Rabu, 09 September 2015

Bubur Sumsum yang Ngangenin

Assalamualaikum.

Sesendok bubur sumsum
Bubur Sumsum yang Ngangenin. Se-ngangenin apa sih bubur sumsum ini? Apa bedanya dengan bubur sumsum yang lainnya?

Hari Minggu pasaran (pasar tradisional di tempat saya hanya ramai kalau pas pahing dan kliwon, misal Minggu Pahing) saya bersama teman-teman ngapel di los milik Mbah Kamirah. Siapakah beliau? Dia adalah penjual bubur sumsum paling legendaris di seantero kalangan anak-anak.

Bubur Sumsum yang Ngangenin
Seporsi hanya Rp 1.000, dulu? Rp 100 perak
Rela tak mandi, hanya cuci muka, saya dan rombongan berbondong-bondong memenuhi los Mbah Kamirah. Kami rebutan mangkok kecil tempat bubur sumsum dan dilanjutkan jongkok antre. Siapa cepat dia dapat. Yang tidak dapat mangkok alias kehabisan ya nunggu lamaaa. Lha yang makan pada ngrumpi dulu.

Itu dulu, belasan tahun lalu, saat saya masih TK sampai SD. Kini, pemandangan anak-anak yang antre panjang tak tampak lagi. Tinggal anak-anak balita saja yang sering makan di depan los Mbah Kamirah sambil menunggu ibunya belanja. Jadi, los Mbah Kamirah ini semacam penitipan anak, juga.

Kangen rasanya ingin mengulang masa-masa itu. Makanya, pernah saat saya pergi ke pasar dengan ibu dan Rena, saya mengulangi masa itu. Sambil menunggu ibu belanja, saya dan Rena menikmati bubur sumsum yang ngangenin ini. Makan sambil ngobrol ngalor ngidul. Tak terasa habis dan ibu belum datang jadi nambah lagi bubur sumsumnya. Hihi.

Komposisi bubur sumsum Mbah Kamirah.
Juroh (cairan gula merah)
Bubur sumsum yang ngangenin ini memang tak sepopuler dulu. Ya, meskipun los Mbah Kamirah nggak pernah sepi pembeli yang kebanyakan memilih untuk membungkus bubur sumsum ini dan membawa pulang. Tapi, sadar tidak sadar jajanan tradisional ini memang mulai tergeser dengan jajanan yang lainnya, seperti sosis, nugget, bakso bakar, siomay, bakso genggong, dan lain-lain.

Sedihnya lagi, makin jarang yang jualan jajanan tradisional yang terbuat dari campuran tepung beras, garam, dan santan ini. Seperti Mbah Kamirah, bisa dibayangin usianya sekarang berapa? Ada generasi penerusnya apa nggak ya?

Nah, kalau di tempat Anda masih adakah jajanan tradisional bubur sumsum ini? Berapa harganya seporsi?

5 komentar:

  1. Di tempatku seporsinya 5000
    Untung saja di dekat rumahku ada yg jualan, kalo gak susah kali nyarinya, uda kalah saing dengan bubur ayam dan bubur jagung

    BalasHapus
  2. Aku kok cuma doyan makan putihnya aja ya. Hihi. Kalau dicampur sama juroh ndak gitu suka :D

    BalasHapus
  3. Di tempatku masih banyak yg jualan gini Mb Ika, mbok2 setengah umur maupun muda gendhong dhunak dan bawa macem2 mulai bubur sumsum, apem, bubur candil dkk itu pada seliweran di kampung.
    Klo yg foto punya Mb Ika itu di tempatku mirip sama bubur pendhem... jadi buburnya dipendhem di dalam ketan. Komposisinya lebih banyak ketannya sih dibandingin buburnya. Terus dikasih kelapa parut dan juruh juga.

    BalasHapus
  4. disaya yang dibungkus pake daun pisang harga'a masih 500 :D

    BalasHapus
  5. Bubur sumsumnya murah banget yaaa, di Cimahi biasanya sekitar 5000 rupiah, mbak. Tapi gak pakai ketan dan kelapa parut, hanya gula cair, santan, dan biji salak..

    BalasHapus