk selalu berusaha dan berdoa!):
  1. Selalu didahulukan, ih kalau hamil itu misal ada kegiatan apa gitu pasti didahulukan. Contohnya saat ikut tes CPNS tahun lalu, ada bumil mendapat giliran masuk lebih dulu lho. Kalau di rumah saya sendiri, ibu selalu mendahulukan saya soal menu makanan. Kalau saya suka menu A, saya adalah penikmat terbanyak dan terdepan. Jadi, sebelum saya jangan ada yang menyentuh dulu. Hihihi. Lucu ah! Maklum cucu pertama.
  2. Disayang banyak orang, kalau yang ini nih hooo rasanya dahsyat banget. Bumil seperti membawa magnet ke mana-mana. Contohnya nih ya kalau di sekolah saya sering banget diberi makanan sama teman kerja. Seringnya sih buah. Kalau di rumah, ada juga tuh tetangga yang awalnya pelitnya minta ampun, eh tiba-tiba saya lewat nawarin buah jambu di depan rumahnya. Siapa tahu saya butuh buah buat rujak. Rezeki jangan ditolak deh.
  3. Banyak yang doain. Semakin banyak bertemu orang, semakin banyak orang yang tahu kabar kehamilan kita, semakin banyak pula orang yang mendoakan kita. “Semoga sehat sampai lahiran ya”, “Semoga lancar lahirannya...”, dll. Kita aamiinkan selalu doa mereka.
  4. Banyak terima kado, yang ini entah saya saja yang mengalami atau semua bumil. Semoga semuanya seperti saya. Seringnya, ada tetangga yang datang ke rumah membawa kado untuk jabang bayi saya nanti. Entah itu ember, tempat baju kotor, baju, popok, sabun, dan masih banyak lagi. Jangan bosan-bosan mengucapkan terima kasih. Kalau mau menolak kok kesannya mengusir rezeki yang datang. Alhamdulillah.
  5. Bisa ikutan banyak lomba. Poin yang kelima ini nih yang membuat saya tersenyum bungah. Saya kira saat jadi bumil tidak bisa ikutan berbagai lomba, terutama lomba foto, eh ternyata banyak sekali lomba yang dikhususkan untuk bumil. Semakin semangat dong ya.

Ngomong-ngomong soal lomba, saat ini saya sedang ikutan lomba Photo and Story dari mamacare.co.id. Sekalian minta vote boleh ya? Caranya mudah kok.
  1. Log in (dengan akun facebook lebih mudah) ke mamacare.co.id
  2. Masuk ke http://mamacare.co.id/kompetisi/
  3. Lanjut pilih Galeri, pilih nama saya, Ika Hardiyan Aksari
  4. Klik VOTE
*atau langsung saja klik INI*

Yuk, vote Ika!
Semoga jadi rezeki adik bayi. Aamiin. Terima kasih untuk semuanya, khususnya lagi buat teman-teman yang sudah mem-Vote!

Oya, bagi teman-teman yang sudah vote, mohon tinggalkan Nama dan akun sosial media (FB/Twitter) di kolom komentar ya? Di tanggal 31 Mei 2015, saya akan undi dan 5 teman yang beruntung akan mendapat pulsa @5.000 (all operator).

Selasa, 05 Mei 2015

Kebiasaan Si Jabang Bayi

Assalamualaikum. 

Melihat kesuksesan adik mendidik anaknya, suami jadi dapat pelajaran baru. Semenjak menikah, suami membiasakan diri untuk memutar suara orang yang membaca ayat suci Alquran. Suara tersebut diputar dengan volume lembut agar kami tetap bisa terlelap tapi juga masih bisa mendengarkan alunan merdu orang mengaji.

Awalnya, saya yang tidak terbiasa mendengar suara-suara apapun saat tidur tentu merasa terganggu. Tapi lama kelamaan karena terbiasa kali ya jadi kalau tidak ada suara orang mengaji jadi ada yang kurang.

Kebiasaan mendengarkan suara mengaji itu masih kami lakukan sampai sekarang. Dan tahukah Anda, ternyata ada yang ketagihan juga dengan suara orang mengaji. Siapa lagi kalau bukan jabang bayi dalam perut saya.

Alhamdulillah di usia kehamilan hampir 5 bulan ini jabang bayi dalam perut saya sehat dan sangat aktif bergerak. Hihihihi. Tendangannya sangat kuat. Makanya kalau pas tiba waktu tidur dan abinya belum memutar suara orang mengaji dia seakan protes, "Abiiiii, mussiiiikkkk!!" Hihihihihi.

Luar biasa. Sedetik kemudian tendangan jabang bayi dalam perut saya tak muncul lagi. Ya Allah semoga kelak ia jadi anak yang sholeh sholekah. Aamiin.

Kejadian tersebut terjadi tidak hanya sekali dua kali lho. Seperti tadi malam, saat suami sedang asyik nonton bola sedangkan saya sudah mapan di tempat tidur.

"Biii...." panggil saya.

"Sabar ya dek, abi cari dulu HPnya." Jawab suami berlagak sedang berbicara dengan jabang bayi dalam perut saya. Saya yang mendengar hanya tersenyum.

Selain suara orang mengaji saya juga membiasakan jabang bayi dalam perut saya untuk mendengarkan lagu-lagu klasik yang digadang-gadang bisa menenangkan jabang bayi dalam perut saya. Terlebih bisa membantu pembentukan kecerdasannya. Ah, semoga saja suatu hari nanti dia bisa menyeimbangkan hidupnya baik duniawi maupun akhirat dengan kecerdasan yang dimilikinya. Aamiin.

Senin, 04 Mei 2015

Solusi HP Samsung S3 Mini Tidak Bisa Nge-Charge

Assalamualaikum.

Solusi HP Samsung S3 Mini Tidak Bisa Nge-Charge.

Semalam karena terlalu mengantuk, selesai sholat isya langsung nyusul suami tidur. Tidak mempedulikan lagi persentase baterai HP kesayangan saya, Samsung S3 Mini yang tinggal 10% dan sudah keluar peringatan minta di-charge. Ah, saya matikan saja. 

Paginya, karena buru-buru ke sekolah, belum sempat nge-charge HP, saya bawa saja charger-nya ke sekolah. Setelah upacara, saya hidupkan HP dan nge-charge deh tuh HP.

Tahu apa yang terjadi? Persentase baterainya tinggal 3% lho. Keluar deh tulisan kalau baterai HP saya sudah kritis. Langsung deh saya tancapkan charger-nya dan melanjutkan kegiatan bersama anak-anak.

Setelah mendampingi anak-anak mengerjakan soal evaluasi, saya tengok tuh HP. Lah kok persentase baterainya tidak nambah sedikitpun. Malah tinggal 2%. Mulai panik deh. Saya cabut charger-nya dan masukkan ke tas. Nanti dicoba lagi di rumah.

Saya mencoba searching di Google untuk mencari Solusi HP Samsung S3 Mini Tidak Bisa Nge-Charge, yang keluar solusinya malah aneh-aneh. Parahnya lagi malah ada yang memberikan solusi, “BELI SAJA YANG BARU”. Fiuuhh....Itu mah bukan solusi yang cerdas dan irit *hiks*!

HP Samsung S3 Mini, HP kesayangan saya
Singkat cerita, alhamdulillah, saya menemukan Solusi HP Samsung S3 Mini Tidak Bisa Nge-Charge. *Jingkrak-jingkrak*

Caranya:
  1. Matikan HP Samsung S3 Mini. Ambil baterainya.
  2. Charge baterai dengan charger kodokan kurang lebih 2 jam (karena terlalu habis persentase baterainya)
  3. Pasang baterainya, dan nyalakan dengan cara tekan agak lama tombol on/off.
  4. Baterai sudah bisa dicharge.
  5. Kalau belum bisa, matikan HP dalam keadaan dicharge. Tanda proses nge-charge akan tampak.
Charger kodokan, sumber DI SINI
Alhamdulillah, akhirnya apa yang saya takutkan, HP rusak, tidak terjadi setelah saya menemukan Solusi HP Samsung S3 Mini Tidak Bisa Nge-Charge. Nah, kalau Anda mengalaminya bisa dicoba solusi yang saya tawarkan. Selamat mencoba!

Sabtu, 02 Mei 2015

Resolusi Kecantikan Bagi Bumil: Anti Jerawat

Assalamualaikum.

Resolusi Kecantikan Bagi Bumil: Anti Jerawat

Hari gini siapa sih yang tak tahu blogger itu apa? Bahkan saat ini banyak sekali blogger baru (baru buat blog) yang bermunculan. Akan tetapi, saya sangat salut kepada blogger lama yang sampai hari ini masih konsisten menulis di blognya, bahkan bisa menghasilkan ‘duit’ dari aktivitas menulisnya itu.

Salah satu blog lama yang masih bertahan sampai sekarang (sudah 6 tahun usianya lho) adalah blog milik Widy Darma, gadis kinyis-kinyis dari Bekasi yang hobi menulis tentang pernikahan dan saya doakan lekas menikah. Hihihi. Ini dia blognya, www.widydarma.com.

Ini dia Widy Darma, saya comot dari SINI
Nah, dalam rangka ulang tahun yang ke-6, blog milik Widy ini bekerja sama dengan VNV Klinik (cek di www.vnvklinik.com) untuk mengadakan give away dengan tema resolusi kulit cantik atau gigi sehat.

Ngomong-ngomong soal kecantikan, saya adalah tipe perempuan yang tidak mau repot dan ribet dalam hal berdandan. Pernah saya ceritakan di Isi Pouch Frozen, coba lihat isi pouch saya. Simpel, hanya ada Body splash cologne, Facial foam, Eye shadow, Bedak tabur, Lipstik natural, Minyak angin, dan Maskara. Itupun belum tentu setiap hari dipakai semua. Yang penting mah, pakai parfum, bedakan tipis-tipis sama pakai lipstik. Cukup.


Eits! Tak suka dandan, bukan berarti saya tidak memperhatikan kesehatan kulit wajah saya ya. Gini-gini saya juga pernah facial di salon. Hihihi *sombong-padahal facial setahun sekali*. Hal itu karena kulit wajah saya sangat sensitif dengan yang namanya jerawat.

Foto jaman kuliah, fokuslah ke jidat saya, oh no ada jerawatnya
Padahal nih ya, setiap kali pergi saya selalu mengenakan masker, kacamata, dan helm. Kalau sampai rumah juga langsung cuci tangan. Setiap kali hendak tidur juga mencuci muka. Tapi jerawat tetap nempel terus.

Jerawat seperti momok tersendiri bagi saya. Saya sering ogah dan tidak pede tiap kali diajak teman untuk keluar saat jerawat sedang berkunjung ke wajah saya. Apalagi kalau pas mau datang bulan. Ih.....!!! Males aja kalau ada yang lihat dengan pandangan penuh arti, "Ih, ini perempuan jorok banget deh ya. Ih, perempuan tak bisa jaga diri. Ihh...Ih...."

Ada orang yang bilang, nanti kalau sudah menikah jerawatnya juga bisa hilang sendiri. Sekarang sudah menikah. Tapi masih sering muncul, jumlahnya juga tidak berkurang, dua sampai tiga biji menghias di jidat atau pipi. Apalagi sekarang sedang hamil, jerawat kok semakin sering hadir.

"......Ketika hamil, tubuh mengalami ketidak-seimbangan hormon. Hal ini dapat menyebabkan produksi minyak pada tubuh juga meningkat. Produksi minyak yang berlebihan itu akhirnya menumpuk di kulit, membuatnya bertumpuk-tumpuk, menebal, dan kemudian berjerawat......." (Tabloit Nova)

Terjawab sudah deh ya pertanyaan saya. Akan tetapi, tidak ada salahnya kan ya kalau saya memiliki resolusi anti jerawat. Meskipun hamil, tampil cantik dan enak dipandang kan juga penting. Khususnya untuk misua, alias suami. *biar dapat pahala terus masuk surga*

Untuk merealisasikan resolusi anti jerawat tersebut, saya tetap menjaga kebersihan wajah saya dengan cara:
  1. Mencuci muka dengan facial foam dua kali sehari plus saat berwudhu (cukup dengan air saja).
  2. Mengenakan masker, kacamata, dan helm jika hendak bepergian.
  3. Mencuci tangan setiap kali melakukan aktivitas di luar rumah.
  4. (Kalau perlu) setiap hendak tidur, saya mencuci wajah saya dengan air hangat kemudian membelah jeruk nipis jadi dua dan menggosokkanya ke bagian wajah yang ada jerawatnya. Dijamin kabur.
Jujur, sebenarnya selama merawat wajah dari jerawat selama hamil ini menimbulkan ketakutan tersendiri bagi saya. Kan ibu hamil tidak boleh banyak menggunakan kosmetik karena kandungan bahan kimia di dalamnya. Tidak baik untuk jabang bayi.

Sungguh keuntungan bagi saya kalau bisa dapat voucher perawatan kulit/gigi & uang cash dari VNV Klinik. Kan kalau bisa dapetin hadiah tersebut saya bisa bertemu secara langsung dengan dokter kecantikan dari VNV Klinik. Tentu saya tidak akan melewatkan kesempatan emas itu. Akan banyak pertanyaan yang akan saya ajukan, salah satunya tentang cara merawat wajah berjerawat bagi bumil seperti saya, ibu hamil tetap cantik dan jabang bayi di dalam perut juga tetap baik-baik saja. Penting!

Jumat, 01 Mei 2015

Karena Dia Terlalu Mencintai Saya

Assalamualaikum.

Karena Dia Terlalu Mencintai Saya.

“Seperti tumbu bertemu tutupnya.”

Pernyataan itu sangat cocok bagi saya dan suami. Saya yang keras kepala berjodoh dengan laki-laki yang berhati lembut dan penyabar. Saya yang cerewet berjodoh dengan laki-laki yang cukup berbicara dan pintar nyrateni ucapan saya. Saya yang boros berjodoh dengan laki-laki yang hemat dan telaten. Dialah suami saya.

Setiap hari, semenjak empat bulan lalu kami menikah (masih hangat-hangat tai ayam), saya selalu terkaget-kaget dengan sikap suami. Bagaimana tidak? Empat tahun bersamanya, meski jarang bertemu, komunikasi hanya lewat HP, saya kira saya cukup mengenalnya. Ternyata tidak!

Laki-laki di samping saya inilah yang terlalu mencintai saya
Uh...Saya sering dibuatnya emosi. Sepele sih maslahnya, namanya juga perempuan *pembelaan*. Baju kotor diletakkan sembarangan. Paling ogah cuci tangan. Sering kelupaan gosok gigi tiap kali mau tidur. Buang sampah sembarangan. Dan satu lagi, kalau tidur dia mendesis. Seperti ular. Atau jangan-jangan suami saya ini siluman ular? Amit-amit! *cium suami

Saya tentu mengomel! Tahu apa reaksinya?

“Maklum sayang, dulu kan hidup sendiri di rantau....”

“Maklum sayang, dulu kalau makan sering telat, jadi tanpa cuci tangan langsung makan. Lapar.”

“Maklum sayang, dulu sering kecapekan jadi sering ketiduran nggak gosok gigi.”

“Maaf sayang...”

“Masak sih ngorok? Apa mungkin kecapekan ya?”

Batin saya, alasannya dulu, dulu, dan dulu. Ah, apa yang keluar dari mulutnya selalu membuat saya luluh. Kasihan?  Atau karena cinta. Yang pasti, saya tahu bagaimana perjuangannya, dulu. 
Sebalnya lagi, saya baru tahu kalau dia itu alergi debu. Terkena debu sedikit saja, dia pasti langsung bersin seharian. Dia juga anti es, sekali tenggak segaaaar, setelah itu batuk dan pilek langsung menyerang. Tentu itu sangat mengganggu, apalagi kalau hendak tidur. Saya jadi susah tidur pula.

Dibalik itu semua.

Saat waktu tidur tiba, tentu setelah dia menggosok giginya, hehehe. Menyediakan minum untuk saya. Mematikan lampu. Dia juga tak pernah lupa mengecup pipi kanan kiri saya, kening, dan mengucapkan “Selamat tidur sayang...” Saya hanya diam. Tak pernah membalasnya.

Setiap kali hari Sabtu, saat dia mendapat gaji mingguannya, dia selalu mengeluarkan bungkusan plastik berwarna hitam dari bagasi motornya. Tahu apa isinya? Buah kesukaan saya, buah pir. Dasar mulut saya yang cerewet, saat pertama kali dia pulang membawa buah pir, saya sempat menyemprotnya, “Pasti abi nggak milih, nih ujungnya udah agak busuk! Kan sayang...” Dia hanya menjawab, “Maaf sayang...”

Setiap pagi hari, saat saya mulai hectic karena akan ke sekolah, tahu apa yang dilakukannya? Memanasi motor saya, mengecek mesin dan isi bagasi saya sudah ada jas hujan atau belum. Satu lagi, dengan sangat telaten dia menyiapkan nasi untuk saya. Termasuk bekal untuk siangnya. Kadang dia malah menawarkan diri untuk menyuapi saya. Sesekali saya terima.

Saat malam berteman sepi tiba, saya sering menghitung dan menimba apa yang selama ini sudah saya lakukan ke dia. Mengenang semua apa yang dilakukannya. Mengoreksi diri sendiri. Yang selalu terngiang hanyalah cintanya. Tapi apa yang saya lakukan? Mulut saya terlalu cerewet. Saya terlalu besar gengsi. Tak pernah membalas kecupannya setiap hendak tidur.

“Ah...istriku yang cantiikkk sekaliii....(memeluk saya). Abi beruntung memiliki istri seperti, Ummi.” Seperti itulah tiap kali selesai jamaah sholat maghrib. Saya malu-malu menolaknya.

Bukankah saya ini istri yang tak tahu diri? Dia begitu mencintai saya. Dia begitu sabar menghadapi saya. Dan dia baik, baik, bahkan baik sekali. Bukan dia yang beruntung mendapatkan saya, justru saya-lah yang beruntung memiliki suami seperti dia. Karena dia terlalu mencintai saya.

“Ya Allah, ijinkanlah saya mencintainya lebih dari ini. Selalu jaga dia. Maafkan saya jika lupa mensyukuri betapa beruntungnya saya memiliki suami sepertinya.”