Kamis, 29 Januari 2015

(Masih) Deg-Deg-Ser

Pernah membayangkan kalau cerita di film-film terjadi pula di dalam kehidupan Anda? Sedikitpun tidak, bagi saya. Tapi ternyata dugaan saya salah.

Apakah Anda pernah menonton sebuah film dengan judul Hari untuk Amanda? Film yang mengisahkan seorang gadis bernama Amanda. Ia hampir saja tergoda dengan mantan pacarnya saat hari pernikahannya bersama laki-laki pilihannya tinggal menghitung hari.


Pun saya seperti Amanda. Tanpa sengaja saya bertemu cinta pertama saya. Cinta yang sejak lama saya tunggu semenjak perpisahan itu. Perpisahan yang tidak kami inginkan. Dia harus pindah ke Solo karena melanjutkan sekolah (SMP) di sana. Aih, kalau ingat janjinya akan selalu mengirim kabar kepada saya, jadi ngilu.


Pertemuan itu terjadi saat saya membeli air minum isi ulang tak jauh dari rumah. Saat saya sedang menunggu antrian, saya duduk menghadap ke arah jalan raya. Di depan sana, di sebuah konter ada seorang laki-laki yang sepertinya saya kenal.

Agak ragu, kami saling menunjuk. Saya menyebut namanya, begitu juga dengannya. Seperti di film-film.

Tahukah apa yang saya rasakan? Deg-deg-ser, jedag-jedug!! Rasa itu serta merta dan tanpa aba-aba memenuhi dada saya. Seiring dengan langkahnya menghampiri saya. Semakin dekat, jedag-jedugnya semakin menjadi-jadi.

Benarkah laki-laki yang ada di depan saya ini adalah dia, orang yang pernah meninggalkan saya dengan janjinya yang terbawa hingga SMA?

“Apa kabar?” tanyanya.

Dia sudah berubah. Dia tidak lagi seperti dulu. Laki-laki pemalu yang hanya mau berbicara dengan saya seorang.

“Baik sekali.” jawab saya mantab. Meskipun terdengar agak bergetar dan jelas, saya gugup. Dia? Sepertinya biasa saja. Atau?

Kami berbicara ngalor-ngidul. Membicarakan kabar teman SD, soal kuliah, dan apa-apa yang bisa dibahas. Di depannya saya tak bisa berkutik. Bahkan terlihat sangat blo-on. Otak jadi buntu mau bahas apa. Deg-deg-ser. 

“Kemana saja selama ini?” bibir saya tak bersahabat. Mengucapkan kalimat yang tentu akan membuatnya GR. Tapi saya pikir kapan lagi.

Dia hanya diam. Tersenyum. Ah, inilah khas dia.

“Ya, sekolah, kuliah, dan sekarang mau cari kerja.” jawabannya membuat dada saya sesak. Saya yakin sebenarnya dia tahu apa yang saya maksud.

“Lama tak tunggu-tunggu kamu nggak pernah datang ke rumah. (Diam sejenak-saya menelan ludah). Desember akhir, aku menikah.” Saya beranikan diri menatapnya langsung. Ingin tahu ekspresinya.

Dia tampak terkejut. Bahkan meyakinkan apakah saya serius.

“Usahain datang yaa. Biar kamu bisa tahu kalau rumahku nggak pindah ke mana-mana.”

***

Seminggu sebelum pernikahan, saya kirimkan undangan khusus untuknya. Saya mengantarnya langsung. Sayang, saya hanya bertemu dengan ibunya.

Pas hari H pernikahan saya, dia menjadi salah satu tamu yang saya nanti-nantikan kehadirannya. Sayang, kalimat “Terima kasih atas pelajaran menunggu darimu. Karenamu aku menemukan kebahagiaan yang sebenarnya, yaitu dipertemukan dengan suamiku.” ini harus saya simpan rapat-rapat. Entah sampai kapan.

Semoga dia bahagia. Selalu. Aamiin.

Senin, 26 Januari 2015

ISTIMEWA SCHOLARSHIP untuk Mahasiswa Aktif Organisasi

Halo mahasiswa yang ada di seluruh perguruan tinggi di Yogyakarta! Ada kabar baik bagi kalian yang memiliki IPK pas-pasan tapi aktif beroganisasi dan memiliki prestasi yang cemerlang. Mau dapat beasiswa? Ada ISTIMEWA SCHOLARSHIP nih. ISTIMEWA SCHOLARSHIP ini adalah program beasiswa dari Ceraproduction.com. Apa syarat dan ketentuannya? Simak yuk!


Persyaratan Umum :
  1. Mahasiswa / mahasiswi aktif
  2. Semua jurusan / program studi
  3. IPK Minimal 2,50
  4. Aktif di Organisasi Kampus / Komunitas
  5. Universitas wilayah Yogyakarta
Administrasi :
  1. Mengisi Form Pendaftaran (  http://bit.ly/beasiswacera )
  2. Satu lembar foto ukuran 4 x 6 cm berwarna terbaru
  3. Fotocopy Kartu Mahasiswa
  4. Fotocopy Transkrip Nilai Terakhir
  5. Fotocopy sertifikat kegiatan organisasi/surat keterangan aktif berorganisasi
Teknis :
  1. Pendaftar mendownload form pendaftaran melalui website
  2. Mengisi form pendaftaran dan melengkapi persyaratan untuk dikrimkan melalui email istimewa.cera@gmail.com
  3. 12 besar akan mengikuti tes interview
  4. Penerima Beasiswa mendapatkan beasiswa untuk 1 semester (6 bulan)
  5. Nominal Beasiswa adalah Rp 1.500.000,-
Informasi  :
  1. Pendaftaran : 11 Januari 2015 – 11 Maret 2015
  2. Seleksi Administrasi : 16 – 20 Maret 2015
  3. Pengumuman Lolos  Administrasi : 23 Maret 2015 kandidat
  4. Tes Interview : 25 – 26 Maret 2015
  5. Pengumuman : 11 April 2015 ( melalui website ceraproduction.com )
Info lebih lanjut bisa lihat di web ceraproduction.com.

Sabtu, 24 Januari 2015

Kacamata

Pertama kalinya menggunakan kacamata adalah saat semester 3, kurang lebih 3 tahun yang lalu. Penyebabnya adalah hobi bangeet berlama-lama di depan layar komputer milik warnet depan kos. Sebenarnya bukan hobi sih, tapi kebutuhan dan tuntutan tugas kuliah. Kan dulu belum punya netbook sendiri. Jadi, kalau nongkrong bisa sampai tengah malam. Bersyukurlah bagi Anda yang saat ini tak perlu bersusah-susah cari warnet untuk numpang ngerjain tugas kuliah maupun sekolah.

Etapi, pernah nggak sih punya anggapan kalau ada orang berkacamata itu kesannya smart?? Saya dulu sebelum divonis minus kanan kiri 0,5 punya anggapan seperti itu lho, setelahnya? Ah, nggak enak berkacamata! Apalagi kalau pas di jalan naik motor terus kehujanan, beuh, buram semua. Pengen nangis *lebay.

Kacamat saya
Ngomong-ngomong soal kacamata nih ya, saya adalah tipe orang yang tidak pernah gonta-ganti kacamata. Semenjak baru sampai sekarang. Saya hanya berpikir, ah, ini kacamata bukan untuk gaya-gayaan, gunanya sebagai alat bantu saya untuk melihat, yang penting masih bisa digunakan. Cukup.

Sebenarnya, semenjak baru, kacamata ini sudah dua kali rewel. Pertama, bantalan kecil yang nempel di hidung itu pernah hilang satu. Ada tetangga yang baik hati terus dibetulin, bisa dipakai lagi deh. Kedua, kejadiannya saat perjalanan pulang kan hujan deras, daripada makin tersiksa karena kacamata kena air, saya taruh kacamata di bagasi motor, eh pas saya buka, tangkainya copot. Panik deh saya. Setelah saya teliti di sekitar letak kacamata tadi ternyata ada mur yang jatuh. Ternyata tangkai kacamata saya hanya lepas murnya. Jadi, bisa digunakan lagi deh setelah diperbaiki.

Keinginan untuk membei kacamata baru memang ada. Tapi, nanti sajalah. Begitu pikir saya, selalu. Uangnya kan bisa digunakan untuk keperluan lainnya.

Eh, saya pernah lho punya pengalaman menjengkelkan yang berhubungan dengan kacamata. Tepatnya, bulan yang lalu saat ada sales kacamata datang di sekolah tempat saya mengajar.

“Bu, itu kacamatanya sudah jelek banget kok, Bu. Tidak mau lihat dulu jualan saya? Bagus-bagus lho.”

Ih, mendengar ucapan sales kacamata itu rasanya jengkel banget deh. Iya, saya tahu kalau kacamata saya sudah jelek, tapi nggak gitu juga kali kalau mau nawarin dagangan.

“Terima kasih, Mas. Lain kali saja.” jawab saya langsung kabur. Daripada saya cakar-cakar salesnya. Hihihi.

Gara-gara sales kacamata itu, di list mimpi saya pada tahun 2015 ini saya masukkan deh kalimat, “Dapat hadiah atau beli kacamata.” Semoga Allah mengabulkan. Aamiin.

Suami yang lihat kalimat tersebut senyum-senyum. Ah, entahlah senyum-senyum karena apa? Saya tipe orang yang paling anti minta-minta sama suami. Tapi ngarep banget dibelikan kacamata baru sama suami. Atau ada yang mau memberikan kado untuk ulang tahun saya di bulan April nanti berupa kacamata. Uh, senangnya kalau tiba-tiba ada tukang jasa pengiriman, Pak JNE, datang ke rumah dengan membawa bingkisan berisi kacamata.

Jumat, 23 Januari 2015

Strip Dua

Banyak teman yang kaget saat saya menyebar undangan pernikahan. Maklum, usia 22 tahun bagi mereka masih terlalu dini untuk menikah. Beda dengan anggapan kalangan tetangga sekitar rumah. Usia segitu harusnya sudah menggendong anak.

Saya tak mau memperdulikan apa kata orang. Akhirnya pesta pernikahan saya pun digelar dengan keyakinan dalam diri inilah saatnya saya menikah. Tentunya dengan laki-laki pilihan saya dan atas persetujuan keluarga.

Saya dan teman-teman
Sebagai pengantin baru, banyak hal yang saya sharing-kan ke suami. Salah satunya adalah harapan besar saya, dan tentunya keluarga dari pihak saya. Saya adalah anak tunggal, sedangkan suami memiliki banyak saudara. Kehadiran bayi mungil bagi keluarga saya sangatlah di-idamkan. Suami pun dengan senang hati meng-iya-kan harapan saya. Alhamdulillah.

“Jangan ditunda-tunda ya.”

Seperti itulah pesan ibu kepada saya, sebelum hari H pernikahan. Saya tahu betul bagaimana perasaan ibu. Ketakutan ibu. Saat usia pernikahannya sudah lama, Allah belum mengijinkan untuk memiliki saya, anaknya. Periksa ke dokter satu ke dokter lain, menghampiri rumah sakit A ke rumah sakit B, tapi belum ada hasilnya. Apa yang ibu dapatkan? Bukan dukungan. Melainkan dicemooh orang baik langsung maupun tidak langsung dengan tuduhan mandul. Ya, ibu dituduh sebagai perempuan mandul. Meskipun hasil pemeriksaan mengatakan ibu dan bapak saya sehat, keduanya tidak mandul.

“Ibu tidak mau kamu merasakan apa yang ibu rasakan dulu.” kata ibu.

Setiap kali selesai sholat berjamaah, suami selalu memimpin doa agar kami segera diberikan keturunan. Saya sangat bersyukur karena suami mendukung harapan saya ini. Bukan hanya saya dan suami yang akan bahagia, lebih bahagia lagi adalah bapak dan ibu yang akan dipanggil kakek dan nenek.

Saya pun berjanji tak akan meminta yang aneh-aneh di ulang tahun saya tahun ini. Cukup tanda strip dua, saya hamil. Saya hamil. Itu sudah menjadi kado terindah di hari ulang tahun saya yang tidak akan ada tandingannya. Strip dua yang akan membahagiakan banyak orang. Sebagai bukti pula bahwa saya bisa hamil dan ibu tak perlu takut saya akan bernasib seperti beliau. Aamiin. Aamiin.


Rabu, 14 Januari 2015

Kerja Bagus PLN


Tak ada hujan tak ada angin, tahu-tahu lampu di rumah kelap-kelip seperti lampu disko. Sedetik kemudian, pet! Mati listrik. Saya bertanya pada pemilik rumah sebelah, sama juga. Berhubung sudah mau maghrib, tetangga yang awalnya main ke rumah saya dan rumahnya terletak di pinggir jalan raya pun pulang.

Tak berapa lama tetangga saya tadi lari-lari ke rumah saya, “Loh Mbak, lampu di rumahku nyala kok.” Mendengar keterangan tetangga saya tadi, saya jadi penasaran. Eh iya, kok nyala ya. Rumah yang letaknya di ujung utara gang juga nyala. Kok aneh ya, yang sini nyala, yang sana mati, eh tempat saya kok mati.


“Nanti nggak bisa nonton Jodha.” teriak ibu saya.

Tak mau melihat ibu ketinggalan cerita Jodha, saya pun mencari nomor telepon PLN. Saya telepon 123. Ini kali pertama saya telepon 123, ternyata seperti layanan di provider. Jadi, kita akan diberi pilihan dengan memencet angka tertentu sesuai dengan kebutuhan kita. Karena saya akan mengadukan keluhan saya pun memencet angka 2.

Terdengar suara laki-laki di seberang sana. Wawan, akunya. Selama berbicang dengannya, ada beberapa pertanyaan yang ia ajukan.
  1. Saya berbicara dengan siapa?
  2. Apa keluhan yang Anda alami?
  3. Di manakah alamat Anda?
  4. Di manakah kantor PLN terdekat dari rumah Anda?

Setelah semua sudah kita jawab, pihak PLN meyakinkan kita bahwa petugas akan segera datang ke TKP. Kita juga akan diberi kode pengaduan. Tapi tidak tahu gunanya untuk apa. Tak lupa pihak PLN juga mengingatkan agar kita tidak memberikan tambahan uang sepeserpun demi mewujudkan Indonesia Bersih. Perlu diacungi jempol nih yang ini.

Satu jam setelah saya menelepon pihak PLN, lampu di rumah saya sudah nyala. Begitu juga dengan milik tetangga. Bisa jadi kerusakannya tidak terlalu fatal kali ya. Kerja bagus PLN. Saya bahagia sekali, karena ibu saya bisa nonton Jodha.  

Selasa, 13 Januari 2015

Mudahnya Membeli Aplikasi di Google Play Store dengan Pulsa

Halo, saya datang membawa kabar bagus nih. Sekarang kulit manggis ada ekstraknyaa... Hehehe, bukan-bukan! Kalau kabar itu udah biasa ya. Nah, kabar bagus yang ingin saya bagikan yaitu sekarang kita bisa lho membeli aplikasi di Google Play Store dengan pulsa? Sudah tahu belum? Apa? Belum? Wah, berarti Anda ketinggalan info nih!

Kabar baik ini khusus untuk pengguna setia Indosat. Anda termasuk pengguna Indosat kan? Wajib disimak nih. Kalau belum menggunakan Indosat buruan deh ya beli kartu perdana di konter terdekat *maksa.

Saya akui, empat tahun menggunakan Indosat, Indosat seringkali memanjakan konsumennya dengan berbagai gratisan, baik itu SMS, menit telepon, poin, dan yang sangat digandrungi lagi adalah gratisan kuota internet. Eits, kali ini Indosat hadir dengan trobosan terbaru. Yaitu, memberikan kemudahan bagi pengguna setianya yang ingin membeli aplikasi di Google Play Store cukup dengan bermodalkan pulsa. Ya, tanpa harus memiliki kartu kredit. Jadi, Anda bisa membeli aplikasi hanya tinggal klik, klik, dan klik. Selesai.

Nah, untuk pengantin baru macam saya ini aplikasi apa ya yang paling cocok? Sini-sini saya bocorin.

Buku Doa-Doa untuk Pengantin
Tidak pakai lama, saya pun langsung mengikuti cara membeli aplikasi di Google Play Store dengan pulsa seperti yang diterangkan di webnya Indosat. Nah, kunci utamanya agar Anda mudah membeli aplikasi di Google Play Store dengan pulsa adalah perhatikan saat mengisi di menu Akun Saya pada Google Play Store Anda. Berikut penampakannya.

Penampakan Akun Saya

Kalau Anda pengguna Indosat otomatis di Akun Saya akan tampil seperti di atas dan pilihlah metode pembayarannya dengan meng-klik "Aktifkan Penagihan Indosat". Kalau sudah, Anda bisa lanjut memilih aplikasi apa yang ingin Anda beli.

Harga Buku pilihan saya hanya Rp 25.000
Klik Beli. Dan ikuti langkahnya sesuai tampilan pada layar smartphone Anda. Oya, karena suami saya suka sekali main game saya juga membeli aplikasi game berikut ini. Harganya lebih murah lagi hanya Rp 12.000.

Game untuk suami
Oya, Indosat juga mengingatkan saya untuk menjadi warga Indosat yang baik lho. Yaitu, dengan membayar pajak. Jangan dikira besar nilainya, hanya 10%. Jadi, misalnya saya membeli apliksai seharga Rp 25.000, pajaknya berarti Rp 2.500. Pulsa saya akan berkurang Rp 27.500. Sepadan kan dengan apa yang saya dapatkan.

Nah, bagi kamu yang pengguna Indosat sekaligus pengguna smartphone, yuk, buruan coba mudahnya membeli aplikasi di Google Play Store dengan pulsa! Yang belum menggunakan Indosat, segera lari ke konter terdekat, beli kartu perdananya.

Selamat mencoba. Sukses selalu untuk Indosat dan teruslah berinovasi untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk konsumennya :)))

Minggu, 11 Januari 2015

Membuat Kartu Aku di Alfamart

Biasanya, saya tak pernah itung-itungan kalau mau beli sesuatu. Setelah jadi istri, rasa-rasanya jiwa perhitungan saya kok mulai tumbuh. Bisa jadi karena sekarang sudah beda kali ya keperluan dan kebutuhannya.

Untuk mengantisipasinya, dari awal saya sudah bilang ke suami lebih baik belanja keperluan rumah sekali dalam sebulan. Itu karena memang gaji saya dibayarkan setiap awal bulan sedangkan suami setiap seminggu sekali. Akhirnya setelah diskusi lunak bersama suami, kami memutuskan gaji saya digunakan untuk belanja bulanan. Gaji suami setengahnya sebagai pegangan dan sisanya masuk tabungan.

Ternyata eh ternyata setelah berumah tangga sering ada kebutuhan yang tak terduga ya. Misalnya, ada acara jenguk tetangga yang sakit, main ke rumah mertua, kondangan, membeli obat, iuran ini dan itu, dan masih banyak lagi. Nggak mau lah ya kalau uang pegangan sudah habis sebelum jatah dari suami masuk di dompet. Masak iya pura-pura nggak denger kalau ada tetangga yang punya gawe atau kena musibah. Atau pura-pura nutup pintu biar keponakan nggak jadi main ke rumah?

Mikir-mikir-mikir! Saya pun memutar otak. Cari cara agar keuangan keluarga saya tetap lancar dan dapur tetap ngepul. Aha! Berhubung rumah dekat dengan Alfamart, tidak ada salahnya kalau saya buat kartu member di sana. Lagian saya juga langganan info dari Alfamart di Line. Nah, pas lihat ada promo Alfamart di Line, wah kebetulan nih nanti belanja sekalian membuat kartu Aku (member) di Alfamart.


Setelah mengambil barang-barang yang ingin saya beli, tentunya yang lagi promo, lumayan kan beda 1000-2000 daripada di toko langganan. Saya pun bertanya pada kasir di sana, “Mbak, bagaimana caranya agar saya bisa jadi member ya?”

“Daftar dengan menggunakan KTP, Mbak. Bayar Rp 10.000 nanti dapat hadiah.” jelas kasir di Alfamart.

“Langsung jadi, Mbak?”

“Iya, Mbak. Bagaimana mau langsung daftar?” tanya kasir tersebut meyakinkan saya.

“Boleh, Mbak. Rp 10.000 kan? Oya, Mbak. Apa sih keuntungannya kalau kita jadi member selain dapat diskon?” selidik saya.

“Setiap bulannya biasanya akan ada harga promo khusus member, Mbak. Selain itu setiap Mbak belanja kan dapat poin, nah poin itu bisa diikutkan undian atau ditukar dengan hadiah.” kasir tersebut menjawab sambil mengisi formulir pendaftaran member saya dan menyalin identitas saya di KTP.

Setelah menanyakan nomor HP, kartu Aku dari Alfamart pun sudah jadi. Cukup 10 menit, itu pun saya sambil mengajak kasir tersebut berbicara sana-sini. Lumayan kilat ya. Pulang-ah saya sambil senyam-senyum sendiri.

Besok lagi kalau mau belanja ke Alfamart pas ditanya, “Ada kartu Aku-nya, Mbak?” Dengan pede saya akan menyodorkannya. Etapi kalau misal kita lupa bawa kartunya kita bisa menyebutkan nomor kartu Aku kita lho. Makanya saya langsung save juga nomor tersebut di hape. Nggak mau ketinggalan dapat diskon!!! Hahahaha...

Kalau Anda, punya pengalaman membuat kartu member juga di Alfamart? Atau di tempat belanja yang lain? Bermanfaat nggak sih?

Selasa, 06 Januari 2015

12 Ciri Pernikahan Bahagia

Cieee yang pengantin baru bawaannya posting yang berbau nikah-nikah terus. Biarin! Hahahaha.

Mumpung masih hangat-hangat tai ayam, nggak ada salahnya dong kalau saya selalu belajar mencari tahu cara mewujudkan pernikahan bahagia di dalam rumah tangga saya. Salah satu cara belajar saya ya dengan mengumpulkan beberapa informasi dari berbagai sumber. Salah satunya twitter.

Bisa jadi ini sudah rencana Allah. Tadi pagi, saat saya sedang membuka twitter eh saya baca beberapa kultwit dari Anna Surti Ariani (@AnnaSurtiNina), seorang psikolog anak dan keluarga. Ilmu baru dan menurut saya perlu disimpan agar bisa dibaca ulang dan dibagikan untuk yang lain. Segeralah saya share di blog ini.

Nah, berikut 12 ciri pernikahan bahagia menurut Mary Kay DeGenova dalam buku ‘Intimate Relationships, Marriages & Families yang telah diuraikan oleh @AnnaSurtiNina dengan panjang kali lebar sama dengan luas.

Ciri #nikahbahagia 1) Komunikasi yang baik. Kedengeran standar banget ya? Tapi beneran lho, semua yang komunikasinya oke jadi hepi pernikahannya. Komunikasi OK itu artinya bisa saling bicara tentang apapun, bisa bicarain masalah & menyelesaikan bersama, berbagi perasaan saling mendengarkan. Komunikasi efektif itu mencakup: kemampuan bertukar ide, fakta, perasaan, sikap & keyakinan. Sehingga mestinya nih, pesan dari pengirim didengar-diterima-dipahami-diinterpretasikan dengan baik oleh penerima pesan. 
Ciri #nikahbahagia 2) Rasa kagum & respek terhadap pasangan. Ketika kita bangga dengan pencapaian pasangan, mengapresiasinya secara terbuka, maka pasangan akan merasa diterima dan dihargai. Hal ini yang nanti berbalik jadi saling mengagumi & menghargai. Kata para ahli, mereka yang mudah mengagumi & menghargai pasangan, seringkali adalah mereka yang dulunya dibesarkan dalam pernikahan bahagia orangtuanya sehingga mereka ‘emotionally secure’. Di satu sisi, ini mesti jadi tanggung jawab kita buat anak-anak kudu membentuk pernikahan bahagia agar kelak mereka bahagia sebagai individu dewasa. Di sisi lain, nggak perlu merasa sial jika orangtua kita dulu tak bahagia. Kita bisa kok memilih jalan hidup berbeda dari orangtua kita, jalan hidup yang lebih bahagia.

Sumber di sini

Ciri #nikahbahagia 3) Persahabatan dengan pasangan. Ini berarti saling menikmati waktu berkualitas bersama pasangan, ‘couple time’ gitu lho. Tak berarti pasangan haruslah best friend kita. Yang penting kita bisa saling berbagi hobi, lakukan aktivitas bersama dengan senang. Gak cuma itu, pasangan bahagia juga punya banyak ‘mutual friend’, bukan hanya di media sosial, tapi juga di dunia nyata. Nggak berarti pasangan kudu barengan mulu, gak seru itu! Mesti tetap punya ‘me time’, tapi  bisa nikmati ‘couple time’. Bahagia banget lho kalau bisa tertawa bersama pasangan dengan saling menatap mata satu sama lain.
Ciri #nikahbahagia 4) Saling berbagi spiritualitas & nilai hidup. Pengalaman spiritual termasuk pengalaman yang sangat intim, sehingga ketika dibagi dengan pasangan, akan meningkatkan keintiman / rasa saling ingin dekat dengan pasangan kita. Kesamaan agama / keyakinan dengan pasangan juga memudahkan pernikahan, karena bisa sama-sama cari bimbingan agama untuk masalah yang dihadapi. 
Ciri #nikahbahagia 5) Menjalankan komitmen. Bukan komitmen yang kaku, tapi keinginan bersama untuk membuat pernikahan jadi lebih bahagia. Semua pasangan alami masalah serius yang membuat keyakinan bahwa pernikahan bisa dipertahankan berkurang, namun dengan motivasi membahagiakan pernikahan, pasangan terus berusaha menghancurkan hambatan dan menyelesaikan masalah. Komitmen menikah sebaiknya berasal dari diri sendiri (bersama dengan pasangan), bukan disuruh berkomitmen oleh orang lain. 
Ciri #nikahbahagia 6) Saling memenuhi kebutuhan afeksi. Ada yang suka PDA (public display affection), ada yang nggak. Sepakati dengan pasangan. Perlu diperhatikan juga pasangan itu sukanya disentuh di bagian mana, dipeluk seperti apa, bicarakan satu sama lain. Ada orang-orang yang tak suka disentuh di bagian-bagian tertentu, jika pasangan tak tahu, bisa tingkatkan pertengkaran. Perlu cek ke pasangan. Contoh, ibu hamil ada yang suka dipijat punggungnya, ada yang lebih suka dielus-elus pinggangnya, ada yang ingin dibelai di kepala saja. Seringkali masalah pernikahan adalah ketidaksesuaian bahasa cinta, karena beda jadi mengira dia tak sayang. Maka dari itu perhatikan juga cara mengungkapkan bahasa cinta. 
Ciri #nikahbahagia 7) Kemampuan menangani krisis & stres sebagai pasangan. Baiknya sih memang saling mendukung dan menguatkan. Pasangan yang bahagia punya level toleransi yang lebih besar untuk frustrasi, lebih tahan banting ketika hadapi masalah. Ada orang-orang yang mudah ‘jatuh’ ketika hadapi masalah. Jika Anda seperti ini, maka Anda harus konsul ke psikolog klinis dewasa. Jika Anda / pasangan Anda moody, kasar, mudah gugup, mudah marah, buruan bikin janji ke psikolog klinis dewasa / perkawinan. 
Ciri #nikahbahagia 8) Bertanggungjawab. Perlu ada kesetaraan & pembagian tanggung jawab antar pasangan, tentunya saling dikomunikasikan. Yang paling sering mengeluh tentang pembagian tanggung jawab adalah istri, tapi ada juga suami-suami yang mengeluh. Harusnya pembagian & kesetaraan tanggung jawab seperti apa? Tiap pasangan beda, makanya harus dibicarakan dengan pasangan. Dalam hidup pernikahan, kita nggak bisa berasumsi atau cari standar dari orang lain. Kudu pasangan yang menentukan maunya gimana. 
Ciri #nikahbahagia 9) Pentingnya ketidakegoisan. Penting untuk punya kepribadian yang berbeda, tapi kudu bisa saling bantu membantu juga. Lagi-lagi, biasanya yang mengeluh adalah istri, tapi ada juga kok suami yang keluhkan istrinya egois. Ini perlu saling dikomunikasikan.
Ciri #nikahbahagia 10) Empati dan sensitivitas terhadap pasangan. Perempuan lebih sensitif? Biasanya sih begitu, walaupun nggak selalu demikian. Banyak juga laki-laki sensitif kok. Sensitivitas yang dimaksud di sini adalah sensitif terhadap perasaan pasangan, ngertiin dia, bukan sensitif merasa dilukai. Semakin tepat kita menebak perasaan pasangan & merespon tepat (& sebaliknya dia ke kita), semakin bahagia lho pernikahan kita. 
Ciri #nikahbahagia 11) Kejujuran, kepercayaan satu sama lain, kesetiaan. Semakin baik ketiga poin ini, pernikahan semakin bahagia. Jika tidak percaya terhadap pasangan, kita akan terus khawatir & tak bahagia. Maka kita juga harus jadi orang yang bisa dipercaya. Terus-menerus jujur, bisa dipercaya, dan setia, tak selalu mudah. Maka penting juga jika ada masalah di 3 poin ini pasangan harus bisa menyelesaikan masalah ini sampai tuntas, dan bisa kembali jujur, saling percaya, dan setia lagi. Yang namanya menyelesaikan masalah sampai tuntas, kadang waktunya bulanan / tahunan. Jangan terlalu sedih kalau masalah 'belum kelar-kelar'.  
Ciri #nikahbahagia 12) Kemampuan saling menyesuaikan diri, fleksibilitas, dan toleransi terhadap satu sama lain, makin tinggi makin hepi. Oleh karena itu, pasangan dalam pernikahan yang berbahagia menyesuaikan ekspektasi / harapannya dengan pasangan. Pasangan bahagia nggak termakan dengan ‘kata orang lain, pernikahan yang bahagia itu harusnya / normalnya (standar orang lain). Pasangan yang bahagia tahu bahwa mereka punya definisi kebahagiaan yang bisa aja beda dari pasangan lain. Tentu saja untuk bisa adaptif, fleksibel, dan penuh toleransi, mesti dewasa secara emosional. Jika saat ini Anda perfeksionis & punya standar terlalu tinggi untuk bisa bahagia (sehingga sulit mendapatkannya), bikin janji sama psikolog.

Sabtu, 03 Januari 2015

31 Kalimat Tendangan untuk Mahasiswa

Mahasiswa itu istimewa. Namanya juga maha-siswa, jadi sifat dan sikapnya di atas siswa (anak TK sampai SMA) lah ya. Iya, di atas apa dulu? Kalau di atasnya yang jelek-jelek ya jangan! Di atas normal kekanak-kanakannya? Malu-maluin.

Mahasiswa kalau tidak banyak prestasi kok ya wagu. Jangan pernah sia-siakan masa Anda menjadi mahasiswa. Di masa itulah Anda bisa dengan bebasnya mengaktualisasikan diri Anda. Anda hobi menulis, bisa ikut UKM Jurnalistik. Anda suka travelling, bisa ikutan Mapala dan sebagainya.

Sumber di sini

Cerdas di luar kelas, harus cerdas di dalam kelas pula. Itu prinsip saya. Kalau Anda? Jangan sampai ketika toga sudah di kepala Anda justru bertanya, “sedang apakah saya ini?” Sebelum Anda mulai goyah atas status Anda sebagai mahasiswa, coba baca 31 kalimat tendangan untuk mahasiswa berikut ini.

  1. Kamu ingin dapat beasiswa S2 ke luar negeri nanti? Pastikan IP di atas 3 dan TOEFL di atas 500! Merasa tidak pinter? BELAJAR!
  2. Empat atau lima tahun lagi kamu bisa sekolah S2 di luar negeri dengan beasiswa. Itu kalau kamu tidak cuma twitteran saja sampai lulus nanti.
  3. Kamu tidak akan bisa S2 di luar negeri karena akan ditolak profesor kalau nulis email formal saja tidak bisa. Alay itu tidak keren, tidak usah bangga!
  4. Tidak usah tanya tips cara menghubungi professor di luar negeri kalau kirim email ke dosen sendiri saja kamu belum bisa. Hey, ganti dulu akun niennna_catique@gmail.com itu!
  5. Tidak usah ikut meledek Vicky, kamu saja tidak tahu kapan harus pakai tanda tanya, tanda seru, tanda titik, spasi, huruf besar, huruf kecil di email kok!
  6. Mana bisa diterima di perusahaan multinasional biarpun IP tinggi kalau nulis email saja lupa salam pembuka dan penutup 
  7. Sok mengkritik kebijakan UN segala, dari cara menulis email saja kelihatannya kamu tidak lulus Bahasa Indonesia kok. Tidak usah gaya!
  8. Bayangkan kalau kamu harus menulis email ke pimpinan sebuah perusahaan besar. Apa gaya bahasa email kamu yang sekarang itu sudah sesuai? Jangan-jangan bosnya tertawa!
  9. Apapun bidang ilmu kamu, akhirnya kamu akan berhubungan dg MANUSIA yang beda umur dan latar belakangnya. Belajar komunikasi yang baik. Jangan bangga jadi alay!
  10. Bangga bisa software dan gunakan alat-alat canggih? Suatu saat kamu harus yakinkan MANUSIA akan skill itu. Belajar komunikasi dengan bahasa manusia biasa!
  11. Kamu orang teknik dan hanya peduli skil teknis? Kamu salah besar! Nanti kamu akan jual skil itu pada MANUSIA, bukan pada mesin!
  12. Kamu kira orang teknik hanya ngobrol sama mesin dan alat? Kamu harus yakinkan pengambil kebijakan suatu saat nanti dan mereka itu manusia. Belajar ngomong sama manusia!
  13. Malas basa-basi sama orang yang tidak dikenal? Enam tahun lagi kamu diutus kantor untuk presentasi sama klien yang tidak kamu kenal. Belajar!
  14. Malas belajar bikin presentasi? Lima thn lagi bos kamu datang dengan segepok bahan, “saya tunggu file presentasinya besok!"
  15. Kamu orang sosial dan malas belajar hal-hal kecil di komputer? Lima tahun lagi bos kamu datang bertanya “cara membesarkan huruf di Ms Word dengan shortcut gimana ya?’ Mau nyengir?
  16. Mahasiswa senior, jangan bangga bisa membully Mahasiswa baru, tujuh tahun lagi kamu diinterview sama dia saat pindah kerja ke perusahaan yang lebih bagus 
  17. Mahasiswa senior, keren rasanya ditakuti Mahasiswa baru? JANGAN! Urusan kalian nanti bersaing sama orang-orang ASEAN dan Dunia. Bisa bikin mereka takut tidak?
  18. Bangga bisa demo untuk mengundurkan jadwal ujian karena kamu tidak siap? Kamu itu mahasiswa negara ekonomi terbesar di Asia Tenggara, masa’ urusannya cetek-cetek begitu sih?!
  19. Tidak usah lah sok hebat demo nyuruh SBY berani sama Amerika kalau kamu diskusi sama mahasiswa Singapura saja tergagap-gagap.
  20. Tidak perlu lah teriak-teriak “jangan tergantung pada barat” jika kamu belum bisa tidur kalau tidak ada BB dekat bantal 
  21. Tentara kita tidak takut sama tentara Malaysia kalau kamu bisa kalahkan mahasiswa Malaysia debat ilmiah dlm forum di Amerika!
  22. Tidak perlu beretorika menentang korupsi kalau kamu masih nitip absen sama teman saat demo antikorupsi!
  23. Boleh kampanye “jangan tergantung pada barat” tapi jangan kampanye di Twitter, Facebook, BBM, Path dan Email! Memangnya itu buatan Madiun?!
  24. Kalau file laporan praktikum masih ngopi dari kakak kelas dan hanya ganti tanggal, tidak usah teriak anti korupsi ya Boss!
  25. Minder karena merasa dari kampung, tidak kaya, tidak gaul? Lima tahun lagi kamu bisa S2 di negara maju karena IP, TOEFL dan kemampuan kepemimpinan. Bukan karena kaya dan gaul!
  26. Pejabat kadang membuat kebijakan tanpa riset serius. Sama seperti mahasiswa yang membuat tugas dalam semalam hanya modal Wikipedia 
  27. DPR kadang studi banding untuk jalan-jalan doang. Sama seperti mahasiswa yang tidak serius saat kunjungan ke industri lalu nyontek laporan sama temannya 
  28. Pejabat kadang menggelapkan uang rakyat. Sama seperti mahasiswa yang melihat bahan di internet lalu disalin di papernya tanpa menyebutkan sumbernya.
  29. Alah, pakai mengkritik kebijakan pemerintah segala, bikin paper saja ngopi file dari senior dan ubah judul, pendahuluan sama font-nya 
  30. Gimana mau membela kedaulatan bangsa kalau waktu menerima kunjungan mahasiswa asing saja kamu tidak bisa ngomong saat diskusi. Mau pakai bambu runcing? 
  31. Kalau kamu berteriak “jangan mau ditindas oleh asing”, coba buktikan. Ikuti forum ASEAN atau Dunia dan buktikan di situ kamu bisa bersuara dan didengar!
31 kalimat tendangan tersebut saya repost dari Tulisan Bapak I Made Andi Arsana (Teknik Geodesi UGM). Semoga bermanfaat ya.

Salam,
Mantan Mahasiswa

Jumat, 02 Januari 2015

#1Day1Dream: Menjadi Istri Solehah

Alhamdulillah, mimpi di hari pertama tantangan #1Day1Dream sudah tertuliskan. Tinggal menjalankan aksinya secara pasti. Sekarang giliran mimpi di hari kedua tantangan #1Day1Dream. Apa itu? Yes, Menjadi Istri Solehah.

Sejak suami sukses melalui proses ijab qobul, doa dalam hati saya yang terus-terusan terlafalkan adalah alhamdulillah dan semoga saya bisa menjadi istri solehah bagi suami. Istri solehah? Pengertian istri solehah banyak sekali. Bahkan masing-masing orang memiliki pengertian tersendiri.

Saat ini (di hari ke 19 pernikahan kami), menurut saya istri solehah adalah istri yang tahu diri. Tahu apa tugas, hak dan kewajibannya. Nantinya? Istri solehah bisa naik level menurut saya. Semakin lama suatu pernikahan, makin meningkat lah pengertian istri solehah bagi saya. Hal itu saya landasi dari semakin banyaknya asam garam yang akan saya cicipi.

Hari ke hari saya selalu belajar untuk menjadi istri solehah. Mulai dari membuka mata sampai menutup mata lagi. Saya harus menenggelamkan rasa egois saya.

“Hey! Kamu ini sudah jadi istri orang.”

Begitulah kiranya saya meneriaki diri sendiri saat sifat egois saya mulai mencuat. Penyesuaian diri lebih tepatnya. Dulu, saat masih sendiri semua disiapkan ibu. Saya hanya membantu. Nah, sekarang? Saya-lah aktornya. Mulai dari menyiapkan sarapan, baju kerja suami, mencuci piring dan baju. Untung saja suami tidak termasuk suami yang sok jendral, semua minta dilayani. Tapi kalau pas pekerjaan rumah sudah selesai dan suami sudah berangkat kerja, hahahaha, bebas! Dasar!

Beda lagi nanti kalau saya sudah kembali mengajar, pagi hari pasti tambah hectic. Semoga bisa melewatinya. Jangan sampai mimpi saya menjadi istri solehah kabur begitu saja. Bukankah hidup saya ini salah satunya untuk ‘melayani’ suami?

Salah satu cara yang saya lakukan untuk bisa menjadi istri solehah adalah dengan bertanya kepada ibu setiap kali mengalami kejadian yang menurut saya baru. Saya memilih ibu karena ibu sudah lebih dulu merasakan bahtera rumah tangga. Misalnya bertanya kepada ibu pun tak ada rasa sungkan. Jadi, kenapa tidak bertanya kepada yang sudah berpengalaman, bukan?

Namanya juga hidup, ada-ada saja yang terjadi. Sekalipun semua daftar list kegiatan harian sudah saya susun dengan rapi, tetap saja Sang Pemilik skenario kalau sudah A ya A, B ya B. Seperti suatu malam saat hendak meng-istirahatkan badan yang kelelahan tiba-tiba suami mengeluh sakit. Ini nih tantangan untuk bisa jadi istri solehah.

“Ummi kerok-in mau?”

Menjadi Istri Solehah

Suami mengangguk.

Terlihat tato alami di punggung suami hitam legam. Bukan merah lagi. Selelah-lelahnya saya bekerja di rumah, suami saya lebih lelah. Bahkan dia baru mengeluh sakit saat tubuhnya sudah sangat lelah.

Saat suami sudah terlelap bersama hangatnya minyak gosok, saya baru ingat seminggu ini, setiap kali pulang kerja ia selalu kehujanan.

Ya Allah ijinkan saya menjadi istri solehah untuk dia.

Bakaran di Malam Tahun Baru 2015

Bedanya tahun baru 2014 dengan 2015 apa ya? Jelas dong ya status. Kalau dulu statusnya masih mahasiswa sekarang istri orang. Hahaha.

Tahun baru kali ini ya di rumah saja. Biasanya juga seperti itu. Suami juga tidak rewel ngajakin keluar. Apalagi suami pulang kerja agak larut. Tapi ya saya tidak masalah kalau tidak keluar. Terlebih badan saya sedang tidak fit. Batuk, pilek, dan demam masih enggan menjauh dari saya. Semoga lekas sehat. Aamiin.

Tidak keluar tapi ada acara di rumah kok. Karena rumah saudara berjejer di samping kanan kiri rumah. Kemudian ada saudara yang dari Bogor juga pulang. Lengkaplah keluarga besar kami. Inisiatif untuk bakaran ayam dan ikan di depan rumah pun muncul.

Kesibukan untuk mempersiapkan bakaran di malam tahun baru 2015 pun di mulai setelah sholat maghrib. Saya, suami, dan ibu mendapat bagian membersihkan ayam yang barusan dipotong. Saya bagian megang senter aja. Hahaha. Adik sepupu membuat bumbu.


Sambil menunggu ayamnya direbus, kami berbincang-bincang di depan tv. Ada beberapa saudara yang mempersiapkan tempat pembakarannya. Di luar sana mulai gerimis.

Udara dingin mulai menusuk kulit saya. Batuk yang tadinya tak terdengar seketika tak berhenti hingga saya muntah. Sakit banget tenggorokan ini.

Suami pun meminta saya untuk masuk kamar dan beristirahat. "Bi, nanti bangunin lho ya."
Alhasil, saat saya bangun sudah pukul 02.00 WIB. Suami juga sudah pules banget tidurnya. Pagi harinya, "Wah, kamu sama bapakmu itu memang klop. Lainnya pada makan-makan kok malah molor." seru ibu.

Saya garuk-garuk kepala. Di meja sudah ada sarapan ayam bakar. 

Kamis, 01 Januari 2015

#1Day1Dream: Menerbitkan Buku


Hari gini kalau hanya jadi blogger biasa kok ya nggak banget. Harusnya jadi blogger yang luar biasa deh ya! Harusnya. Tahu kan Raditya Dika (selanjutnya saya sebut Dika)? Iya, dia jadi terkenal sampai sekarang salah satu faktornya berawal dari blog pribadinya. Katanya sih iseng-iseng, eh postingan di blognya malah jadi sebuah buku yang laris manis diburu pembaca.

Saya juga ingin seperti Dika. Tapi genrenya beda. Karena saya adalah guru, buku bergenre pendidikan-lah yang ingin saya susun. Sebenarnya ada banyak kesempatan yang diberikan oleh teman-teman blogger lain untuk menyusun antologi (bukan genre pendidikan). Entah kenapa pasti saya tidak bisa ikutan. Banyak alasan sih ya? Belum waktunya juga. Alasan lagi.

Mimpi saya untuk menerbitkan buku ini sebenarnya termasuk resolusi tahun 2014 lalu, sayangnya kelewat! Tahun 2014 sangat padat merayap. Mulai dari menyusun skripsi, wisuda, tes cpns, sampai dengan urusan menikah. Baiklah menerbitkan buku saya masukan dalam list resolusi di tahun ini, tahun 2015. Semoga bisa terwujud! Aamiin.

Bermimpi harus ada aksi. Aksi apa yang saya lakukan? Tak jauh-jauh dari Dika. Hari ini, saya telah me-launching (bahasanya ih) blog baru yang ber-niche. Temanya tentang keunikan anak-anak. Sebagai guru yang setiap hari bertemu dan menghabiskan waktu bersama mereka pasti ada-ada saja yang saya temui. Kepolosan, kelucuan, bahkan kejahilan mereka tak pernah absen dari diri mereka. Maka dari itu, saya ingin mengabadikannya di blog bugurubercerita.blogspot.com. Semoga ada penerbit yang melirik cerita saya, suatu hari nanti di tahun 2015 ini ya. Aamiin.  

Tampilan Blog bugurubercerita.blogspot.com