Panas setrika masih terasa di alas tempat menyetrika baju yang saya gunakan. Tiba – tiba saya teringat dengan sahabat saya, Akbar Riyanti. Segera saja saya ambil HP dan mengirim SMS padanya.
“Di rumah kamu? Aku mau ke Gubug (salah satu kecamatan di Grobogan, Jawa Tengah).”
Seminggu yang lalu dia memberikan kabar kalau dia akan pulang ke rumah. Teringat, terakhir ketemu dia waktu buka bersama bareng anak – anak Fortune Angel. Maklum saja, dia melanjutkan studinya di salah satu sekolah kedinasan di Jakarta sana sedangkan saya di Kudus atau lebih tepatnya tetap stay di rumah karena pulang pergi Kudus - Demak.
Pukul 10.00 WIB, langsung tancap gas si Merah dan menuju ke rumah Ria, panggilan Akbar Riyanti. Dan sampai di sana, bertemulah dengan Ayah dan Ibu Ria, dan ada saudaranya juga. Jangan ditanya bagaimana cerita pertemuan kita. HEBOH. Layaknya dua insan yang tak pernah bertemu puluhan tahun. Hehe. J
Tapi yang sangat mencolok hati, ini dia, “Wah, sekarang punya pacar jadi jerawatan gini ya?” kata Ayah Ria. Jadi pengen ngakak sekeras – kerasnya. Memang benar saja, sekarang saya tambah kurus, hitam, dan jerawatan, tapi dikiiiit sajaaa......! Yah, itu tadi masalahnya, harus pulang pergi Kudus – Demak. Kena debu melulu meskipun sudah menggunakan masker, da kawan – kawanya. Tapi whatever lah. Tak ada masalah buat saya! Tetap semangat dan berjuang!
Tidak berhenti di sini cerita kehebohan saya bersama Ria. Setelah pamitan dengan orangtuanya, langsung saja saya bawa Ria ke tempat sol sepatu langganan saya, dan alhasil, sedikit kecewa, TUTUP. Kemana sih Pak Sol Sepatu?
Melupakan kekecewaan bersama sol sepatu, akhirnya kita berhenti di salah satu swalayan dengan tujuan mencari pulpen yang untuk menulis halus (tugas kuliah ini L). Dan tau apa yang saya dapatkan? Adanya pulpen biasa tapi harganya??? Huu.....selangit. Yah, sebenarnya ada pulpennya, tapi tintanya yang tidak ada. Jadi sama aja bloon dong? Bukan, sama aja bohong. He, J
Pergilah kita ke Pasar Gubug, dan lagi – lagi tujuan gagal, yang satu ini toko jam yang kita tuju. Dan menurut ibu – ibu yang buka toko di sebelah toko jam itu, “Mas-e sambatan, Mbak!” (Mas – nya sedang kerja bakti-red).
Panas sang surya sudah membuat baju kita berganti bau. Kecut. Dan akhirnya kita memutuskan untuk pulang. Setelah mengambil si Merah di tempat parkir, dari kejauhan saya lihat ada perempuan seumuran saya dengan rambut khas instansi tertentu.
“Rissskkkkaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.....................!!!!” teriak saya dengan Ria ketika bertemu dengan Mahanani Riska M. Beda lagi cerita ini anak, sama anak tunggal dengan saya dan Ria, tapi dia cukup sederhana bahkan sederhana ketika berpenampilan. Padahal secara materi dia ada. Yah, itulah kami, sama tapi berbeda. Ha. Ga nyambung banget yaa.
Di tengah hiruk pikuk para pedagang yang melintasi kita, ternyata ada Bu Fitri ( Ibu Riska) di samping Riska. Tak lupa dengan adatnya orang Indonesia yang katanya ramah tamah, kita pun bersalaman dengan Bu Fitri.
Tapi, kali ini Riska tambah kurusan saja. Katanya sih dia habis sakit, batuk – batuk terus. Kasihan. Banyak – banyaklah makan.
Akhir cerita bersama Riska, saya teringat kata – kata Ibunya, “Kalau ada apa – apa, jangan lupa contact – contact yaa?”. Rasanya begitu damai di telinga. Ibu selalu bersahaja. Jadi, jangan pernah menyepelekan Ibu. Jadi saya yang curhat.
Nah, setelah meninggalkan Riska bersama Ibunya, saya langsung saja pulang ke rumah Ria dan langsung berkunjung ke tempat Ida Fitriyah.
Satu hal yang saya herankan, ini orang meskipun jadwal kuliah padat, pulang pergi Gubug- Semarang tapi tetap saja BB-nya. Jadi pengen gendut.
Bukan singkat cerita ini, tapi lumayan heboh juga kumpul lagi dengan teman SMA. Cerita sana – sini. Bagaimana teman – teman SMA dulu ketika kuliah. Pokoknya banyak sekali cerita yang tak pernah kita bayangkan bisa terjadi. Entah itu baik maupun buruk. Dan pastinya, kita yang sampai hari ini masih bisa menghirup indahnya dunia, mari bersyukur meskipun dengan banyak keterbatasan. Amin
Sampai akhirnya ketika kita hendak pulang. Hah. Jurus orang Jawa, suruh makan dulu. Hahahaha. MEREPOTKAN. Tips aja ni ya, misal berkunjung ke rumah orang jangan pas makan siang, karena apa, susah nolaknya. Hehehe. Malu – malu mau lah pokoknya. Serba ga enak.
Dengan bujukan maut dari Mbak Ida dan Ibunya, akhirnya luluhlah kita. Dan makan. Bismillah. Mau tahu menunya apa? Alhamdulilah, sayur lodeh + telur ceplok + dan kerupuk. Kenyang – kenyang kenyang.
SMP. Selesai Makan Pulang. Hahaha.
Dan akhirnya pamitanlah kami dengan orangtua Mbak Ida, dan lanjut pamitan dengan orangtua Ria. Ya, beginilah cerita reuni. Bukan. Bukan reuni, tapi temu kangen. Hehehe.
Selamat berjuang, Kawan. Jangan pernah menyerah dengan keadaan. Dan jangan pernah mau kalah dengan lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar