Belum juga diwisuda, aku sudah dapat tempat untuk wiyata. Tak ada salahnya kan kalau saat itu aku berbangga diri? Ehm...jangan dibayangin ya betapa sombongnya diriku kala itu. Padahal kalau dipikir-pikir, aku bisa dapat tempat wiyata karena bantuan (dulu-calon) kakak iparku yang kebetulan bekerja di kantin sekolah itu. Hihihi.
Aku masih ingat betul, hari itu hari Rabu. Dengan berpakaian rapi dan bersepatu pantofel, aku datang ke sekolah membawa lamaran kerja. Sayang, hari itu aku tidak mujur. Kepala sekolah baru saja keluar. Alhasil, aku pun pulang dengan tangan kosong.
Keesokan harinya dengan semangat yang menggebu, aku pergi ke sekolah lagi. Alhamdulillah, berjodohlah aku dengan kepala sekolah. Aku ditanya dengan pertanyaan ini dan itu sesuai dengan lamaran kerja yang ku tinggalkan kemarin. Selain aku dan kepala sekolah, ada juga dua guru sepuh yang ikutan nimbrung. Jangan dibayangkan seperti tes wawancara yang menegangkan ya, di sana kami hanya ngobrol-ngobrol ringan. Sampai pada pertanyaanku,