Kamis, 05 November 2015

Saat Passionmu Terganjal Restu Orang Tua

Assalamualaikum.

Saat Passionmu Terganjal Restu Orang Tua. Siapa yang ngerasa judulnya gue banget? Ah, bukan hanya Anda, saya pun pernah mengalaminya. Apa yang saya pilih? Tetap mempertahankan passion atau ikut dengan kemauan orang tua?

Postingan ini bisa ada karena saya tergelitik dengan cerita Pak Dedy Dahlan (seorang Passionpreneur Coach) saat menjawab pertanyaan dari peserta talkshow di acara roadshow Tokopedia 2015 dengan tema “Temukan Passionmu, Ciptakan Peluangmu” yang diadakan oleh UKM R’ n B - Universitas Diponegoro dan tentunya Tokopedia pada Minggu, 1 November 2015 lalu. Bertempat di gedung Prof. Sudharto, Pak Dedy dengan gayanya yang khas-memamerkan jidatnya yang jenong, menceritakan bahwa dirinya berasal dari keluarga dokter sedangkan beliau sekarang justru terjun di dunia lain yang sesuai dengan passionnya. Sangat berlawanan dengan profesi kebanyakan keluarganya.
sumber foto: @tokopedia
Eits, ngomong-ngomong ada yang masih bingung passion itu apa? Apa bedanya passion dan hobi? Menurut Pak Dedy, kalau hobi itu ya suka sekadar suka sedangkan passion itu suka tapi ada suatu dorongan dalam diri kita untuk melakukan sesuatu yang lebih. Gampangnya, kalau itu adalah passion, meskipun Anda tidak dibayar pun mau melakukannya. Kalau versi saya, passion itu..

Satu hari belum melakukan kegiatan tersebut seperti ada yang kurang, hilang, dan aneh.

Pertanyaan dari salah satu peserta talkshow yang beruntung itu intinya adalah tentang kegelisahan hatinya karena passionnya tidak disetujui oleh ibunya. Pak Dedy menjawab pertanyaan tersebut dengan menceritakan pengalaman hidupnya. Dia memperjuangkan passionnya di dunia sharing-berbagi-dan ‘mempengaruhi’ kepada orang lain. Dia bertekad kalau passionnya bukan jadi dokter. Dengan cara apa? Ya, dengan cara apa? Ya memperjuangkannya dan membuktikan ke orangtua dan lama kelamaan, mereka diam. Diam karena tahu kalau Pak Dedy memang tak memiliki passion di dunia kedokteran.

pesertanya buanyaakkk lho
Lain Pak Dedy lain halnya saya. Dulu, awal kuliah saya sempat berontak dengan kenyataan kalau saya kuliah di program studi PGSD. Karena itu pilihan orang tua sedangkan saya ingin sekali masuk psikologi atau bahasa Indonesia. Tapi apa dikata? Saya kalah. Ikut kemauan orang tua. Lantas?

Saya tak diam begitu saja membiarkan passion saya di bidang psikologi dan bahasa Indonesia tak terasah. Allah begitu baik, ternyata eh ternyata di program studi PGSD, psikologi tetap ada. Ya meskipun psikologi perkembangan anak kan tetap ada psikologinya. Di sela-sela waktu kuliah saya juga selalu menyempatkan diri untuk membaca literatur yang berbau psikologi. Sampai-sampai setiap kali meminjam buku dari perpustakaan, buku yang berbau psikolog tak pernah absen.

Ini salah satu contoh passion mahasiwa UNDIP
Kemudian apa kabar dengan passion saya berkaitan dengan bahasa Indonesia? Ternyata Allah menggiring saya di dunia jurnalistik (pernah jadi penyiar radio dan pengurus inti mading program studi). Kini apa kabar passion saya?

Saya tetap menjadi guru (sesuai keingin orang tua) dan bisa juga menyalurkan passion saya lewat dunia blogging (walaupun akhir-akhir ini sering galon dengan peran ibu baru). Setidaknya apa yang saya alami ini, tidak membangkang keiginan orang tua, saya masih tetap bisa memperjuangkan passion saya. Lebih-lebih passion saya sedikit banyak memberikan kebahagiaan lebih. Yaitu, karena beberapa kali menang lomba menulis (Seringnya kalah).

Dari apa yang saya alami dan juga Pak Dedy, setidaknya ada dua pilihan Saat Passionmu Terganjal Restu Orang Tua, apa yang harus dilakukan? Ini dia:

  1. Berusaha keras menolak dan membuktikan passion Anda itu patut dipilih, atau,
  2. Menghormati dan mengikuti pilihan orang tua tapi tetap memperjuangkan passion. Setelah selesai dengan jalan hidup sesuai pilihan orang tua, Anda kembali memperjuangkan passion Anda tanpa harus menyakiti atau bahasa ekstrimnya durhaka kepada orang tua.
Pertanyaan atas kegalauan mahasiswi yang passionnya terganjal restu orang tua itu pun terjawab. Sebuah buku karya Pak Dedy (penulis best seller juga lho) pun diberikan sebagai hadiah untuk mahasiswi tersebut dan acara talkshow dilanjutkan dengan narasumber yang lainnya, yaitu Pak Leon ( COO Tokopedia) dan Mbak Mustika (Seller Tokopedia). Jadi, ikutan acara talkshow ini tak melulu berbau soal jual beli. Seperti yang diadakan di Semarang ini, dengan sasaran mahasiswa, panitia mengajak peserta untuk menemukan passionnya salah satunya dengan berjualan. Berjualan yang mudah dan nggak ribet? Ya, di Tokopedia.
Foto bersama narasumber dan panitia

12 komentar:

  1. Passion saya sebenarnya BISNIS bukan sebagai Pegawai atau Karyawan swasta

    BalasHapus
  2. Passion saya sih nulis, tapi sayangnya sampai sekarang belum punya buku. Itulah yang masih bikin gelisah gak bisa tidur.

    BalasHapus
  3. passion saya awalnya nulis. pernah nerjemahin, sekarang editor fiksi. ortu pengennya saya pns, tapi saya nggak nyerah. dan, saya lebih bahagia dengan pekerjaan saya.

    BalasHapus
  4. Yg penting tetap semangat mbak... buktikan sama ortu kalo kita memang serius sama passion kita. Aku juga lagi berusaha lebih serius menekuni passionku. Saling berdoa ya ;)

    BalasHapus
  5. Saya udah menemukan passion, demi menulis saya akhirnya resign. Dan saya lebih bahagia :)

    BalasHapus
  6. Saya sendiri sampai sekarang belum menemukan passion saya sendiri, saat ini masih dalam proses pencarian jati diri :D

    BalasHapus
  7. Restu ortu memang perlu bgt ya.. jd kdg menuruti passion bs jg gak sepenuhnya happy

    BalasHapus
  8. keren mba, dikaw bisa berkompromi dengan ortu tapi tetap mengejar passionmu...ahh ngga jadi datang ke toped hehehe

    BalasHapus
  9. Aku pernah beberapa kali melakukan sesuatu tanpa restu orang tua, dan hasilnya kacau mba. Jadi buatku, restu dan izin ortu penting lah.. Secinta apapun aku dengan sesuatu, tp kalo ga diridhoin ortu, yo wis, aku ngalah :). Bukan cuma passion, tp jg ttg pasangan. Beberapa kali aku pacaran dgn org yg ga disetujui, ujung2nya putus tengah jalan. Prnh juga nekad nikah walo aku tau ortu ga suka dgn pilihanku yg pertama dulu, dan akhirnya cerai. Yg kedua ini alhamdulillah di restui, dan bertahan :). Makanya bagi aku sih, reatu ortu paling utama :)

    BalasHapus
  10. Kalau aku mah passion Alhamdulillah didukung terus ama ortu, yang penting positif dan bahagia aja 😊

    BalasHapus
  11. Alhamdulillaah masih bisa melakukan pekerjaan sesuai passion dengan restu orang tua 😇 makasih sharingnyaaa mbaak. .

    BalasHapus