Sabtu, 16 November 2013

Melalui Jurnalisme Warga, KPU RI Mudah Memantau Pembangunan Jalan di Daerah

Sumber di sini
Pendahulan
Berdasarkan artikel pada website Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia (selanjutnya disebut KPU RI) dengan judul Peran Masyarakat dalam Penyelenggaraan Jalan, diterangkan bahwa infrastruktur jalan merupakan salah satu pilar utama konektivitas, karena berperan sangat penting dalam aktivitas perpindahan barang dan jasa. Tidak memandang baik itu di kota maupun desa, memang keberadaan jalan yang layak sangat mendukung adanya perkembangan bidang lainnya, misalnya, pendidikan, ekonomi, ataupun sosial.

Sayang seribu sayang, mimpi akan memiliki jalan yang layak ditampik oleh Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto yang dilansir oleh Merdeka.com. Bahwasanya jalan kabupaten yang harus diperbaiki saat ini  mencapai 21.313 KM dari sekian kabupaten di Indonesia dan ada sekitar 2.468 KM jalan provinsi yang harus diperbaiki. Angka yang bombastis dan cukup membuat dahi kita mengernyit.

Jalan rusak memakan korban
Cerita lain datang dari adanya kemajuan IPTEK, kemajuan IPTEK salah satunya internet memang memudahkan manusia masa kini. Seperti adanya data-data jalanan rusak di atas, penulis dapatkan setelah men-search di google dengan kata kunci jalan rusak. Bermunculanlah berbagai berita baik itu dari situs berita ternama sampai artikel-artikel di blog tak berbayar. Tidak hanya itu, banyak sekali tawaran foto-foto jalan rusak yang cukup menarik mata kita untuk melihatnya.

Dari situlah penulis memiliki ide berkaitan dengan kemajaun internet dalam hal ini adanya uforia kemunculan jurnalisme warga yang sering memberikan informasi yang up to date untuk membantu Kementerian Pekerjaan Umum dalam memantau pembangunan jalan di daerah-daerah.

Sisi Lain dari Potret Jalan Kita
Disebutkan secara jelas bahwa masih ada 21.313 KM jalan kabupaten yang rusak. Kerusakan tersebut bisa diakibatkan oleh tiga faktor seperti yang dijelaskan oleh pakar transportasi dari Teknik Sipil ITB Ofyar Z Tamin:
  1. Overloading atau muatan kendaraan yang berlebih. Seharusnya kebeadaan jembatan timbang harus lebih dioptimalkan lagi, kalau mengurangi atau membatasi jumlah kendaraan di jalanan itu sangat mustahil. Jadi yang dikurangi adalah beban bawaan kendaraan, bukan jumlah kendaraannya.
  2. Buruknya drainase jalan. Air adalah musuh utama ruas jalan beraspal. Sehingga drainase buruk akan menyebabkan jalan tergenang air sehingga lebih cepat rusak. Saat ini juga sudah dikenal dengan pembangunan jalan dengan beton, pembangunan ini lebih awet dan kuat namun biayanya juga meningkat.
  3. Kualitas pembangunan jalan yang tidak sesuai spesifikasi. Untuk membuktikannya, kata Ofyar, perlu diteliti dari beberapa hal, seperti ketebalan aspal, komposisi material, dan kondisi tanah, serta pelapisan jalan sebelumnya.

Dari 3 poin di atas, jelas adanya bahwa anggapan banyak orang yang awam akan ilmu transportasi bahwa kerusakan jalan hanya dikarenakan oleh banyaknya kendaraan yang berada di jalanan. Tidak bisa dipungkiri pembangunan jalan di daerah terpencil pun harus diperhatikan. Tidak hanya di jalur-jalur atau jalan antar provinsi.

Di daerah terpencil banyak sekali jalan/jalur alternatif yang menghubungkan satu daerah ke daerah lain. Akan tetapi, namanya juga jalan alternatif maka seringkali perhatian akan pembangunan jalan pun dianggap sebagai alternatif saja. Misalnya saja adalah jalan alternatif yang ada di Desa Bata Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Jalan tersebut merupakan jalan alternatif yang menghubungkan daerah Demak, Kudus, dan Jepara bagi pengguna jalan dari arah Selatan. Baru-baru ini (memang) telah dibangun jalan dengan bahan cor karena setelah beberapa kali dengan bahan aspal yang ala kadarnya justru membahayakan pengguna jalan. Baru sebulan musim hujan tiba, jalanan aspal mulai rusak dan menimbulkan kobangan-kobangan air yang sangat dalam.

Jalanannya WOW banget.
Dok.Pribadi
Masyarakat sekitar jalan tersebut tidak tinggal diam, berbagai cara dilakukan dengan menutup lubang tersebut dengan batu dan tanah yang ada di sekitar jalan. Ketika hujan mengguyur, maka tanah dan batu itupun lama-lama hanyut terbawa air hujan. Lubang-lubang tersebut  kembali menganga dan semakin lebar dan dalam, tak jarang pun memakan korban. Musim hujan berganti kemarau, masalah jalan rusak tak berganti juga, justru debu yang ditimbulkan oleh pasir-pasir yang ada di jalan tersebut mengganggu pernapasan dan penglihatan pengguna jalan.

Dengan cerianya mereka menanti mobil lewat.
Dok. Pribadi
Ironisnya, jalanan rusak justru mendatangkan rejeki bagi mereka yang tinggal di pinggir jalan. Dengan bermodalkan bakul bekas, kain bekas, bambu kecil dengan panjang 1 m, dan kursi kayu, mereka mendapatkan receh dari pengguna jalan atas jasanya membantu mengatur jalan yang bergantian. Lebih mencengangkan lagi, pelakunya adalah anak-anak yang masih duduk di sekolah dasar. Apakah jalanan rusak justru mendidik anak bangsa mengemis? Sampai kapan dibiarkan jalanan itu rusak? Sampai uang jajan tak dibutuhkan lagi bagi mereka?


Mari, KPU RI Merangkul Jurnalisme Warga
Dok. Pribadi
Bersumber dari wikipedia.org, jurnalisme warga (dalam bahasa Inggris: citizen journalism) adalah kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis serta penyampaian informasi dan berita. Kegiatan tersebut dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan internet terutama yang diikuti dengan berbagai macam social media; baik social networking, blogs, photo sharing, micro-blogging, video sharing dan lain sebagainya.

Jurnalisme warga memberikan kesempatan kepada masyarakat biasa untuk mengumpulkan, melaporkan, menganalisis dan menyebarkan berita dan informasi yang ada di sekitar mereka. Akan ada tantangan tersendiri bagi warga ketika memutuskan untuk terjun ke dunia jurnalisme warga, diantaranya berani merekam setiap berita informasi yang ada di sekitarnya untuk kemudian dilaporkan dalam bentuk-bentuk berupa video, artikel berita ataupun foto.

Sudah banyak portal-portal di Indonesia yang menyediakan ruang untuk menampung informasi dari masyarakat yang tergabung dalam jurnalisme warga, misalnya adalah PANYINGKUL, Kompasiana, Politikana, Wikimu, I Witness MetroTV dan sebagainya. Dari sinilah KPU RI bisa masuk di sela-selanya. Mengajak warga untuk melaporkan informasi keadaan jalan yang ada di sekitar mereka. Tujuan utamanya adalah agar data yang akurat dapat terkantongi dan pembangunan jalan pun bisa meratadan tepat sasaran.

Cara lain yang lebih spesifik adalah dengan menggaet komunitas-komunitas jurnalisme warga yang tergabung dalam komunitas blogger. Teknik menggaet para blogger salah satunya bisa dilakukan dengan cara membuat kontes blog dengan tema jalan rusak di sekitar Anda. Tidak dipungkiri akan banyak sekali artikel yang bermuncullan dari berbagai daerah. Karena banyak sekali komunitas blogger yang ada di Indonesia. Keberadaan mereka bahkan menyebar di setiap penjuru Indonesia. Ini akan lebih mempermudah KPU RI untuk meratakan pembangunan jalan di Indonesia melalui informasi para blogger. Berikut penulis sebutkan beberapa komunitas blogger di Indonesia yang sangat produktif:
  1. Warung Blogger
  2. Kumpulan Emak-Emak Blogger
  3. Ibu-Ibu Doyan Nulis

Tunggu apalagi? Gunakan internet untuk mempermudah kinerja KPU RI dalam pembangunan jalan secara merata dan tepat sasaran. Dengan ini, dana peninjauan (awalnya peninjauan berkali-kali jadi tidak perlu berkali-kali lagi) yang dikeluarkan oleh KPU RI  paling tidak bisa diminimalisir untuk alokasi dana yang lainnya. Selain itu, harapan dari Balitbang KPU RI terhadap peran masyarakat dengan fungsi  pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan (TURBINBANGWAS), secara langsung maupun tidak langsung bisa terwujud. Selamat bekerja!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar