Rabu, 20 Desember 2017

Mesin Cuci untuk Ibu


Mesin Cuci untuk Ibu. Bulan Desember ini sepertinya postingan di blogku akan banyak bercerita tentang ibu. Ditambah lagi arisan bloger Gandjel Rel kali ini, yang ditarik oleh Mbak Chela dan Mbak Noorma pun melempar temanya tentang kenangan bersama ibu. Yihaaaa...

Dari sekian banyak cerita bersama ibu, yang paling baru kulalui dan bikin hepi bersama ibu adalah bulan lalu (11 November 2017), aku berhasil membelikan mesin cuci untuk ibu. Alhamdulillah.



Aku ceritakan awal mula, kenapa aku ngebet banget beli mesin cuci untuk ibu ya?

Awalnya gini, ibuku sekarang itu kalau pagi kan ikut jualan bapak. Setelah itu masih momong Kak Ghifa. Belum lagi mengerjakan tugas rumah lainnya. Pasti capek banget kan? Makanya aku sering menawarkan diri untuk sedikit membantu pekerjaan ibu, salah satunya mencucikan baju bapak dan ibu. Tapi namanya ibu, selalu saja ada alasan untuk tidak membuatku capek juga.

"Ya Allah Bu, belasan tahun Ibu mencuci bajuku, ijinkan aku mencuci baju ibu juga."

Ibu sering beralasan kalau hasil cucianku nggak bersih lah atau aku nyucinya lama (2 hari sekali baru nyuci), dan alasan lainnya. Sampai suatu hari ibuku pernah bilang gini, "Kalau punya mesin cuci ya agak mending. Kamu nggak usah capek-capek nyuci. Tinggal diputar terus bisa ditinggal ngerjain pekerjaan lainnya."



Anak mana sih yang nggak ingin mewujudkan apa yang diinginkan oleh orangtuanya? Apalagi kita semua nggak tahu umur ini akan sampai kapan. Terlebih lagi aku yang anak tunggal. Rasanya, kalau Allah menghendaki, ingin rasanya selalu bisa mengabulkan apa yang diinginkan bapak ibu. Khususnya ibu. Karena aku takut kalau sampai tutup usia belum bisa bahagiain ibu.

"Semoga Allah memberikan kesempatan itu."

Aku tahu aku tidak bisa membalas apa yang sudah kedua orangtuaku berikan kepadaku. Akan tetapi, aku selalu berusaha dan berdoa kepada Allah untuk selalu minta kesempatan untuk membahagiakan bapak dan ibu.

Hanya aku harta mereka. Siapa lagi kalau bukan aku?

Semenjak mendengar keinginan ibu itu, aku selalu berdoa semoga Allah mengabulkan keinginan ibu lewat rezekiku.

Sampai akhirnya datanglah rezekiku lewat Mbak Ika Puspita yang mengajakku untuk menggarap suatu job nulis.

"Lumayan lho, Dek, fee-nya." begitu isi salah satu WAnya. 

Melintas seketika mesin cuci untuk ibu. Akhirnya aku ambil tawaran dari Mbak Ika. Apakah job itu bisa kukerjakan dengan mulus?

Tidak. Rasanya terseok-seok. Tugas sekolah tidak bisa ditinggal. Mau nggak mau minggu itu juga harus dikumpulkan. Sama halnya dengan job nulis dari Mbak Ika. DLnya minggu itu juga.

Aku bingung. Ini bagaimana? Apa bisa jalan dua-duanya? Kalau yang job kulepas, apa kabar dengan mesin cuci ibu? Nggak mungkin juga tugas sekolah ini kupending. Gila. 

Otakku bekerja keras. Mencoba mencari cara, bagaimana jalan terbaiknya agar keduanya bisa jalan semua?

Mau nggak mau aku begadang terus selama seminggu. Setiap kali mengerjakan tugas kok ada ide menulis untuk job, aku berhenti sejenak dan menuliskannya di notepad HPku. Kalau sudah buntu, aku berhenti sejenak dan melanjutkan tugas sekolah. Begitu terus.

Kira-kira 5 harian aku tidur di atas jam 12 malam terus. Malah ada satu hari yang tidur sekitar jam 4an, padahal pagi aku harus standby di sekolah lagi. Mata sepet tak kurasa lagi. Tak lupa aku juga mengkonsumsi vitamin biar nggak ke-ok.

Aku sampai mbatin dalam hati, Allah mengujiku. Seberapa kuat aku mensukseskan misi membahagiakan ibu? Diberilah rintangan itu kepadaku. Kuatkah aku?


Alhamdulillah, meskipun aku tidak bisa mencapai target fee-ku untuk bisa membeli mesin cuci, datang Abi menawarkan sejumlah uang untuk melengkapi kekurangannya.

Bismillah, kuhubungi temanku yang kebetulan bekerja di pabrik elektornik di daerah Kudus. Sorenya mesin cuci langsung diantar ke rumah.

Semenjak hari itu masalah cuci mencuci sudah aman. Ibu juga tak perlu lagi mikir soal cucian. Aku tetap memberi tahu tata cara mencuci pakai mesin cuci tapi melarang ibu untuk mencuci pakaiannya sendiri.

Kalau boleh jujur, ada mesin cuci di rumah memang lebih enak. Bisa nyuci kapan saja, bisa disambi pekerjaan lain. Alhamdulillahnya aku juga makin banyak waktu main sama Kak Ghifa.

Lah, ini sebenarnya mesin cuci buat siapa? Ibu, atau...? Ya, buat semuanya. Hahahaha.

Bagiku, bapak dan ibu segalanya. Aku rela tak punya uang asal mereka sehat dan bahagia. Dari awal Abi juga sudah kuceritakan tentang misiku ini. Alhamdulillah, sejauh ini Abi selalu mendukungku.

Dalam benakku, selalu ada ketakutan yang begitu besar. Aku takut tidak bisa membahagiakan bapak dan ibu. Aku selalu takut tidak ada kesempatan lagi sedetik kemudian apalagi esok hari. Aku ingin membersamai bapak dan ibu sampai nanti, sampai Allah memanggil kami.


Dalam doaku, semoga ada kesempatan untuk membahagiakan bapak dan ibu. Sebelum waktu itu tiba, yang memisahkan kami.

*Semua foto diunduh dari pixabay.com

4 komentar:

  1. senang banget yaa mba...kalau ortu hepi karena kita. kepuasannya berbeda. smoga bisa terus membahagiakan kedua ortu yaa mba

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah ya mesin cuci sangat membantu.
    Lain halnya ibu, beliau malah udah minta cucu (lagi)

    BalasHapus
  3. Rasanya malu aku mbak. Pean bisa belikan mesin cuci. Ibuku minta HP android aku kasih bekasku dan aku beli yg baru heheheheh

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah ya mbak Ika, akhirnya bisa kesampaian membelikan mesin cuci buat ibu... dan buat seluruh keluarga juga :)

    Saya juga pengennya membahagiakan kedua orang tua mbak, meskipun kadang belum maksimal tetapi selalu diniatkan dan juga berdoa semoga Allah mengabulkan semua keinginan untuk orang tua, aamiin..

    BalasHapus