Senin, 31 Oktober 2016

7 Alasan Kamu Harus Mengunjungi Api Abadi Mrapen di Grobogan


Pas zaman masih sekolah, aku itu suka sekali cari sekolah yang beda teman dan letaknya agak jauh dari rumah. Simpel sih alasannya, mau cari suasana baru. Tapi karena letak rumahku yang jauh, wajar saja kalau temanku jarang banget yang ke rumah. Lha rumahku aja mereka nggak tahu. Hihi.

"Rumahmu mana sih?"

"Gampang, kamu tahu Api Abadi Mrapen?"


Tiap kali aku nyebutin Api Abadi Mrapen, kebanyakan dari mereka pada mengernyitkan dahi. Ih, masak tempat wisata terkenal kok nggak tahu, batinku.

"Itu lho...api yang ini ono ene....bla en debla..." aku semangat menerangkan.

Tapi apa? Mereka tetap aja nggak tahu.

Lain cerita kalau ada yang jawab,

"Oh, aku pernah ke sana. Yang ada ini-nya kan? Dan..ono..." kami pun mengobrol seru. Klop banget.

Api Abadi Mrapen Telah Berubah

Api Abadi Mrapen adalah daerah wisata yang di dalamnya akan kamu temukan fenomena geologi alam, yaitu keluarnya gas alam dari dalam tanah. Kawasan wisata ini terletak di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Letaknya di pinggir jalan raya Semarang-Purwodadi yaitu 36 km dari Semarang dan 25 km dari Purwodadi.

Api Abadi Mrapen saat ini berbeda sekali dengan yang dulu. Mengingat masa kecilku, saat aku belum sekolah. Setiap kali lebaran tiba, aku dan keluarga selalu pergi piknik ke sana. Bagi kami, Api Abadi Mrapen adalah tempat wisata paling dekat ( 2km) dan murah meriah. Di sana kami bisa bermain di area hutan mini dan arena permainan, ada prosotan, ayunan dan jungkat-jungkit. Dengan membawa bekal dari rumah, kami bisa betah seharian di sana.

Licha, teman dari Kudus yang sengaja minta diantar lihat
Api Abadi Mrapen
Tahun 2014
Berbeda lagi saat aku sudah SD. Setiap kali hari raya umat Budha, Waisak, di sana pasti ramai banget. Ada pengambilan api abadi yang diliput oleh salah satu stasiun swasta nasional. Aku bela-belain ke sana sepulang sekolah dengan naik sepeda. Dan tahukah kamu? Aku dan teman-teman sengaja membuntuti kameramen dan saat kamera menuju ke arah kami, aku dan teman-teman langsung pasang pose dua jari. Ya, seperti anak-anak pada umumnya. Hihihi. Ini pengalaman yang tak terlupakan.

Sayangnya, semenjak SMA aku hanya sesekali ke sana. Wisata Api Abadi Mrapen mulai hilang pesonanya. Siapa lagi kalau bukan pengunjung sendiri yang merusaknya? Hutan mini dan area bermain mulai usang dan tak terawat. Coretan pilok di mana-mana. Yang ada, karena hutan makin rimbun, pasangan muda-mudi menggunakannya untuk ajang mesum. Duh! Gila!

Api Abadi Mrapen saat ini

Sampai suatu hari aku membaca sebuah berita bahwa Api Abadi Mrapen kini sudah direnovasi habis-habisan. Aku sebenarnya juga sudah mendapat kabar ini dari warga sekitar rumah. Kabarnya, Api Abadi Mrapen sudah dijual ke pemerintah. Ternyata benar. Sejak tahun 2012 lalu, Api Abadi Mrapen sudah diambil alih oleh Pemprov Jateng dengan harga yang tak murah.

Sampai ada angin segar datang lagi dari Kementerian Pemuda dan Olah Raga. Melihat potensi Api Abadi Mrapen yang sering diambil apinya untuk event-event nasional hingga internasional bahkan event keagamaan, digelontorkanlah dana senilai 10 milyar (WOW) yang diambil dari anggaran APBN Tahun 2013 untuk merenovasi kawasan ini.

Bagaimana sekarang tampilan Api Abadi Mrapen setelah direnovasi? Penasaran? Sama, aku juga. Makanya, aku mengajak suami dan si kecil untuk ke sana. Dengan naik motor, 5 menit sampai deh. Apa yang aku temukan? Pokoknya kamu harus ke sini!

Denah rumahku-Api Abadi Mrapen
Cukup 5 menit saja.
Apa sih istimewanya Api Abadi Mrapen sekarang sampai-sampai aku maksa kamu buat ke sini? Setidaknya ada 7 Alasan Kamu Harus Mengunjungi Api Abadi Mrapen di Grobogan.

1. Transportasi yang Mudah

Pergi ke suatu tempat baru, hal utama yang ditanyakan pasti, "Untuk ke sana aku bisa naik apa saja?" Jawabnya, naik apa saja bisa. Karena Api Abadi Mrapen terletak di pinggir jalan raya Semarang-Purwodadi. Nah, ini memudahkan kamu untuk bisa sampai di tujuan. Misalnya kamu dari arah Semarang bisa naik kendaraan umum, yaitu bus dari terminal Penggaron. Pilihlah bus jurusan Semarang-Purwodadi. Kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk sampai tujuan sekitar 1 - 1,5 jam (kalau macet). Atau kamu bisa pilih bus Semarang-Juwangi (bus-nya agak kecil) yang lebih cepat sampai karena nggak pakai ngetem dulu. Berapa ongkosnya? Hanya 7.000 kalau bus dan 6.000 kalau naik bus Juwangi. Kalau naik motor malah lebih cepat. Paling lama 45 menit lah. Ada yang mau naik taksi? Bisa. Siapkan saja uang sekitar 150 ribuan ya.

Petunjuk tempat wisata Api Abadi Mrapen
yang diambil dari arah Semarang
Kamu dari arah Purwodadi? Dari terminal Purwodadi kamu naik bus jurusan Purwodadi-Semarang dengan ongkos sekitar 6.000. Jarak tempuhnya juga sama, sekitar 1 jam-an. Kalau naik motor malah hanya 35 menitan.

Jangan lupa, kalau ini kali pertama kamu ke sana, pilih tempat duduk bagian depan ya. Terus, jangan lupa bilang sama kernetnya berhenti di depan Api Abadi Mrapen. Mereka pasti pada tahu.

Turun dari bus kamu akan menemukan baliho gede bertuliskan Api Abadi Mrapen. Yeay! Sudah sampai.

Kedatanganmu akan disambut dua gerbang, di kanan dan kiri. Dari situ kamu harus berjalan sejauh 100 meter untuk sampai di dalam kawasan Api Abadi Mrapen. Santai, di sepanjang jalan kamu bakalan disuguhi pemandangan sawah dan hawa yang sejuk.

Gerbang depan
Sumber gambar di sini
Ada tiket masuknya nggak sih? Dulu, tahun 2014an ada. Murah kok, hanya Rp 2.000 per motor. Kalau terakhir ke sana, nggak ada. Karena saat ini masih dalam tahap pembangunan sarana dan prasarana. Semoga aja nanti kalau sudah jadi tiketnya nggak mahal-mahal banget. Paling tidak jangan lebih dari Rp 20.000 lah ya. Biar tetap merakyat ya.

2. Batu Berbobot

"Ada yang ingin kaya? Maka datanglah ke Api Abadi Mrapen."

Hahaha...di sana ketemu sama Dimas Kanjeng Taat Pribadi ya? Wkwkwkwwk...Bukan-bukan.

Bangunan batu bobot sebelum renovasi
Banyak orang yang datang ke Api Abadi Mrapen dengan tujuan mau melihat batu berbobot ini dan mencoba mengangkatnya. Konon katanya kalau bisa mengangkat batu bobot ini, apapun permintaan kita bakal dikabulkan. Opo iyo? Percaya?

Saat pertama kali kamu memasuki kawasan wisata ini, mulai dari sebelah Barat, kamu akan menemukan batu berbobot peninggalan Sunan Kalijaga ini. Batu ini dulunya adalah batu yang digunakan oleh Empu Supo (pengikut Sunan Kalijaga) untuk landasan menempa keris Kyai Sengkelat. Empu Supo adalah ahli pembuat keris yang bertugas membuat senjata perang di kesultanan Demak.

Inilah batu berbobot itu
Saat ini batu bobot dalam keadaan pecah. Menurut juru kunci, pada zaman Belanda dulu ada yang dengan paksa mengangkatnya kemudian dijatuhkan begitu saja. Sebenarnya berat batu ini +/- 20 kg. Tapi anehnya, ketika diangkat kadang beratnya bisa lebih dari 20 kg kadang juga kurang dari 20 kg.

Benarkah kalau bisa mengangkat batu berbobot itu bakalan jadi kaya? Eh, maksudku semua permintaannya jadi terkabul? Kalau aku sih nggak percaya. Soalnya aku sendiri belum pernah mencoba.

Aku sedang berfoto sama si kecil di depan bangunan batu berbobot
Bagi kamu yang penasaran soal kebenarannya, ada beberapa hal yang harus kamu ketahui soal angkat mengangkat batu berbobot ini.
  1. Minta ijin juru kunci untuk membukakan pintu. Kamu akan mendapat petunjuk tata cara mengucapkan doa sebelum mengangkat batu bobot.
  2. Niatkan dalam dirimu untuk ziarah (tidak hanya coba-coba).
  3. Alangkah lebih baiknya membawa bunga telon (mawar, cempaka, dan kenanga) sebagai syarat ritual agar batu mengeluarkan kekuatan magis.
  4. Setelah masuk, taburkan bunga dengan posisi duduk bersila bagi laki-laki dan dua kaki ditekuk bagi peziarah perempuan.
  5. Ucapkan doa dan berserah diri kepada Allah. Hanya karena kekuasaan Allah segala sesuatu akan terjadi. Kalau cocok maka batu akan terasa ringan dan sebaliknya. Kok bisa seperti itu? Bisa jadi persyaratan (bunga) kurang, hanya coba-coba, dan kurang konsentrasi saat berdoa.
Pas ke sana ada mbak-mbak yang mencoba mengangkat batu bobot ini lho
Penasaran? Ayo ke sini. O..iya, ada yang tanya, bayar nggak sih kalau mau mengangkat batu ini? Istilahnya nggak bayar sih, masukkin uang seikhlasnya saja di kotak amal yang ada di dalam ruangan batu berbobot. Puas di area batu berbobot, kamu bisa langsung jalan ke arah Selatan. Di sana kamu akan menemukan bangunan Api Abadi Mrapen yang baru.

3. Api Abadi (Api Alam)

Kesan pertama pas sampai di area ini adalah bersih. Iya nih, semua area di kawasan Api Abadi Mrapen ini harus melepas sepatu atau sandal saat mengunjungi satu per satu area.

Licha penasaran sama Api Abadi
Api Abadi yang dulu
Api ini pertama kali ditemukan oleh Sunan Kalijaga dengan cara menancapkan tongkatnya ke tanah. Oleh Empu Supo, api ini digunakan membakar keris. Kok bisa ada apinya? Karena di sana terdapat pusat semburan gas berdiameter +/- 1,5 meter. Menurut cerita pusat semburan ini dapat bergeser. Oleh karena itu, di sekelilingnya diberi batu kapur agar tidak membahayakan pengunjung.

Benarkah api ini tidak bisa padam? BISA. Api ini bisa padam, apalagi kalau ada hujan deras disertai angin kencang. Tapi tenang, jika apinya padam, cukup nyalakan dengan korek api di atasnya. Agar lebih terlihat apinya berilah kertas atau daun yang kering.

Bisa padam kok disebut api abadi? Begini, disebut api abadi bukan berarti tidak pernah mati, melainkan api tersebut tetap diabadikan atau dirawat sampai sekarang.

Si kecil penasaran dengan batu kapur yang mengelilingi Api Abadi
Inilah hasil renovasinya, beda banget kan? Ini keren banget tempatnya.
Sayangnya, sejak tahun 1992 api abadi ini nyalanya makin kecil. Dari pihak juru kunci sudah berusaha memperbesarnya. Akan tetapi belum juga membuahkan hasil. Apa sih penyebabnya?
  • Pohon di sekitar area banyak yang tumbang sehingga penyerapan air tidak bisa bekerja maksimal. Saat hujan turun air tidak bisa terserap dan mengakibatkan tanah di sekitarnya becek.
  • Banyak pengeboran gas secara liar di sekitar tempat wisata Api Abadi Mrapen oleh warga yang dimanfaatkan untuk memasak. Sehingga daya sembur Api Abadi Mrapen semakin berkurang.
  • Tertutupnya pori-pori gas oleh lapisan tanah. Sehingga gas yang keluar kurang lancar.
  • Semakin menipisnya cadangan gas dalam tanah karena faktor dari alam.
4. Museum dan Stadion Olahraga

Dari Api Abadi Mrapen lanjut ke arah Selatan lagi, kamu akan menemukan sebuah gedung megah ber-arsitektur modern. Inilah museum dan stadion olahraga. Gedung ini digadang-gadang akan menarik lebih banyak lagi minat wisatawan agar tertarik datang ke tempat wisata ini.

Ini dia penampakan gedung museum dan stadion olahraga
Saat aku ke sana, gedung ini masih tutup. Tapi dilihat dari luar saja gedung ini tampak megah. Dengan dinding-dinding yang terbuat dari kaca, nantinya saat gedung ini sudah terisi sesuai dengan rencana memang akan menarik perhatian banyak wisatawan. Kamu penasaran akan diisi apa saja gedung ini? Aku juga.

Berfoto di depan gedung museum dan stadion olahraga
5. Sendang Dudo

Letak Sendang Dudo ini tepat di depan gedung Museum dan Stadion Olahraga. Saat pertama kali kamu melihatnya dijamin heran. Loh kok mendidih airnya? Panaskah? Warnanya kok hijau-hijau agak kuning?

Pagar Sendang Dudo yang telah direnovasi
Menurut cerita, sendang ini saat pertama kali ditemukan oleh Sunan Kalijaga dalam keadaan jernih sekali airnya. Akan tetapi, setelah digunakan Empu Supo untuk menyepuh keris Kyai Sengkelat, airnya menjadi keruh dan agak kekuning-kuningan.

Sendang Dudo dulu dengan tembok pembatas yang sudah retak-retak
Sendang atau sumur ini memiliki diameter +/- 5 m dengan kedalaman 1,5 m. Apakah airnya bisa surut? Bisa. Saat musim kemarau, airnya akan surut, sebaliknya saat musim penghujan airnya akan pasang.

Secara kasat mata, air dalam sendang ini tampak mendidih. Tapi, airnya tidak panas lho. Karena mendidih itu sebenarnya adalah proses mengeluarnya gas dari dalam tanah. Seperti layaknya Api Abadi Mrapen, gas yang muncul di sendang ini juga mulai berkurang.

Penampakan Sendang Dudo saat ini
Lebih rapi dan bersih
Perlu kamu tahu, banyak orang yang percaya kalau air dari Sendang Dudo ini bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit lho. Lagi-lagi semua kembali ke diri kita masing-masing, mau percaya atau tidak. Akan tetapi, kalau menurut penelitian, air dari Sendang Dudo ini memang banyak mengandung unsur kimia, seperti: Cilikon Dioksida, Clorida, Sulfat, Besi, Mangan, Asam Carbonat, Calsium, Magnesium, Posfat, Bor, Carbondikosida, Asam Belerang, Amonia, dan Alumunium.

Punya penyakit kulit? Kalau ke sini dan bermaksud mau mengambil air di Sendang Dudo ini jangan lupa bawa botol bekas dari rumah ya?

6. Belajar Sejarah

Dari awal memasuki kawasan wisata Api Abadi Mrapen kemudian berjalan dari bangunan Batu Berbobot sampai dengan Sendang Dudo, sebenarnya kamu sedang belajar tentang sejarah. Sejarah apa? Sejarah sekelumit perjalanan Sunan Kalijaga. Kok bisa sih Sunan Kalijaga nyasar sampai Desa Manggarmas?

Kira-kira tahun 1478 M, Sunan Kalijaga dengan pengikutnya  berjuang sekuat tenaga menaklukkan Kerajaan Majapahit. Alhamdulillah, Majapahit pun tumbang. Bersama pengikutnya, Sunan Kalijaga membawa berbagai benda-benda pusaka dari Majapahit menuju Demak.

Sumber gambar di sini
Setelah menempuh perjalanan yang panjang dan melelahkan, Sunan Kalijaga dan pengikutnya pun merasa kelelahan. Lapar dan haus pun tak luput menghantui. Dibuatlah makanan, tapi sayang, tak ada air dan api. Dengan memohon kepada Allah SWT, Sunan Kalijaga menancapkan tongkatnya ke tanah. Ketika dicabut keluarlah api dari dalam tanah (Api Abadi).

Sunan Kalijaga kemudian berjalan agak ke Timur, ditancapkannya lagi tongkatnya. Apa yang terjadi? Ya, keluarlah air dari dalam tanah (Sendang Dudo). Bergembiralah mereka. Makanan dan minuman pun dapat dinikmati. Setelah beristirahat, rombongan pun melanjutkan perjalanan ke Demak. Tapi tunggu dulu, ada pengikut Sunan Kalijaga yang tak kuat lagi membawa umpak (batu landasan tiang kerajaan). Dimintalah pengikut itu untuk meninggalkan umpak tersebut.

Tahu kan umpak itu kini disebut apa? Ya, batu berbobot. Itulah sejarah yang bisa kamu pelajari saat kamu berkunjung ke tempat wisata Api Abadi Mrapen. Belajar sejarah tidak harus membaca buku kan?

7. Iwak Manuk 

Selepas mengelilingi Api Abadi Mrapen, lelah? Lapar? Santai. Aku kasih bocoran nih ya. Di sini, ada kuliner khas yang patut kamu coba lho. Namanya iwak manuk. Artinya ikan burung.

Kalau kamu keluar dari kawasan Api Abadi Mrapen, kamu ambil arah ke kiri (Barat). Kira-kira 2 km dari sana ( ke arah rumahku) ada pertigaan Mintreng, nyebrang ke kanan. Di situ banyak sekali warung-warung makan yang menyajikan menu iwak manuk. Mulai dari iwak manuk lalapan, bacem, rica-rica, dan masih banyak lagi.

Iwak mauk paling pas dimakan sama nasi anget dan semur jengkol, jos tenan
Soal harga? Ah, makan kenyang kamu cukup banyar Rp 15.000 lah. Itu sudah sama es teh lho. Penasaran sama rasanya? Hihihi...Aku kasih bocoran dikit deh. Kamu pernah makan ayam kampung? Gurih kan rasanya? Ini lebih gurih lagi. Hayo bayangin...

Bukannya alot ya dagingnya? Kata siapa? Itu salah teknik memasaknya. Terus nih ya, iwak manuk ini banyak macamnya, ada tikusan, mbombok, dan lainnya. Mau pilih mana? Bagi ibu hamil, disarankan makan iwak manuk mbombok nih. Katanya ntar kalau anaknya laki-laki bakalan ganteng, sedangkan kalau perempuan bakalan cantik. Kamu lihat anakku tadi kan? Ganteng kan? Soalnya pas hamil aku sering beli iwak manuk mbombok. Hahahaha.

Jalan-jalan sudah, makan sudah. Jadi, kapan kamu ke sini? Ayo, cobain iwak manuk dan seseruan di Api Abadi Mrapen.

Akhir tahun sudah punya rencana mau pergi ke suatu tempat? Kalau belum ke sini saja. Karena pembangunan Api Abadi Mrapen ini bakal dikebut dan diusahakan pertengahan Desember nanti sudah kelar. Jangan lupa calling aku ya? Siap jadi guide mu lho.

Yuk, kenalkan tempat wisata di daerahmu, sebelum kamu menjamah daerah lain! Karena kalau bukan kamu, siapa lagi?


Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah

Referensi:
Wawancara dengan petugas dan pegawai di Api Abadi Mrapen
Buku yang ditulis Bapak Rubiatno (juru kunci) dengan judul Menyingkaap Peninggalan Sunan Kalijaga di Mrapen
http://www.grobogantoday.com/2016/10/wisata-api-abadi-mrapen-bersolek.html
https://grobogan.go.id/info/berita-terbaru/498-pembangunan-museum-api-abadi-terancam-gagal
http://groboganonline.com/tampilan-baru-kawasan-wisata-api-abadi-mrapen/

49 komentar:

  1. salah fokus sam jengkol
    mbak berarti ini jatuhnya daerah semarang ya? purwodadi? kirain kalau mrapen itu merapi magelangan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sini lagi musim jengkoooll Mbak.
      Hooh Mbak. Masuknya Jawa Tengah. Kalau dari Semarang sejaman lah Mbak.

      Hapus
  2. Mbk..bulan kemarin aku kondangan k gubug, grobogan lo..sakjane aku pengen wisata setelah itu, eh tanya tanya sama orang obyek disekitaran situ katanya jauh. Jadinya nggak jadi dan langsug pulang. Coba nge hub mb ika yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, ke Gubug ya Mbak. Dekat itu dari rumahku.
      Aku maklum Mbak. Mungkin mereka pada lupa kalau di daerahnya ada tempat wisata. Soalnya kan dulu Api Abadi Mrapen ini imagenya jelek. Semoga saja dengan adanya renovasi ini dan emang tempatnya udah bagus banget banyak orang yang datang ke sini.
      Kalau Mbak Icha jalan ke sini lagi, calling aja ya.

      Hapus
  3. Lengkap sekali Mba.. Aku pernah mau ke sana ga jadi krn kondangan ke pwd pulangnya udah kesorean. Moga2 kapan2 bisa kesana :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga membantu teman-teman yang mau ke sini.
      Ayo Mbak Arina ikut ke sini juga!

      Hapus
  4. duh mba, post terakhirnya malah makanan, jam segini bikin lapar.. *salah fokus* wkwkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jengkoool ya? Enak kan. Ayo ke sini. Murmer banget lho.

      Hapus
  5. Meskipun aku orang Grobogan tapi belum pernah ke api abadi mrapen mbk,

    Wah ketemu blogger se kota nih, salam kenal mbk aku blogger dari Kecamatan Toroh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah nah nah! Ke mana aja selama ini *galak*
      Ayo ke sini! Tak rekomen akhir tahun ke sini ya.

      Salam kenal Mas. Ditunggu kopdarnya di Api Abadi Mrapen.

      Hapus
    2. InsyaAllah mbk, ngomong ngomong di kabupaten Grobogan udah ada komunitas blogger belum mbk?

      Mau nambah temen sekalian sharing, bisa kolaborasi juga gitu heee.

      Hapus
    3. Kayaknya belum ada deh. Ada si guru kecil juga tuh.

      Hapus
  6. Reportasenya lengkap dan rinci, tempatnya juga keren. Kapan2 main ah ke Api Abadi Mrapen :-D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kaish banyak.
      Semoga bermanfaat ya.
      Ditunggu kehadirannya di sini.

      Hapus
  7. Sendang Dudo awalnya aku kira ada cerita tentang duda keren elah ternyata masuk sejarah lagi..baiklah aku harus cari lajang hahahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awalnya aku mikir ada cerita tersendiri Mbak. Tak ubek-ubek referensi dan tanya sama juru kunci nggak ada kaitannya.

      Hapus
  8. Benar2 penuh dengan sejarah. Suka banget bacanya. Pingin ya sesekali ke sana Mbak :)

    BalasHapus
  9. Lengkap sekali tulisannya, mba. Sukses lombanya.

    BalasHapus
  10. Pengen kesanaa. Pengen ke api abadi mrapen. Pengen lihat batu berbobot mbak. Aku ada jerawat, bisa sembuh nggak ya mbak dengan air di Sendang Dudo? Hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo Mbak ke sini. Ntar aku anter jalan-jalan.
      Jerawat ya, kurang tahu. Kalau tetanggaku ada yang korengan sembuh Mbak. Kudu telaten.

      Hapus
  11. Lho mbak diyanika dr purwodadi y? Assik nih, ketemu blogger dr kota asal. Aku kerja digodong mbak. Kpn2 mau ah,kopdaran.. Btw, sukses buat lombanya y mbak. Lengkap and detail banget. Semoga menang yaaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya rumahku Mintreng. Perbatasan kan antara Purwodadi dan Demak. Malah dekat Purwodadi.
      Hey, kerja di Godong? Aku dulu SMP di sana malah. Ayoookkk, tuh di ayas ada blogger Purwodadi juga ngajakin kopdar.

      Hapus
    2. AyOk mbk mbk semua kita kopdar saling bagi ilmu, kita ramaikan simpang 5 Purwodadi hehehe.

      Boleh ninggalin kontak?
      Biar bisa komunikasi gitu.

      Hapus
    3. Email aja Mas, ichaituika@gmail.com

      Hapus
    4. Hayyuuuukk... mau kopdar sambil belajar juga. Aku asli simpanglima. email : rahma_mocca@yahoo.com.

      Hapus
  12. aku kok penasaran sama batunya yaa mbak...huhu kok ngeri gt..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hiii...nggak ngeri ah, Mbak.
      Ke sini dong biar tahu pasti. Niatkan diri buat ziarah dan jangan luoa syarat2 yang aku sebutin di atas catet ya.

      Hapus
  13. Sudah pernah ke Grobogan tapi belum pernah mampir mrapen ini, menarik juga ya Ika

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, makanya kalau ke Grobogan ke sini ya.

      Hapus
  14. Seru juga ngulik temoat tinggal kita. Dulu waktu kecil d jawa tinur juga d ajak bpk d api abadi. .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya dong, ngulik kemana-mana tapi ngga pernah ngulik daerahnya sendiri.

      Hapus
  15. Menarik ini api abadinya buat di kunjungi. Kalo punya api abadi enak paling ya gak usah susah beli gas hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu warga sekitar pada make gas itu buat masak, Mas.

      Hapus
  16. Wah sayang kalau apinya makin kecil, pdhl udah dibangun jd lbh bagus ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga saja pemerintah nemu cara agar api nggak makin kecil.

      Hapus
  17. Api abadi pernah aku datangi pas di Semarang mba. Kalau di Grobogan malah baru tahu. Makaish infonya ya mba

    BalasHapus
  18. Dari dulu buat planing mau kesini tapi belum kesampaian. Hahaha

    BalasHapus
  19. waaah, seru jalan-jalannya ya, itu menu iwak manuknya bikin perut keroncongan, deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makin sedaaap dimaakn sama sambel tomat, ajiiiib bener.

      Hapus
  20. Saya tahunya tempat ini karena dulu (gak tahu apa sekarang masih ya..) kalau PON, api PON diambil dari sini. Suka deh cerita jalan2nya. Btw, sukses dengan lombanya ya mba...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget Mbak. Memang beberapa kali api PON diambil dari sini.
      Makasih ya mbak doa dan sudah suka sama tulisan ini. Semoga bermanfaat.

      Hapus
  21. Jengkoool...aku suka, apalagi kalo di rendang. Nasi sebakul bakal habis.
    Eh aku belum pernah ke Mrapen, padahal deket ya

    BalasHapus
  22. dengar nama api abadi Mrapen ini pertama kali waktu apinya mau dibawa untuk pembukaan PON
    lupa tahun berapa itu

    BalasHapus