Jumat, 28 Agustus 2015

Berkah Terindah itu Bisa Menikah di Usia Muda

Assalamualaikum.

Ih, muda? Memangnya usia berapa? Saya menikah di usia 22 tahun. Saat ini, 23 tahun, sudah mengandung anak pertama saya. Kenapa saya sebut usia muda padahal di luar sana ada juga tetangga yang lulus SMP langsung nikah?


Usia 20-an, bagi saya adalah masa di mana kebanyakan saya harusnya ber-haha-hihi-huhu-hehe-hoho, eh saya malah ngurus suami dan bakal bayi saya. Menyesalkah saya karena mimpi ini dan itu harus dinomor sekiankan? *pasang muka sok yes* 

Layaknya perempuan umumnya, saya memiliki harapan setidaknya setelah lulus kuliah, langsung bekerja, punya uang, menikah dengan biaya sendiri, berjodoh dengan laki-laki yang sudah mapan, punya baby yang lucu-lucu dan hidup bahagia. Ciah, cerita negeri dongeng banget ya?


Empat tahun lamanya, mantan pacar (sekarang suami) bersedia menunggu saya. Restu kedua orang tua pun sudah kami kantongi, apalagi yang saya tunggu? Sudah saatnya saya masuk ‘rimba kehidupan’ yang sebenarnya bersama suami. Tak baik menjalin hubungan tanpa ikatan sekalipun hubungan jarak jauh. 

Gambar dari google
Berkah Terindah itu Bisa Menikah di Usia Muda. Berkahnya terletak di mana? Yakin berkah?

Pernah, saya membaca sebuah artikel tentang resiko menikah muda di salah satu situs yang ‘anak muda banget’. Disebutkan salah satu resiko yang paling menohok di hati adalah hilangnya masa muda yang indah. Nah, nah, betul kan apa kata saya?

Bagaimana tidak? Terbiasa bebas, sebebas burung bisa terbang kian kemari, eh mak bedunduk, tiba-tiba kalau pergi harus ijin suami dulu. Terus nih ya, yang paling terasa efeknya setelah menikah adalah saya tidak bisa mendaftar pekerjaan idaman saya dengan alasan saya sudah menikah. Alamaaakk...mati kutu!

Anda percaya dengan apa yang saya sampaikan? Kudu percaya! Tapiiiii...resiko menikah muda itu hanya secuil. Ada segudang berkah yang bakalan Anda dapatkan saat Anda memilih untuk menikah muda.

Resiko seperti kehilangan masa muda, mudah emosian, nyusahin orang sekitar, hidup tak mapan, dan kawin cerai akan bisa diminimalisir dengan catatan ubah mindset kita. Ubah yang negatif dengan yang positif. Apa yang kita pikirkan itulah yang akan terjadi.

Nikmati pernikahan dan segudang berkah itu akan hadir dengan sendirinya. Usia pernikahan saya memang belum ada setahun. Kalau Anda ragu dengan apa yang saya sampaikan, wajar. Akan tetapi, saya percaya, bahwa setiap orang akan belajar dari apa yang sudah dialaminya.

Kembali ke masalah berkah terindah. Berkah apa sih yang saya dapatkan setelah menikah? Banyak. Tapi ada dua berkah yang mampu mengubah diri saya menjadi sosok yang berbeda, setidaknya itu bagi saya sendiri.

1.Lebih Dewasa dan Nggak Egois
Terbiasa semua sendiri, eh tiba-tiba ada seorang suami dengan sifatnya yang amazing banget. Hampir semua berseberangan. Masalah nasi, gaya berpakaian, kebersihan kamar, kebiasaan kentut suami, ngoroknya, dan masih banyak lagi. Setres? Iya lah. Tapi semua memang butuh proses. Inilah nikmatnya menikah muda. Setiap hari saya harus banyak ngolor usus. Belajar tentang kehidupan.

Biasanya setiap kali berangkat kerja, saya selalu dibantu ibu, eh ini? Saya yang kudu merhatiin kebutuhan suami *meskipun makin ke sini justru suami yang merhatiin kebutuhan saya*. Tetap saja, saya harus ingat, inilah tugas saya, seorang istri. Nggak boleh egois. Mau masuk surga nggak? Katanya ingin seperti Khadijah?


Pas pulang kerja, capek pasti. Belum lagi harus nyetrika, nyuci baju, piring masih numpuk. Aaaahhh...pengen teriak, “Caapeeekkk!” Tapi seketika mulut tertutup tak mau mengeluh dengan suami karena melihat wajahnya tampak lelah juga akan tetapi justru berusaha terlihat sumringah kepada saya, istrinya. Mana tega?? Egoisnya lenyap. Makin lenyap saat suami menawarkan diri untuk memijit tubuh saya setiap hendak tidur *yeyeyeye* Tahu kali ya kalau istrinya capek. Ohh.....

Masih banyak lagi kejadian yang membuat saya sering mbatin, heloo..sekarang saya nggak sendiri. Ada suami. Saya pun merasa sekarang emosi saya tidak meledak-ledak bak petasan. Dulu kalau ada masalah langsung cas-cis-cus, sekarang harus cari waktu yang tepat untuk membicarakan ke suami agar dia juga menerimanya enak saya pun enak. Terus, satu lagi, dulu kalau ada masalah saya sering banget mewek, gembeng, terus diem saja nggak mau berbicara sama suami. Sekarang? Justru saya yang nggak betah kalau lama-lama marah sama suami. Rasanya, saya tak ingin melewatkan setiap menit tanpa suami. Ceileeehhh...

2.Belajar Hidup Pas-Pasan
Salah satu alasan saya mau dengan suami adalah ‘mandiri’-nya itu lho. Hidup bertahun-tahun tanpa keluarga di tanah rantau, dia bisa sekolah dan membiayai adiknya yang juga kuliah. Kagumnya lagi, selama kenal, dia mau kerja jadi kuli angkut serabutan, kuli bangunan, sampai merantau di luar Jawa demi mendapatkan uang untuk sekolah adiknya. Tak pernah dia malu dan gengsi untuk mengakuinya.

Saya berpikir, dia bisa jadi suami yang bertanggung jawab. Makanya, kami pun mantab memulai semua dari nol. Hati saya sudah kecantol dengannya.

“Mulai dari nol ya..” ah, berasa petugas SPBU. Hihihi.

Apabila kita meniti tangga sedikit demi sedikit jatuhnya pun akan pelan-pelan. Mungkin akan berbeda, saat saya memilih calon suami yang mapan, apakah saat krisis saya masih bisa berdiri tegar di sampingnya? Meskipun kadang ada setan lewat, tepatnya saat uang bulanan makin menipis, setan itu berbisik dengan gembira, “Salah siapa milih suami nggak mapan?” Ingin rasanya nangis di pojokan terus berdoa minta sama Allah untuk dijatuhi uang sekarung. Ngepet kali ya.
***

Keajaiban menikah atas ijin Allah. Dulu sendiri rezekinya ya segitu-gitu saja, eh ini menikah kok ternyata rezekinya malah pas-pas-an. Pas tak punya lauk, ada saudara yang ngasih. Pas tak punya uang, eh ada orang yang butuh jasa rental saya. Pas mau pergi tak punya sandal baru kok ya ada yang beliin. Pokoknya pas-pas-an mu.

Allah tak pernah sare. Allah selalu mencukupkan hamba-Nya. Mapan itu takaran manusia. Kalau yang menjalani merasa cukup, pas, semua akan baik-baik saja.

Sampai sini, apakah Anda (jomblo) sudah punya jawaban pasti atas pertanyaan ‘Kapan nikah?’ Jangan lagi jawab menunggu mapan secara usia dan ekonomi ya. Karena hidup ini adalah proses belajar yang sangat berharga.

Inilah berkah terindah yang pernah saya alami selama hidup. Kenapa tak dari dulu ya saya menikah? Bagi Anda, yang belum bertemu dengan jodoh, yuk ah dari sekarang jangan takut menikah di usia muda. Selama masih mencari, mari perbaiki diri lagi dan lagi agar kelak saat bertemu dengan sang jodoh makin pantas untuk jadi pasangan yang diidamkan.

35 komentar:

  1. Hihiii yg idup bareng2 dari masa2 priatin itulah yg bakal terkenang ya mb ikaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi...aamiin Mbak, selalu jadi harapan saya Mbak.

      Hapus
  2. Hihihi aku pun menikah tanpa menunda (ga pake pacaran) dlm artian ga mau nunda2 lagi. tp ga muda bgt jg. Tp sm jg memulai semua dr nol kaya pertamina.. alhamdulillah.. bahagia..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mbak Ruli...aih saya selalu iri ih kalau ada yang cerita cintanya.

      Hapus
  3. paling tidak bisa instropeksi diri, kenapa dan apa tujuan saya menikah di usia muda... sehingga bisa mampu menciptakan keluarga yang samawa dan di ridhoi oleh Allah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ya Allah.
      Introspeksi diri, inilah yang selalu saya usahakan setiap hari Mbak. Terima kasih ya.

      Hapus
  4. begitulah awal suka duka menggayuh biduk rumah tangga. Jika kuat mental bersama-sama dalam badai segede apapun nsyaallah akan terus jadi keluarga SAMARA. AMiiin YRA

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pegangan Mbak Tanty aaahhh...biar makin kuat.

      Hapus
  5. Semoga berkah terindah itu terus berlanjut dalam bangunan rumah tangga yang senantiasa sakinah mawaddah warahmah ya, Mbak.

    Allaahumma aamiin...

    BalasHapus
  6. Artikel yang sangat inspirasional sekali. Menikah di Usia Muda boleh boleh saja karena memang banyak yang sudah melakoni dan berhasil membina rumah tangga. Namun baiknya berkonsultasi dahulu dan minta pendapat dengan para ahli maupun senior yang sudah lebih berpengalaman membina keluarga

    Juga agar dperhatikan batas usianya, Agar juga tidak melanggar undang undang pernikahan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Pak, betul banget.
      Makanya saya cantumkan UU tentang menikah muda di atas ya Pak. Agar yang baca juga tahu,

      Hapus
  7. sy nikah usia 23. beda dikit ya mba, semoga mba ika dan suami selalu samara, ya..sehat juga utk kehamilan hingga persalinan nanti. amin

    BalasHapus
  8. Well untuk soal nikah, kayaknya belum ada kepikiran buat nikah untuk waktu dekat. Selain belum punya pekerjaan tetap, satu lagi yg penting belum punya sosok pasangan (yang tetap) tentunya haha

    http://sastraananta.blogspot.com/2015/08/peluang-keuntungan-bernama-investasi.html

    BalasHapus
  9. cita2ku dulu nikah usia 23 tahun, harus mundur ke usia 25 tapi Alhamdulillah ternyata malah bisa nikah dengan biaya sendiri, skrng hidup berdua dengan suami, belajar dari nol semuanya, sama2 belajar jadi dewasa. 25 masih mudah kan mbakkk??? hehehhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa masih muda kok Mbak. Masih kinclooonggggg ixixixi

      Hapus
  10. Wah ternyata kita cuma beda setahun ya :D Dan saya pun menikah umur 22, Alhamdulillah emang berkah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak duh, salah login. Tadi masih pake akun suami :D Ini aku Ade hehe

      Hapus
    2. Hayo hayo hayo ketahuan kan. ixixixi.
      Pokoknya bismillah semoga selalu bahagia ya Pengantin Baru.

      Hapus
  11. Aku dong menikah muda...21th dan suami 30th pas nikah. Punya anak pas 23th. Sekarang umur 36 anakku sdh ABG (kls 3 SMP). Kalo jalan kayak kakak adik ...haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini nih yang saya pengen juga Mbak, jalan sama anak tapi berasa kayak sama temen.

      Hapus
  12. Mayan muda ya Ika pas nikah, aku umur 24 nikah, tapi ngga langsung punya anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, Mbak Rahmi juga masih muda. Dulu, saya juga kepengen nikah pas usia 24 eh malah ternyata Allah ngirim jodoh saya lebih cepet.

      Hapus
  13. sy jg mnikah usia 22 kok mba...gak terasa sdh 18th nih rumah tangga sy..alhamdulillah banyak indah dan barrakahnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, Mbak Ir ini berarti sama dnegan ibuk saya.

      Hapus
  14. Umur 22 saya masih nyari kerja hihi...

    BalasHapus
  15. Saya juga nikah mudaaa.. *toss dulu

    Nikah usia 21 dan skrg 27 sudah punya 2 buntut..hihihi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi....saya perkirakan usia 27 juga punya 2 buntut Mbak. Hihihi. Mau berguru sama mbak Arinta ah.

      Hapus
  16. umur 22 masih asyik kmana2...krn mmg belum kepikiran menikah waktu itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi...jelong-jelong terus ya Mbak dulu. Berkelana kian kemari.

      Hapus
  17. Weeew gitu toh ceritanya. Aku juga gak bisa nunda nikah lama lagi soalnya pacarku udah mapan dan usianya hampir kepala tiga nih.
    Aku sempet pesimis soal ekonomi nantinya, tapi aku percaya menikah itu membuka pintu rezeki lainnya. :)

    BalasHapus
  18. Akupun nikah umur 21.. tapi masih labil sampe sekarang. wkwkwkwk

    BalasHapus