Selasa, 12 November 2013

Awas, Harga Menipu!

Layaknya tamu, konsumen adalah raja. Konsumen punya uang maka konsumen berhak memilih apa yang ia kehendaki. Lumrahnya, konsumen selama ini menginginkan harga barang rendah dengan kualitas dan kuantitas yang terbaik. Benar tidak?

Kenyataan itulah yang seringkali membuat produsen begitu kreatif untuk menawarkan barang produksinya. Salah satu yang tak asing bagi konsumen adalah diskon. Diskon adalah potongan harga. Diskon adalah senjata jitu untuk menggiring konsumen untuk mampir, siapa lagi kalau bukan wanita sasarannya, sekalipun laki-laki juga tergiur.

Tulisan diskon secara jelas dipasang di setiap penjuru toko atau tempat belanja, bahkan ada yang tim marketingnya secara khusus memasang banner-banner iklan barang yang sedang diskon. Besar sekali font-nya. Apalagi kalau bukan untuk menggiring konsumen?

Terdengar kasak-kusuk bahwa diskon tersebut sebenarnya sudah dimainkan oleh produsen, tertera diskon 50 % padahal harga dilabel sebenarnya sudah dinaikkan. Nah, berikut aku ceritakan pengalaman tadi siang waktu membeli buah jambu Demak di penjual kaki lima di daerah Kudus. Sebenarnya bapak yang berminat untuk membeli gara-gara ada tulisan “JAMBU DEMAK RP 5.000”.

Pak, iku ki ngapusi. (Pak, itu tuh bohong)” kataku.

Mosok tho? Jajal ah...(Masak sih? Coba ah...)” bapak masih bersikukuh.

Bapak berhenti tepat di depan penjual jambu tersebut. Terlihat susunan jambu yang dibungkus plastik. Ada tiga susun jambu di sana. Paling atas ukurannya besar-besar, sedangkan susunan yang paling bawah dan sedikit banget jumlahnya itu adalah jambu yang kecil.

“Mas, beli jambu Rp 10.000.” kataku pada penjual jambu.

Iku lho dik sing dhuwur rodok gedhe-gedhe. (Itu lho dik yang atas agak besar-besar).” serobot bapak.

“Yang besar ini Rp 10.000 pak, yang Rp 5.000 itu pak agak kecil.” terang penjual jambu itu.

Aku lihat raut wajah bapak berbeda, “Piye tho mas, iku tulisane wae Rp 5.000 kok. Wah, ngapusi. (Gimana sih mas? Itu tulisannya Rp 5.000 kok. Wah, bohong)”

Ah, aku hanya senyum-senyum sendiri. Kalau begini kan bapak baru percaya kata-kataku. Harga yang tertera itu hanya trik penjual jambu tersebut sebagai ‘harga menipu’. Soalnya aku juga pernah kena tipuan seperti itu. Bedanya adalah aku tertipu oleh penjual buah jeruk bali sedangkan bapak penjual jambu. 

Apa komentar kamu dengan ceritaku di atas? Apakah juga pernah mengalaminya? Aku juga pedagang, inginnya juga banyak konsumen yang datang dan membeli. Tapi kalau caranya seperti penjual yang aku ceritakan di atas, perutku nanti bakal mules tiap hari. Entahlah, semua itu pilihan hidup.

6 komentar:

  1. modus ya seriing...ada lagi yang suka datang ke rumah..nenek-nek nanti separuh buahnya busuk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh itu semakin parah lagi ya Mak, tepok jidat!

      Hapus
  2. Waa.bener banget ini. aku pernah beli buah di pinggi jalan raya, wes kadung milih yang besar-besar lha kok lebih mahal -___-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trus akhirnya jadi beli juga mbak?
      Ah, kalau bapakku nggak lagi ngiler sama itu jambu pasti nggak jadi beli mbak. b-(

      Hapus
  3. Sering dong, Mba. Kalau yang semacam itu, biasanya hanya untuk menarik para pembeli saja. Yang penting sih kita tidak tertipu dalemnya. Jebul jambune ulereeen. ;((

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah wah wah...itu juga bisa jadi mbak, jambune ulereeenn...waduh!

      Hapus