Selasa, 29 Januari 2013

Jadi, Besok Kalian Try Out? Kenapa Tertawa Terus?


Selasa, sepulang dari tempat Nicho masih ada jadwal Sekolah Malam untuk kelas enam. Akhir-akhir ini aku cukup bangga dengan mereka, selalu ceria dan begitu semangat berangkat Sekolah Malam.

Mereka sedang asyik mengerjakan soal Bahasa Indonesia

Bekerjasama, soft skill yang ingin selalu aku tanamkan kepada mereka. Tapi bukan kerjasama dalam Ujian Nasional


Semester satu sudah terlewati, maka Ujian Nasional pasti dengan segera akan mereka lalui. Aku hanya bisa membantu sedikit. Membantu semampuku. Apalagi dengan keadaan mereka yang cukup memprihatinkan. Memprihatinkan masalah intelektual. Pengetahuan mereka terlewat dari batas minimal dari siswa kelas enam pada umumnya. Tapi, aku juga tidak bisa menyalahkan guru mereka. Kalau bicara masalah keprofesionalannya akan banyak muncul pendapat yang mungkin akan cenderung bersifat subjektif. Ah....kenapa harus seperti itu? Ya Allah kirimkanlah guru-guru handal untuk mendidik anak bangsa ini. Paling tidak jadikanlah aku ini menjadi guru-guru terpilih untuk mencerdaskan anak bangsa. Kenapa semua begitu rumit. Sangat rumit.

Meninggalkan semua masalah itu, yang pasti esok hari mereka akan melewati Try Out untuk yang pertama kali.

Melihat mereka tertawa renyah seperti malam ini, saling mengejek menghibur diri, rasanya esok hari kalian tidak ada beban untuk mengikuti Try Out. Tapi kenapa justru aku yang jadi ketar-ketir seperti lilin yang kena angin malam gini. Aku begitu takut. Takut sekali. Adakah cara lain untuk menguji kemampuan mereka selain Ujian Nasional? Sepertinya aku perlu berlari untuk berteriak kepada kepala sekolah mereka untuk mengganti wali murid kelas enam. Yaa...diganti! Seperti itu juga yang diinginkan mereka.

Minggu, 27 Januari 2013

Gagal Lomba: Aku Tak Ingin Seperti Bapak



Namaku dipanggil pada urutan ketiga ketika hari kelulusan tiba. Aku menjadi lulusan terbaik di SMP tercintaku. “Terimakasih ya Allah.”
***
Malam itu aku berdoa ketika bapak dan ibuku terlelap. Aku memohon kepada-Nya, aku lulus dan diterima di SMA pilihan ibu. Semua terkabul. Sebagai balas cinta Allah kepadaku, aku berjanji ketika masuk SMA aku akan menutup auratku.
Janjiku itu setengah hati.

Aku tomboy. Aku yang sering main sepak bola bersama teman laki-laki di kelasku, aku yang selalu dipanggil pertama kali ketika bola basket menggelinding di lapangan, aku yang dengan terpaksa memakai rok ketika sekolah, dan aku yang selalu jadi juara ketika lomba lari di sekolah, serta aku yang berkulit sawo matang lengkap dengan rambut keritingku. Aku malu kawan-kawanku tak bisa menerimaku.
Aku adalah Ika Hardiyan Aksari yang menutup aurat karena malu dengan kulit sawo matangku dan rambut keritingku. Bukan karena Allah. Bukan karena janji dengan Allah.

***
Tiga tahun aku menyelami duniaku di SMA pilihan ibu dengan rasa hampa. Jalanku seperti terseok-seok. Tak sadar apakah penyebabnya.
Suatu hari, aku bertandang ke rumah kawanku. Sebut saja namanya Akbar. Kami sama. Sama-sama satu kelas, sama-sama anak tunggal. Tapi kami juga berbeda. Dia dilahirkan di tengah keluarga yang sering membuatku iri.
Hari itu, aku, Akbar dan Ayah Akbar sedang sholat dzuhur berjamaah. Rasanya begitu hikmat. Tak ku duga air mataku menetes. Aku iri. Aku rindu. Aku ingin seperti ini. Aku ingin berjamaah juga dengan bapakku. Aku diam. Mereka meninggalkan aku bersama bulir-bulir air yang tumpah dari mataku.
Semenjak hari itu, tepat hari terakhir aku merasakan seragam putih abu-abuku, aku memutuskan untuk menutup auratku dengan sungguh-sungguh. Aku ingin memenuhi janjiku yang selama ini tertunda kepada Allah. Aku yang dulu ketika sekolah memakai jilbab lebar, tapi ketika di rumah hanya memakai kaos gombrong dan celana pendek di atas lutut. Aku ingin berubah.

***

Aku pandangi kaca panjang di dinding kamar kos ku. Aku cantik. Memuji diri sendiri. Dengan jilbab lebar warna merah jambu dan baju bermotif bunga-bunga kecil berwarna dasar ungu. Aku bertekad, “Ya Allah akan ku penuhi janjiku.”
Aku pulang ke rumah. Memasuki gang rumah dengan senyum siap menyapa. Rasanya ini adalah babak baru dalam hidupku. Aku ingin segera bertemu dengan bapak ibuku. Tak sabar.
Namun, apa yang aku dapat. Aku bertemu dengan orang yang mungkin sudah dikirim oleh Allah untuk menyentilku. “Bapaknya saja tidak pernah masuk masjid, anaknya kok berjilbab.” Aku berlari. Sekuat-kuatnya meninggalkan orang tersebut. Merasa ingin segera menenggelamkan tubuhku di bawah kolong kasurku. Rasanya seakan-akan ada petir yang menyambar kepalaku di siang bolong.
Aku tidak memperdulikan lagi bapak yang siap menantiku di depan rumah. Aku segera masuk kamar dan membanting tubuhku di atas ranjang. Berbincang dengan diriku sendiri. Menghakimi diriku sendiri.
“Apakah karena bapakku tidak pernah pergi sholat Jumat kemudian aku tidak pantas melaksanakan kewajibanku kepadaMu, ya Allah? Apakah karena aku terlambat memenuhi janjiku kepadaMu?” Aku masih terisak dalam sedihku. Terbayang wajah bapakku. Sekelebat rasa benci itu hadir. Bapakku. Bagaimanapun juga dia adalah bapakku. Aku tidak bisa merequest bagaimana bapakku sesuai dengan keinginan kepada Allah. Aku tetap bangga pada bapakku. Karenanya aku ada di dunia ini. Karenanya aku bisa berdiri setegak ini. Tidak hanya ibu yang menjadi ibu terhebat di dunia bagiku, tapi juga bapakku. Bapak terhebat di dunia.

Minggu, 20 Januari 2013

Edisi Helm dan Sepeda

Kegilaan si kecil untuk punya helm itu sudah lama seklai, sejak tahu kalau naik motor itu enak. Tiap kali mendengar ada suara motor distater, pasti langsung lari ngiprit cari sumber suara siapa yang naik motor. Kalau tahu yang mau pergi itu saudaranya sendiri pasti bilang, "Meluuuu......"

Cerita punya cerita dulu ketika lebaran pas ibunya cuti kerja jadi TKI di Hongkong si kecil udah mau minta beli helm, tapi entah deh ibunya lupa atau apa baru kesampaian baru-baru ini. Alhamdulillah.

Oya, cerita tentang si kecil kalau tidak ada fotonya nggak seru ya? Nah, di bawah ini ada beberapa foto si kecil. Yang motert bukan aku sih, aku bagian ngedit dan simpan. Yang motret itu tantenya si kecil. Yuk cekidot!

Sok imut banget ini si kecil

Ini bersama Aisyah, teman bermain dan berantem. Kalau lihat ini foto pasti si kecil bilang, "aku pake helmku, Ais pake helm mamak (nenek)"

Aduh, silau nih! Aisyah kok serius amat ya posenya?

Ciah......pake berdiri lagi?

Sok imut banget, yakin deh! Tapi lihat sini dek.

Mau jadi pembalap nasional ya? Atau mau jadi lady biker?

Jeleknya -____-

Sampai jumpa di galeri foto Rena lain kali ya :)

Sabtu, 19 Januari 2013

Bergulat dengan Portal

Akhirnya, semester lima ini telah berakhir hari ini. Semua ditandai dengan yudicium, yudicum sendiri memiliki arti penetapan status kelulusan mahasiswa dari suatu jenjang pendidikan yang dinyatakan dengan suatu predikat. Yudicium dilaksanakan 2 (dua) kali dalam satu tahun bagi mahasiswa yang akan menyelesaikan program S1.


Sebenarnya kalau dirasakan dengan pasti, hari ini sebenarnya cukup mendebarkan. Bagi saya, dan teman-teman kampusku pastinya. Terutama anak PGSD. He, bagaimana tidak? Karena terakhir kali yang belum keluar adalah nilai Pendidikan Filsafat. Yang menurutku sendiri sebenarnya filsafat itu mudah. Tapi perlu waktu untuk menelaahnya secara dalam. Membaca tiap kata berulang, dan membongkarnya satu persatu. Karena dari cerita teman dan dosenku kalau kita imannya tidak kuat, lama-lama kita bisa jadi manusia yang atheis ketika belajar Filsafat. Hi! -____-

Oke, balik ke topik awal.
Seusai UAS seperti ini, aku sekarang memiliki hobi baru nih ya. Mau tahu hobiku apa? He, meng-snip status teman-teman yang sedang menggalau karena nilai. Mau buktinya? Cekidot!

Anik ini adalah partner kerjaku di Mading PGSD, seklaian promosiin FB dia ya?
Nah, yang pertama yang menjadi korbanku adalah Anik. Maaf ya kakak, he pisss! :)
Status Anik ini bisa ditebak kan ya bagaimana ekspresinya? Menyebut nama Allah, dan mencium dosen seribu kali. Hahaha! Yang dicium itu dosen mata kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia. Namanya Mila Roysa. Ini bisa dipastikan misalkan Anik ini punya facebooknya Bu Mila langsug dibalas ciumannya. Hahaha! Maaf ya bu :)

Kalau yang ini, Cendy. Temen radioku dulu.


Nah, yang kedua adalah Cendy. Kalau yang ini kontras banget dengan yang atas. Yang ini kecewa nih sama nilainya. Uh......Kasian banget ya? Ujung-ujungnya tetap bersyukur ya? Semoga tidak hanya tulisan saja. Hatinya juga :) Aamiin.

Ani, teman radio juga.

Nah, yang ketiga adalah si Ani. He. Yang ini nggantung banget nih statusnya. Kasihan banget nih! Sepertinya pasrah banget yaa? Udahlah kakak, terima jadi aja ya? Yang penting adalah kuliah oke, kerjaan juga oke. Tetap semangat!

Nia, teman kos ijo :)

Nah, yang keempat adalah si Sania. Hehehe! Ini penari nih. PP nya aja penari banget. Kalau ngomongin status ini teman, hoo...dia punya cara lain nih biar heboh, mention teman-temannya untuk menanti nilai keluar. Lihat saja jumlah komentarnya bejibun euy!

Ude, Mas'ud tepatnya. Teman sekelasku.

Nah, yang kelima dan jadi penghujungnya adalah Ude. Teman sekelas yang selalu sensi sama aku tapi sebenarnya baik banget sama aku. Hehehe. Temanku yang satu ini baik bener pokoknya. Dia selalu standby nih. Selalu ada waktu untuk memberikan pemberitahuan nilai yang keluar di Group PGSD. Hehehe. Terimakasih Ude.

Dari semua postingan teman-teman ini aku bisa menyimpulkan bahwa mereka semua sampai-sampai ada yang rela atau nyambi yaa tepatnya, nungguin nilai keluar. Hem. Yang penting pesanku adalah jangan sampai kita terlalu gila dengan nilai. Niatkan pada diri kalau kita kuliah atau sekolah untuk menuntut ilmu bukan nilai. Karena sudah banyak sekali buktinya. Kalau kita hanya berorientasi pada nilai saja, maka lelah hati yang akan kita dapatkan. Beda halnya dengan orientasi pada ilmu, maka nilai pun akan tetap mengiringi. Karena sering kali aku temukan masih banyak teman-teman yang terlalu ambisius. Ngoyo banget ingin dapat nilai bagus dan terbagus. Tapi ngomong-ngomong tentang nilai akhir aku akan berbagi nih nilaiku, tapi jangan dikira sombong yaa.


Alhamdulilah sekali, Filsafat aku dapat A. Tapi yang Seni Tari Drama hanya dapat B. Itu ku kira sesuai dengan jerih payahku selama ini sih. Kemarin aku juga jalani latihan setengah hati. Tidak terlalu suka juga dengan dosennya. Et all, aku malah merasa galau dapat nilai seperti ini. Untuk mempertahankannya di semester depan akan lebih berat. Yang pasti, Terimakasih ya Allah. Terimakasih Bapak, Ibu dan Paijo atas dukungannya. Doakan aku semoga tetap bisa bermakna bagi semuanya.


Skandal Detergent dipagi Buta

"Adiiikk, detergentnya kamu kemanin?" Teriak ibu.
Haduh, ini mak lampir satu kebiasaan deh ya pagi-pagi teriak seenaknya. Lupa kalau punya tetangga atau bagaimana? Aku kan juga masih ngantuk. Batinku.
Jam dinding menunjukkan pukul 04.00 WIB.

Dengan terpaksa aku bangun. Dengan rambut yang masih acakadul dan turun dari ranjang, gontai. Antara sadar dan tidak sadar. Tapi yang pasti, aku ingin segera menemukan detergent itu dan kembali tidur. Merebut senter dari tangan ibu dan mencari di sumur samping rumah. Maklum saja tidak ada lampunya jadi sok romantis-romantisan pakai senter gitu deh. Sumur jarang dipakai.

Detergent pengganggu tidur nyamanku

Sabtu, 12 Januari 2013

Hari untuk Paijo atau untuk ku?


Tidak bertemu dengan Paijo sudah berapa lama yaa? Sebentar aku ingat-ingat yaa? Heem. Sepertinya hampir dua bulan. Keluar dari target ketemu satu bulan sekali. Kalau kalian sudah baca isi blog ku yang KEKANAK-KANAKAN Part II tahu lah ya kenapa aku tidak bertemu dengan Paijo. Paijo di Malang.
Hari ini jadi hari spesial. Aku pergi dengan Paijo. Coba tebak kemana? Bioskop? Salah. Mungkin saja bisa dibilang kami bukanlah pasangan yang sok romantis, seperti makan di restoran mahal, trus hobi nonton film romantis di bioskop, atau mungkin pergi ke pantai berdua, foto sana-sini. Ha! Tidak. Aku ke toko buku dan ke Pasar Johar.
#Makan malam romantis
Pertama kali makan malam bareng sama Paijo itu kapan ya? Ah aku lupa. Tempatnya memang bukan di restoran yang mewah. Lha cuma warung tenda di daerah Gubug. Menu yang jadi favorit kita adalah bebek goreng. Yang mungkin jadi momen romantis bagi kami adalah kali pertama keluar malam selama kita pacaran selama dua tahun. Ah aku jadi ingat, kalau tidak salah itu waktu bulan Februari tahun 2012. Ya, aku ingat betul waktu itu Paijo bawa coklat dan aku masih ingat betul pas dia bilang, “Coklat ini bukan coklat perayaan hari palentin ya mi, Cuma aku nyiapin ini buat ngilangin ingus umi karena kepedesan.” Hahaha! Dasar. Paijo punya cara lain untuk beromantisan denganku.

#All about Hari ini
“Abi, ayo nyebrang mobilnya masih jauh tuh!” nadaku sambil jengkel tingkat acakadul.
Hahahaha. Kalau ingat tadi siang rasanya aku ingin tertawa. Selalu saja aku marah-marah tiap kali pergi berdua dengannya. Paijo naik motornya pelan banget, hahaha. Aku tidak sabar. Terus parahnya lagi waktu di toko buku eh Paijo malah ngrecokin aku untuk segera pulang, ehm...bukan. Segera ke Johar untuk mencari hadiah untuk Ibu. Karena kebetulan sudah siang juga. Mungkin takutnya kalau panas nanti. Tapi seperti biasa, kalau nggak ngomel dulu ya bukan aku namanya. Hahaha. Maaf ya sayangku.
Lanjut ke Johar. Tahu nggak sih apa yang terjadi? Keblabasan boookkk.....Hahahaha. Ngomel lagi deh aku. Yakin! Eh pas pulangnya malah muter-muter mulu. Cak ilah sampai dua kali. Nyasar. Aku ngomel lagi. Yakin banget aku nggak bohong. Dan yang aku keselin lagi sepanjang perjalanan pulang pergi tadi selalu diklakson sama kendaraan di belakang karena Paijo jalannya terlalu lemah lembut. Paijo hanya diam. Tidak pernah langsung berkomentar ketika aku ngomel. Mungkin ini juga alasanku tetap mencintainya. Bukan karena dia suka ngalah. Tapi cara dia menghormatiku sebagai perempuan yang dicintainya untuk kembali menghormatinya sebagai pasanganku. Inilah yang tidak aku dapatkan dari laki-laki lain.
#Makan.Siang di Pasar Karangawen
Makanan yang wajib disantap ketika pergi sama Paijo adalah....BAKSO. Kemanapun perginya. Wajib bagiku makan bakso dan Paijo manut aja. Oke. Momen makan siang seperti ini adalah momen yang tepat untuk bercanda gurau dengannya. Dan tentunya momen untuk meminta maaf kepadanya. Ngepasin aja. Tapi lagi-lagi Paijo hanya menjawab dengan jawaban yang justru mendewasakanku, “Ya, aku memang seperti itu, karena dulu pernah jatuh. Jadi, maaf kalau umi tidak nyaman.”
Rasanya hatiku seperti es krim kena sinar matahari. Meleleh.
Et all, terimakasih untuk hari ini Paijoku. Sudah ditemani. Terimakasih. Jangan lelah bersama Miss Bawel sepertiku.Terimakasih untuk semuanya.

Jumat, 11 Januari 2013

Kucing Berbeda dengan Manusia, atau Sebaliknya?


Kalau sudah di hadapan netbook yang ada modemnya nancap gini, ibu atau bapak  marah pun rasanya aku tidak peduli. Tapi jagan ditiru yaa? Karena seakan-akan aku takut kalau-kalau ide yang ada di otakku ini akan segera sirna.

Seperti barusan ibu berteriak untuk menyuruhku makan bersama, he.....agak telat aku baru nongol. Sibuk dengan ini blog deh! Akhirnya makan tuh. Tapi tidak makan nasi kok, makan mie ayam. Ada sih lauk di rumah tapi lauk tadi siang, bapak kan susah kalau urusan makan-memakan. Aku juga. Tapi kadang.


Kucing malang
Lagi asyik makan, tiba-tiba ada sesuatu yang nangkring di kakiku, halus, geli. Haha. Kucing. Aku risih sekali. Tapi kasihan masih kecil. Ini kucing pasti yang bawa pulang si Bambang keponakanku. Bukan suudzon, tapi ini anak memang gila banget dengan kucing. Kalau main sama kucing kayak main sama manusia.

Akhirnya aku biarin aja tuh kucing. Masih kecil. Tidak ada ibunya. Aku jadi berpikir. Kucing yang umurnya baru hitungan hari ini harus cari makan sendiri?

Aku perhatikan. Rasa kasihanku muncul. Aku lempari kucing itu dengan tulang cakar ayam. Dia hanya mengendus-ngendus. Belum menemukan tulang itu. Kemudian aku lempari lagi dekat mulutnya, mengendus lagi tapi tidak ketemu juga. Kemudian ibu melempar tulang cakar ayamnya ke punggung kucing itu, ternyata dia merasa ada sesuatu yang nangkring di punggungnya. Makanya dia mengibaskan tubuhnya dan tulang itu jatuh dari punggungnya. Diendusnya, kemudian dimakan. Alhamdulillah.

Aku makan sambil berpikir. Tidak menikmati makananku. Andaikan saja manusia itu bisa seperti kucing yang bisa mencari makan sendiri meskipun usianya baru hitungan hari. Tapi aku kembalikan lagi. Manusia itu makhluk yang spesial di mata Allah, makanya manusia diciptakan dengan bertahap agar menjadi manusia yang seutuhnya. Tapi yang pasti aku belajar dari kucing ini bahwa tidak selamanya kita akan selalu bersama dengan bapak, ibu dan keluarga kita. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya.  Yang pasti, kita harus saling menyayangi keluarga kita dan harus siap melakukan yang terbaik bagi lingkungan. #pelukciumuntukbapakibu

Berlayar dengan Mendua-Astrid

Disore yang agak mendung ini, entah iseng atau ngepasin suasana kemarin-kemarin dan terbawa kasus perselingkuhan terselubung, hahaha pengen banget posting lagunya Astrid yang Mendua. Ihiir....
Udah pada tahu kan ya lagunya kayak gimana? Liriknya lupa? OK ini aku kasih deh....

Cekidoot! Astrid-Mendua.
Perlu diingat yang lagi diduain jangan meweek ya?

Ku tak habis pikir
Kurangku dimana
Kau tega melepaskan aku
Jauh ku menatap namun terlalu jauh
Imajinasiku terberai

Terdiam aku beku tanpamu
Dimanakah letak hatimu
Kau putuskan tuk mendua
Dengan dia di belakangku
Padahal ku pilih kamu
Jadi cinta terakhir
Ku tak habis kurangku dimana
Kau tega melepaskan aku
Jauh ku menatap namun terlalu jauh
Imajinasiku terberai
Terdiam aku beku tanpamu
Dimanakah letak hatimu

Kau putuskan tuk mendua
Dengan dia di belakangku
Padahal ku pilih kamu
Jadi cinta terakhir
Kau putuskan tuk mendua
Dengan dia di belakangku
Padahal ku pilih kamu
Jadi cinta terakhir
Kau putuskan tuk mendua
Dengan dia di belakangku
Padahal ku pilih kamu
Jadi cinta terakhir, jadi cinta terakhir
*tiba-tiba ada iklan FTV dengan backsound lagu ini

Sudah yaa nyengnyongnya? Tidak membabi buta mengeluarkan air mata kan?
Kalau diresapi betul ini lirik memang sangat menghancurkan yang merasa tersindir. Tapi tidak tahu ya yang disindir sebenarnya ngerasa apa tidak. Tapi aku doain aja semoga lekas sembuh. Kalau mungkin ada yang mau dan punya ide cemerlang untuk selingkuh, semoga saja akan ada malaikat lewat dan akhirnya idemu itu terbawa angin kencang yang akhir-akhir ini melanda Indonesia.
Oya, ngomong-ngomong tentang selingkuh dan diselingkuhi, aku ingat dengan Paijo. Ketika aku terang-terangan pergi ke toko buku dengan laki-laki lain, dia hanya berkomentar begini, 
"hatiku rasanya seperti diiris dengan potongan bambu yang begitu tipisnya, awalnya tidak terasa, tapi ketika kamu lepas bambu itu rasanya sangat perih."
 Aku juga ingat tiba-tiba tanteku me-reply SMS dariku ketika aku cerita tentang kepergianku dengan laki-laki itu, isinya begini,
"sudah berapa kali kamu menguji kesabaran paijo, tidakkah kamu tahu betapa sakitnya perasaan dia? kamu maunya dimengerti tapi tidak mau mengerti orang lain."
#aku mulai sadar
Perselingkuhan entah itu kita sadari atau tidak memang akan menyakiti banyak orang, terlebih orang yang telah dengan sabar mendampingi kita. Aku tidak bermaksud mengajari untuk berselingkuh, toh aku juga tidak ada rasa sedikitpun. Tapi orang lain selalu berkata aku ini bermain api.

Api yang mungkin bisa dikatakan siap menyambar kapan saja sesuka api itu. Aku hanya bisa berkata lewat SMS dengan Paijo,

"Paijo, maafkan paijah yang terlalu bego ini. Paijah yang tidak pernah paham cintamu. Paijah yang tidak pernah tahu betapa besarnya pengorbananmu. Betapa kamu selalu menurutti yang aku mau. Paijo....."

Gara-Gara Sosmed: Biasa tapi Kecewa

Mendung hari ini. Tiba-tiba sinar hari menampar kulit. Tapi aku bahagia. Mungkin sisa dari Kamis manis kemarin. Ketika tulisan ini aku posting, aku sedang berada di tempat yang sebenarnya menjadi tempat favoritku yang kedua selain kamar mandi sebagai tempat mengumpulkan inspirasi. Aku sudah lama tak ke sini. Sejak kapan aku lupa. Tapi aku tidak menyalahkan rutinitasku. Mungkin saja liburan kuliah ini aku akan sering ke sini.


 Tak jauh dari rumah, tempat ini. Aku jadi ingat kebiasaanku dulu ketika dimarahi ibu atau sedang bertengkar dengan ibu terhebat di dunia, aku pasti akan meloncat dari kamar jendela dan ngumpet di sini. Yah! Tempat ini adalah rumah nenek tua yang tinggal sendiri tanpa kedua anaknya. Belakang rumahku tepatnya. Kedua anaknya ikut dengan pasangannya masing-masing. Yang pertama adalah laki-laki, dia seorang TNI AD. Sekarang ikut istrinya di Surabaya. Sedangkan yang kedua, ikut suaminya di Sumatera.
He, malah keman-mana deh ini ceritanya. Cekidot ya ke ceritaku lagi.
Tapi sebelumnya aku kasih gambar untuk menjelaskan bagaimana tempatku berada saat ini.

Ini pemandangan dari depan aku berduduk

Ini dari samping rumah, padahal dulu tempanya adem banget.



Kali ini aku akan memosting sebuah tulisan yang berbau cinta-cintaan lagi. Nggak masalah ‘kan? Yang pasti ini adalah hasil dari sebuah pengalaman. Entah itu pengalaman pribadi atau orang biar aku aja yang tahu ya? Tidak perlu ditebak, cukup dibaca lah.....lama-lama juga akan tahu jawabannya apa?Hihihi

Pernahkah kamu merasakan sebuah perasaan aneh? Bukan cinta! Lebih tepatnya tidak merasa suka tapi kecewa karena tingkah seseorang. Aku juga tidak pernah bisa menguraikan perasaan apa itu. Tapi pernah merasakan juga.

Oke aku akan cerita tentang hal ini, yang aku rasakan. Tapi panjang kali lebar terlebih dahulu ya?

Rasanya sosial media sudah menjarah di semua kalangan. Tidak mengenal usia dan status sosial. Di kereta, toilet, halte semua orang sibuk dengan gadgetnya masing-maasing. Sudah tidak asing lagi, bisa ditebak kemungkinan besar mereka sedang asik bersosmed. Kenapa aku sangkut pautkan dengan sosial media pada cerita percinta-cintaan ini? Karena ceritaku kali ini akan berhubungan lah pastinya.

Punya pacar yang hobi banget dengan gadgetnya? Bahkan gonta-ganti sampai sepuluh jari di tangan tidak sanggup lagi untuk menampung perhitungan berapa seringnya pacar kamu ganti gadget tiap bulannya? Hohoho! Waspada deh ya? Mungkin alasan mereka ingin a, b, atau c. Apakah kamu nyaman? Untung saja pasanganku selama ini tidak aktif dalam sosial media. Kalau tidak, bisa-bisa aku sudah membabi buta dengan sifat pencemburku ini (ups...ketahuan!)

Banyak alasan memang mengapa orang begitu nyaman dengan dunia yang berbau sosial media, diantaranya:

1. Keceng sana-sini

2. Toel sana-sini

3. Colek sna-sini

4. Goda sana-sini

5. Tebar sana-sini

6. Dan sana-sini ala kalian sendiri



Oke, bukan karena aku perempuan, maka aku akan menjudge semua laki-laki tapi aku berbicara secara umum. Baik untuk kamu, ya kamu para kaumku, dan kamu, kaum yang akan mendampingi kaumku. Karena saat ini tidak  ada yang tidak mungkin. Jangan bilang kalau jamannya emansipasi. Semua boleh selingkuh. Ah preettt! Perlu jaga-jaga deh ya kalau memang pasangan kalian suka berlibur lama-lama di sosial media. Nanti kecantol orang lain lho. Yang lebih kece dari kamu pastinya. (tidak perlu tersinggung kalau kamu kurang kece)

Dan sekarang sampai pada ceritaku, kemarin mungkin aku bisa disebut dengan HAMPIR selingkuh. Coba lihat tampangku ada tampang selingkuh nggak sih? Dengan siapa? Jangan tanya! Rahasia. Tapi yang pasti semua sudah terlanjur dan the end. Yang pasti karena sosial media.

Sudah punya pacar tapi malah pergi dengan laki-laki lain? #aku hutang janji. Daripada aku dikejar sampai kuburan? Intinya ungkapan cinta itu selalu menggebu dari dia. (jangan tanya lagi dia siapa!) Meskipun belum bertemu awalnya. Meyakinkanku akan besarnya perasaannya. Terus cinta darimana? Ketemu belum, ya kalau cinta gara-gara lihat fotoku yang antiklimaks itu. Lah kalau fotonya aku tukar dengan artis korea? Aneh. Pasti akan menjawab, cinta itu buta. Ya, bukan hanya buta, lebih tepatnya membuatakan.

Berbagai sosial media yang aku miliki, dia ikuti. Selalu update tentangku. Sampai-sampai apa yang aku lupa dia malah ingat. Ho! Luar biasa. Lama-lama jadi bodyguardku. Atau mungkin jadi asisten pribadiku ya?

Kencan. Bukan. Itu bukan kencan. Yang aku ingat, kencan itu jantung rasanya tertabuh dengan kencang, sedangkan ketika bertemu dengan dia, biasa. Seperti bertemu dengan orang pada umumnya.

Komunikasi. Puisi untukku. Hemm.....Seperti biasa, menghormatinya maka aku angkat telpon dan balas SMS dia. Setiap minggu kirim pulsa. Bahagia. Tapi beban. Perempuan apaan aku ini dihadapannya? Kalau hanya sekedar membeli pulsa Rp 10.000 aku masih bisa. Tapi terimakasih. Pulsa itu juga berguna bagi banyak orang. Aku juga mengenal YM dari dia. Sekarang YM di PC ku sudah hilang, menghilang seperti dia yang tidak bijaksana dengan kenyataan.

Ya, sudah tiga hari ini kalau tidak keliru. Tiba-tiba menghilang. #lebih aneh daripada hantu. Parahnya lagi ketika aku tahu dia posting status di facebook yang intinya bahwa dia mengeluh pada Allah kalau cintanya dipermainkan oleh seseorang. Mau tidak mau aku merasa kalau yang dimaksud adalah aku. Karena aku perhatikan waktu dia posting itu ketika selesai chatting denganku. Ho! Nyesek juga. Lama tidak pernah disindir orang, tiba-tiba ada yang nyindir adalah orang yang telah membelikan buku sampai ratusan ribu dan setia mengucapkan kata siap menunggu dan betapa cintanya dia kepadaku. #tenang, tarik napas

Syok! Ya lah. Bukankah selama ini aku sudah memberitahukan semua tentang statusku. Aku akan menikah dengan pacarku atas ijin Allah. Bukankah itu jelas. Aku tidak menyalahkannya. Tapi yang pasti aku harap ketika dia mungkin saja membaca postingan ku ini, dia sedang dalam keadaan yang fresh. Lukanya tak menganga seperti arang pembakar sate ayam depan Mushola Darussalam.

Dan satu lagi buat kamu yang suka dunia sosial media, jaga hati. Jaga hati pasangan juga. Malah lebih penting itu. Jangan keseringan mengumbar kegenitan dengan semua kaum lawan-lawanmu. Di sosial media a, dekat dengan perempuan ini dan itu. Di sosial media b, merayu dia dan dia, dan terserah kamu dilanjutkan sendir yaa... Saru! Lucu!

Kalau kamu yang masih membaca postinganku ini sampai kata terakhir ini, semoga saja kamu bisa mengambil intinya saja. Yang pasti jaga hati pasangan dan tegaslah dalam bersikap. Tunjukkan bahwa kamu tahu betul, cinta itu anugerah yang perlu disampaikan tapi jangan berharap untuk selalu disambut.

Untuk dia, terimakasih bukunya. Sudah mapir walaupun sekilas. Maaf seandainya tanganku ini tidak bisa meraih apa yang kamu tawarkan. Sekarang sudah berpindah tangan kemana-mana, agar semua bisa membaca, dan membaca. Semoga saja, kamu tidak melarikan diri. Dengan semakin menjauh, itu akan menunjukkan bagaimana pecundangnya dirimu. Dan jangan lupa, playlist wajib, Galau dari Y&N. Aku suka!