Minggu, 19 April 2020

SKB, #dirumahaja, Belajar di Rumah, Apa yang Akan Aku Lakukan Setelah Covid-19 Berlalu?


Covid-19 itu membawa banyak cerita, ya. Ini cerita randomku tentang Covid-19.

Saudara pada tanya, SKB ne piye?



Dari kemarin, setiap kali membuka jendela baru pencarian Google, di bawahnya tuh selalu ada berita tentang kabar pelaksanaan SKB. Entah kenapa aku tidak tertarik membukanya.

Baru tadi pagi, kuklik judul berita Was-was Nasib SKB CPNS 2019, Ini Penjelasan Terbaru Kepala BKN dari fajar.co.id. Kubaca sejenak.


Intinya, SKB bakal tetap dilaksanakan demi mendapatkan anak bangsa yang berkualitas. Soal waktunya, rencana awal, setelah ada Corona, adalah akhir April kalau nggak awal Mei. Tapi, karena sikonnya masih seperti ini, insyaallah Juli baru dilaksanakan. Itupun lihat sikon lagi nantinya.

Aku jadi ingat hal lain tapi masih terkait pelaksanaan SKB, kemarin pas baca komentar di akun IG BKN, itu ada yang komentar begini,

"Nggak usah SKB aja, Min. Diranking. Biar dananya bisa untuk penanggulangan Corona."

Aku pengen ketawa, tapi kok takut dosa.

Nggak semudah itu fergusoooooo.

Sekalipun aku berada di peringkat pertama tes SKD dan formasi yang dibutuhkan juga hanya satu, pun aku sangat diuntungkan apabila tidak ada ujian SKB, aku tetap ingin berkompetisi dengan kompetitorku secara sportif. Kesannya aneh saja kalau lulus dengan cara mudah. Nggak ada gregetnya gitu.

Terus, kapan akan dilaksanakan SKB? Rasanya nggak sabar pengen tahu ending cerita perjuanganku. Apakah harus berjuang lagi di tes CPNS tahun depan? Atau aku bisa mewujudkan apa yang diimpikan oleh almarhumah ibuku?

Baca juga perjuangan trs SKD CPNS ku di >> Mampukah Aku Menjadi Sang Bintang?


Terbesit pikiranku, ah, Allah ingin aku mengabdi lebih lama di sekolahku yang sekarang ini.

Kukirim cerita tersebut kepada guruku. Apa komentar beliau?

Selalu dan selalu, beliau melihat setiap kejadian dari sisi yang berbeda.

"Allah pingin kamu agak berlama-lama dengan keluarga di rumah aja, sebelum kamu disibukkan lagi dengan urusan dunia ☺."

Nggak tahu kenapa baca balasan WA di atas tuh rasanya, nyeeeesssss.

Iya, ya?

Toh, aku juga menikmati banget selama #dirumahaja. Kan hanya selentingan jadwal SKB saja yang sedikit mengganggu. Kenapa harus kupermasalahkan? Kenapa nggak kunikmati saja yang ada ini?

Apa kabar dengan #dirumahaja?



Banyak hal yang bisa kulakukan selama #dirumahaja. Aku bisa menata ulang rumahku yang seperti kapal pecah dan melayani seluruh anggota keluargaku seutuhnya.

Eits, sebenarnya, kalau boleh jujur, sebagai guru aku merasa ada yang hilang dari keseharianku. Selama belajar di rumah, aku merasa, ya, aneh. Biasanya, setiap hari ketemu sama murid-muridku, ini sama sekali. Aku kangen.

Kemudian, masalah tugas yang diberikan ke anak-anak. Sekolahku ini menurutku kurang sip, sih manajemennya. Nggak tahu deh ya kalau sekolah negeri yang lain, yang ada di sekitarku. Jadi, bebas, guru mau ngasih tugas apa ke anak, monggo. Paling gampang sih pada nyuruh ngerjain soal di LKS.

Susahku adalah muridku kelas 1, Gaes. Masak tiba-tiba ngerjain LKS, muridku bisa guling-guling deh. Atau nggak orangtuanya bisa ngamuk kayak singa. Mau gunain kelas online, kuota internet orangtua juga terbatas.

Eh, lha wong, nggak semua orangtua punya HP canggih juga. Yang masuk di grup kelasku hanya 19. Itupun nggak semua online setiap hari. Onlinenya pas ada uang buat beli kuota. Hambuh piye yang nggak punya nomor WA. Aku juga serba salah mau ngasih tugas seperti apa.

Aku mati kutu deh.

Kemudian aku ciut hati tapi terinspirasi dari beberapa guru di luar sana yang dengan ikhlas mendatangi rumah murid-muridnya yang tidak memiliki HP canggih. Ngapain? Ngapain lagi kalau tidak mengajari muridnya secara langsung? Kayak home visit gitu. Keren, ya?

Hiks. Aku belum bisa kayak gitu.


Lha terus aku kalau ngasih tugas seperti apa? Aku malah lebih ke life skill, sih, kalau ngasih tugas. Seperti mencuci piring, menjemur baju, goreng telur, atau melipat baju. Sesekali memberi tugas memberikan soal atau anak kuminta membaca satu paragraf kemudian divideo dan dikirim ke aku.

Walau merekap nilainya agak ribet, tapi inilah seninya selama belajar di rumah. Aku pun jadi sadar, aku tuh nggak bisa disebut sebagai seorang yang berprofesi sebagai guru kalau nggak ada murid-muridku. Makin sadar juga kalau aku membutuhkan mereka. Ah, aku kangen banget sama mereka. Bahkan saat aku ke sekolah, kusapa mereka lewat video.

Ya, meskipun aku menikmati selama #dirumahaja, aku ingin wabah ini segera berlalu. Agar aku juga bisa menjadi guru yang seutuhnya.

Memangnya setelah Covid-19 ini berlalu mau ngapain?


Kembali ke sekolah pasti.

Ada satu hal yang ingin sekali kulakukan after covid-19 ini berlalu. Yaitu, piknik ke Bonbin Mangkang, Semarang.

jalanpiknik.com

Kenapa?

Ini sudah rencana sejak lama. Tepatnya setelah aku ujian SKD.

Saat aku ujian, Kak Ghifa ikut nganter. Dia tahunya kalau kami mau piknik. Sudah dijelasin kalau aku mau ujian malah dia ngeyel kalau bukan ujian tapi piknik. Mungkin karena perginya ramai-ramai kali, ya.

Piknik ala dia mah yang penting pergi ke suatu tempat dan lihat sesuatu yang unik. Alhamdulillah, pas ujian di UNNES itu kan ada kolam gedhe yang banyak ikannya, kan, nah, itu dia hepi banget. Piknik deh hari itu, ala dia.

Pas pulang, sambil ngobrol-ngobrol, ada yang nyeletuk, "Nanti kalau Ummimu lolos tahap selanjutnya, piknik Bonbin, Kak."

Aku yang mendengar hanya terkekeh. Dalam hatiku sih meng-amini. Aku pun ingat keinginan ibuk, selepas pulang dari rumah sakit, ibuk pengen pergi ke pantai bareng sama Kak Ghifa, karena seminggu lebih Kak Ghifa kutiggal di rumah sakit.

Sayang, ibuk harus ke surga mendahului kami.

Makanya, aku pengen banget ngajak Kak Ghifa piknik. Kalau nggak bisa ke pantai, ya, ke Bonbin Mangkang, Semarang, yang lebih dekat. Pun Kak Ghifa juga senang sekali kalau lihat hewan-hewan.

Semoga segera terwujud, ya, Kak.

Kamu, selama covid-19 ini ada unek-unek apa? Tulis saja di blog kamu, atau mungkin kamu punya rencana apa gitu after covid-19 ini berlalu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar