Jumat, 14 Desember 2012

Mengintip Sejarah Ibu *Indonesia

Pada tanggal 22-25 Desember 1928 menjadi titik terang sejarah Hari Ibu. Pada waktu itu bertempat di Gedung Dalem Jayadipuran, Yogyakarta yang sekarang berfungsi sebagai kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional yang beralamatkan di Jl. Brigjen Katamso, berlangsunglah Kongres Perempuan Indonesia I. Kongres tersebut dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatra. Salah satu hasil dari kongres itu adalah terbentuknya Kongres Perempuan atau dikenal dengan Kongres Wanita Indonesa (Kowanii).
Melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959, Presiden Soekarno menetapkan bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu (Hasil dari Kongres Perempuan III )dan dirayakan secara nasional hingga sekarang. Berbeda dengan perayaan Mother’s Day layaknya orang barat yang memberikan penghargaan prestasi domestik, Hari Ibu Indonesia lebih luas dari itu. Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji keibuan para ibu yang telah bersedia mendidik generasi bangsa. Berbagai kegiatan pada peringatan Hari Ibu beranekaragam bentuknya, mulai dari pemberian kado istimewa, penyuntingan bunga, pesta kejutan bagi para ibu, aneka lomba masak dan berkebaya, atau membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik sehari-hari. (Wikipedia.com)
Apapun kegiatan yang dilakukan untuk memperingati Hari Ibu pada intinya semua untuk kebahagiaan ibu. Karena tidak ada sebuah kebohongan mutlak bahwa ibu adalah seseorang yang begitu berarti bagi kita. Berikut ini ada pendapat dari beberapa orang yang telah berhasil tim mading PGSD wawancarai dalam rangkan menyambut datangnya Hari Ibu mengenai pertanyaan sebagai berikut, “Kenapa ada Hari Ibu tapi tidak ada Hari Ayah di Indonesia?”
Bagaimana pendapatmu? Apakah sama dengan mereka? Atau kamu memiliki pendapat yang berbeda dengan mereka? Apapun pendapat kamu, yang terpenting adalah bahwa Ibu akan selalu lebih bahagia dihari bahagiamu. Ibuku, ibumu adalah ibu yang terhebat di dunia.
Untuk kamu yang saat ini sudah tidak lagi didampingi oleh ibu, jangan pernah berhenti berdoa untuknya. Dimanapun ia berada, ia akan selalu bahagia melihatmu menjadi anak yang memang anaknya.
Untuk kamu yang saat ini terhalang jarak dengan ibumu, jangan pernah lupa SMS atau telpon walaupun hanya sekali. Tanyakan kabarnya!
Untuk kamu yang saat ini sedang marah dengan ibu, pulanglah dan peluklah ibumu, serta katakan, “Ibu, maafkanlah anakmu...” (Ika Hardiyan Aksari, 5D)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar