Kalau Bisa Tidur Lebih Awal dan Bangun Lebih Pagi, Kenapa Harus Begadang?

"Seorang ibu itu tidur paling akhir dan bangun paling pagi."

Begitu kira-kira status Facebook temanku. Aku senyam-senyum. Emang iya, sih. Akan tetapi, kenyataan itu ternyata bisa diakali lho. Dengan cara apa?

Ngomongin pekerjaan seorang ibu, sudah paham semua lah ya, tak akan ada habisnya. Aku yang tinggal sama orangtua, sekalipun sudah dibantu ibu dan suami, waktu 24 jam terasa kurang. Pekerjaan belum selesai tapi sudah larut. Baru tidur mak serrrr, ayam jago sudah berkokok.

"Belum nyuapin Kak Ghifa, sudah pukul 06.30 WIB. Alamat telat ke sekolah nih!"

Hatiku langsung kemrungsung. Ya Allah...Ujung-ujungnya mengeluh dan menyalahkan orang sekitarku.

Kalau dari rumah sudah nggak mood, tak dipungkiri, meskipun berusaha profesional, ada-ada saja ulah muridku yang bikin emosi. Tapi ini bukan salah mereka. Guru macam apa aku ini?

Di waktu senggang, aku bertukar cerita dengan teman tentang kepayahanku dalam membagi waktu. Kebanyakan mereka memaklumi, karena aku punya balita usia 2 tahun. Akan tetapi, bukan pe-makluman itu yang ku harapkan. Aku butuh solusi.

Sampai akhirnya, aku tak sengaja membaca status Facebook seorang teman yang anaknya sedang menyusun skripsi. Beliau menceritakan kerisau-annya tentang sang buah hati yang jarang sholat malam karena lelah lembur skripsi.

Mak deg!

Sholat malam? Kapan terakhir aku sholat malam ya?

Aku melanjutkan membaca status temanku tadi. Beliau memberikan solusi kepada anaknya, "Kenapa tidak tidur lebih awal dan bangun lebih pagi saja? Sholat malam dulu setelah itu mengerjakan skripsi.”

Iya juga ya? Inspiratif banget ini.

Semenjak itulah aku berusaha keras untuk mempraktikkan apa yang ditulis temanku itu.

Awalnya, aku mulai tidur saat Kak Ghifa juga tidur, sekitar pukul 20.00 WIB. Ku pasang alarm di 3 HP. Target bangun pukul 02.00 WIB, meleset, pukul 03.00 baru bangun. Setelah itu aku tak kembali tidur.

Seminggu pertama berjalan, Ya Allah, aku harus mengakui untuk jadi muslimah yang baik itu tidak mudah. Butuh tekad yang kuat. Kalau tidak, habis sholat malam ya tidur lagi. Dijamin bangunnya malah makin siang. Makin gedumbrangan deh.

Kalau sudah terbiasa (butuh waktu sekitar 2 minggu), tanpa alarm pun insya Allah bisa bangun. Asalkan sebelum tidur, niatkan untuk bangun lebih pagi secara sungguh-sungguh.

Apa yang bisa kita kerjakan setelah sholat malam? Banyak sekali. Aku biasanya memasak, menyetrika, mengerjakan tugas sekolah, bersih-bersih rumah, mengaji, menulis untuk blog ini, sampai blog walking ke beberapa blog teman atau stalking cari artikel menarik di Saliha.id.

Memangnya tidak mengantuk? Alhamdulillah, sampai sore pun tidak ngantuk. Berbeda kalau tidur seperti biasa (bangun pukul 04.00), baru pukul 12.00 rasanya sudah ngantuk banget. Apalagi kalau habis makan. Hooaah...😦

Sejauh ini, ada beberapa hal yang ku rasakan saat aku menerapkan kebiasaan tidur lebih awal dan bangun lebih pagi.

1. Badan lebih segar. Ini karena udara di pagi hari lebih bersih dan baik untuk metabolisme tubuh. Sebaliknya kalau bangun siang, udaranya sudah kotor. Saran dokter, lebih baik lagi kalau bangun tidur langsung mandi lho. Hal ini bisa meregangkan otot tubuh yang mengencang.
2. Pekerjaan selesai tepat waktu. Karena saat itu Kak Ghifa sedang tidur pules-pulesnya. Semua pekerjaan bisa ku selesaikan. Kalaupun tiba-tiba Kak Ghifa terbangun, segera ku nina-bobokan. Tapi, jangan sampai ikutan tidur lagi.
3. Jarang uring-uringan dan lebih bahagia. Lah iya, kan pekerjaan bisa selesai sebelum Kak Ghifa bangun. Jadi, pas Kak Ghifa bangun tinggal nyuapin, mandiin, siap deh ke sekolah.

Apapun itu kalau baru mulai memang sulit. Banyak orang yang gagal karena niat dan tekadnya kurang bulat. Semua kan butuh pembiasaan. Harus konsisten. Kalau bisa jadi lebih baik dengan berhijrah, kenapa tidak ya?

Insya Allah kebiasaan baik ini akan aku teruskan kepada anggota keluarga lain. Semoga bisa istiqomah ya. Kalau kamu, kapan mau mencoba juga kebiasaan tidur lebih awal dan bangun lebih pagi?