Jumat, 13 Juni 2014

Bismillah Sidang (Part 2)

Assalamualaikum, sudah baca Bismillah Sidang (Part 1), alangkah baiknya kalau mau baca Bismillah Sidang (Part 2) baca dulu yang Bismillah Sidang (Part 1) ya, agak maksa. Hihihi. Soalnya kan ini cerbung.

Sebelumnya saya ceritakan kalau saya telah mendaftar sidang pada Sabtu, 7 Juni 2014. Adakah yang menyangka kalau Sabtu mendaftar, Minggu saya agak bernapas lega-istirahat, dan Senin siang saya mendapat SMS dari teman kalau jadwal sidang saya sudah keluar. Alaaaaaamaaak, kok singkat padat dan mengejutkan sekali. Pertanda buruk nih! Ternyata iya, Rabu, 11 Juni 2014 saya sidaaaaang skripsi.

Nama saya ada pada urutan ke-5
Senin, pukul 14.30 WIB saya meluncur ke perpustakaan kampus. Untuk apa? Sebenarnya, saya sudah mewanti-wanti kalau seandainya Senin jadwal keluar maka saya harus melengkapi buku yang ada di daftar pustaka skripsi saya. Ada 10 buku yang saya pinjam dari perpustakaan kampus, paling tidak saya harus mendapatkan kopiannya. Karena sebelumnya saya mendapat kabar dari teman kalau satu per satu daftar pustaka di skripsinya dicek satu per satu. WOW banget kan ya?

Sepanjang perjalanan ke kampus hati saya tak karuan. Jedag-jedug tidak jelas. Memikirkan apa-apa yang harus saya siapkan, powerpoint, baju, sepatu, bahkan kerudung yang akan saya kenakan. Ya Allah. 

Tepat pukul 15.30 WIB, saya sudah sampai di pinggiran kota Kudus, tepatnya di kampus saya daerah Gondang Manis, Bae. Segera saya melihat jadwal sidang yang ditempel di depan kantor sekretariat. Meminta lembar penilaian, revisi, dan berita acara pula. Selanjutnya saya segera menelepon salah satu adik tingkat untuk membantu saya mencari buku di perputakaan. Alhamdulillah, paling tidak ada 6 buku yang masuk tas saya dan dapat tambahan 3 buku saya sendiri yang sebelumnya dipinjam oleh teman. Saya pun pulang dengan tersenyum.

Adzan maghrib berkumandang, saya masih ada di daerah Gajah, Demak. Paling tidak masih setengah jam lagi untuk sampai rumah. Saya memutuskan untuk sholat dan istirahat sebentar. Tepat adzan Isya’, saya baru masuk rumah. Alhamdulillah.

Hari Selasa, saya menyiapkan semua yang akan saya bawa esoknya. Setelah semua siap, ada satu yang justru belum siap, yaitu powerpoint. Seharian saya membuat video tutorial yang akan saya sisipkan dalam powerpoint dengan tujuan agar presentasi saya lebih berkesan. Tapi hasilnya malah seperti ini. Powerpoint baru selesai Rabu, pukul 04.00 WIB.

Apa yang terjadi selanjutnya?

Saya mendapat jadwal sidang pukul 12.30 WIB. Ya Allah dapat giliran terakhir, di tengah-tengah hari pula. Ini akan membuat saya semakin grogi dan bingung bagaimana nanti harus sholat dulu, bolak-balik padahal gedung sidang dan masjidnya jauh. Saya pun mengatasinya dengan membawa mukena dari rumah dan berencana akan sholat di ruang sidang yang kosong. Tapi tahu apa yang terjadi?

Entah apa yang saya makan, Rabu pagi tiba-tiba saya diare. Hanya air yang saya keluarkan. Sudah 3x saya bolak-balik kamar mandi. Untungnya ibu saya tercinta segera membelikan obat anti diare di warung terdekat. Dengan bismillah, saya berangkat pukul 11.00 WIB menuju kampus (perjalanan 1 jam). Ya, Allah apapun yang terjadi nanti saya ikhlas, batin saya.

Sepanjang perjalanan, diare saya sudah tak terasa. Mungkin obatnya sudah bekerja. Saya jadi ingat, dulu saat seminar proposal skripsi saya juga diare, apa ini bagian dari setres? Iya, kali ya?

Eh? Belum selesai lho ceritanya. Sudah bosan ya? Ada yang lebih seru lho. Hihihi... Baca sampai selesai ya?

Tepat pukul 12.00 WIB, “Waduh, kalau saya langsung ke kampus pasti waktunya mepet banget, sebaiknya saya sholat dulu di masjid dekat-dekat sini.” Harusnya pukul 12.00 WIB saya sudah sampai kampus dan bisa sholat di gedung sidang, tapi rencana Allah berbeda. Di daerah Karanganyar, Demak ada perbaikan jalan yang baru dimulai alhasil menyebabkan kemacetan. Maklum jalur pantura. Kegelisahan semakin bertumpuk-tumpuk.

Pukul 12.20 akhirnya saya sampai di kampus. Di parkiran ada teman yang datang membantu barang bawaan saya. Alhamdulillah. Eh mau tahu tidak bagaimana penampakan motor saya seperti apa lengkap dengan bawaan saya?

Taraaaa.....


Saya yang mengenakan rok panjang harus ngangkang seksi lengkap dengan celana dan kaos kaki yang sama panjang. Maaf bagian yang ini tidak ada fotonya, malu-maluin. Dan tahu tidak di setiap traffic-light, pasti ada yang iseng bilang, “Ya Allah dik, itu kaos kakinya kayak pemain bola.”, “Mbak, kaos kakinya kok sampai paha to?” Halah, wis ah pokoke rak perduli.

Kembali ke tekapee...

Saya segera bergegas ke ruang sidang. Masih kosong, dengan bantuan teman-teman yang hadir (terima kasih yaaa...) saya pun mempersiapkan semuanya. Buku-buku, boneka tangan, netbook, speaker, dan alat tulis. Saya pun menghidupkan netbook dan segera uji coba powerpoint. Tancap dan layar LCD pun telah bergambar powerpoint saya. Karena saya menyisipkan video, saya pun cek sound juga. Bisa, aman. Alhamdulillah. Klik ke bawah, mengecek satu per satu slide untuk memastikan kalau semua tulisan dan gambar tampak dengan baik. Tepat di BAB IV HASIL PENELITIAN, sesuatu terjadi.

Oh, TIDAAAKKK!!! Semua chart atau bagan tak tampak. Dosen pembimbing saya yang cantik jelita pun telah hadir. Beliau menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan powerpoint saya. “Kenapa?” tanya beliau. “Anu, Bu. Tahu-tahu diagramnya tidak muncul. Padahal tadi di rumah ada, Bu.”

Dalam kegelisahan yang bertumpuk-tumpuk, beliau menyarankan saya untuk meng-copy printout powerpoint saya dan menganjurkan kepada saya untuk ijin kepada ketua dewan penguji kalau powerpoint saya bermasalah. Saya pun keluar dan menemui ketua dewan penguji yang sekaligus dosen pembimbimng 1 saya. Beliau pun dengan senang hati meng-iyakan, karena 2 dosen yang lain belum hadir untuk menguji skripsi saya. Dan lagi-lagi ada teman yang berbaik hati memberikan pertolongan kepada saya untuk mengcopy-kan printout powerpoint saya.

Saya pun kembali ke dalam ruangan dan mencoba mengutak-atik powerpoint saya sambil bergumam, “Ya Allah, apa rencanaMu sehingga membuat awal sidang saya seperti ini? Ya Allah, ampuni hamba. Ampuni hamba ya Allah.” Tak lepas-lepasnya saya mengucapkan sholawat.

Entah dapat ide darimana, saya pun me-restart netbook saya. Setelah proses booting selesai, saya pun membuka kembali file powerpoint saya dengan judul UJIAN SKRIPSI. “Ya Allah jika Engkau ridhoi hamba membahagiakan bapak dan ibu, tunjukkanlah keajaibanMu.” Kun faya kun, powerpoint saya sembuh, diagram di BAB IV dan V muncul kembali. Allahuakbar. Tak lama 2 dosen tamu yang menjadi dewan penguji saya pun hadir.

Sidang pun dimulai. Dengan perasaan yang masih campur aduk, saya berdoa sangat lamaaa. Semua saya pasrahkan kepada Allah. Dengan tubuh yang menggigil kedinginan entah karena grogi atau lapar (diare sampai 3x), saya mempresentasikan skripsi saya. Saya merasa penampilan saya tak se-memukau dulu saat saya seminar proposal (baca di sini). Saya sadar itu. Saya hanya percaya akan ada sesuatu di balik ini semua. Ya, saya percayakan semua pada Allah. Sebisa mungkin saya menyampaikan apa yang harus saya sampaikan sesuai dengan isi skripsi saya. Sampai pada saat video tutorial cara membuat boneka tangan dari kain perca muncul, saya mulai bisa mengendalikan diri saya lebih baik. Saya lebih optimal menyampaikan presentasi tersebut.

Selesai presentasi, saatnya tanya jawab dengan 4 dewan penguji. Pada saat itu saya sudah tak grogi lagi, saya justru penasaran apa yang ingin dewan penguji tanyakan. Dosen penguji tamu mendapat giliran lebih dulu untuk bertanya dan memberikan saran kepada saya.

Dewan penguji tamu 1, beliau ini adalah dosen saya sejak semester 1, paling tidak saya tahu karakter beliau, akan tetapi belum tahu model beliau kalau sedang menguji. Info dari mahasiswa bimbingannya, beliau sering santai, tidak pernah memberi pertanyaan, bahkan tidur tiap kali menguji baik proposal maupun skripsi. Tapi saya yakin, kali ini tidak. Apalagi skripsi saya cukup ke-kinian karena mengangkat tema pembelajaran tematik. Tebakan saya betul, beliau bertubi-tubi memberi pertanyaan kepada saya dan saya tak kalah semangat untuk menjawab tak peduli jawaban itu tepat atau tidak. Bagi saya, antusias itu sangan penting dimunculkan agar penanya jadi respect kepada saya. Hampir setengah jam beliau bertanya dan diskusi dengan saya. Mulai dari seandainya saya menikah dengan orang bule, sampai pada praktik joget di depan dewan penguji dan teman-teman. Alhamdulillah, saya mendapat apresiasi yang sangat luar biasa, “Yah, cukup, skripsi Anda ini sangat menarik dan sangat dibutuhkan oleh guru di lapangan. Tapi yang pasti jawaban-jawaban Anda sangat baik sekali.” Aamiin. Semoga sejalan dengan nilai yang beliau berikan kepada saya. Sedikit bocoran, saya snagat beruntung karena mendapat dewan penguji yang tingkatnya sama dengan lektor saya (dosen pembimbing 1).

Dewan penguji tamu 2, saya juga kenal beliau. Saya pernah ikut penelitian beliau tapi entah kenapa kali ini beliau agak bermuka garang. Sengaja kali ya? Biar saya ciut nyali. Hihihi. Beliau lebih condong menguji pemahaman saya berkaitan dengan isi skripsi saya. Beberapa pertanyaan juga beliau sampaikan berkaitan dengan alasan saya kenapa saya mengambil judul skripsi tersebut. Saya jawab dengan hati. Karena saya suka anak-anak dan saya suka mendongeng. Naif banget ya? Hihihi..tapi ada lanjutannya kok, “...dan saya ingin anak-anak tidak takut untuk mengungkapkan pendapatnya. Karena selama ini banyak sekali kasus yang muncul di kelas tinggi adalah siswa sulit sekali menyampaikan pendapat. Kenapa perbaikannya selalu setelah mereka di kelas tinggi. Kenapa tidak sejak di kelas rendah apalagi kelas 1 dilatih untuk berani berpendapat?” Dan saya pun mendapat kata puas dari beliau. Alhamdulillah.

Dewan penguji 3 dan 4 adalah dosen pembimbing saya sendiri. Beliau tak banyak bertanya bahkan lebih memberikan penguatan kepada saya berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan dari dewan penguji 1 dan 2. Terima kasih :)

Tapi ada sesuatu yang membuat saya khawatir sampai sekarang. Menurut dewan penguji 4 (dosen pembimbing 1), ada data yang harusnya tidak saya masukkan justru saya masukkan, bahkan beliau sampai berkata, “Wah, ini bisa-bisa tidak lulus”, kata beliau sambil tersenyum jahil. Ya Allah...jangan sampai. Aamiin.

“Jangan-lah, Pak...” rengek saya.
“Lha kenapa saat bimbingan tidak kamu tanyakan?” kata beliau. Saya hanya diam. Pasrah.

Sidang pun dilanjutkan, bukan pertanyaan melainkan ngobrol santai dari dewan penguji 4 yang saat itu bertindak sebagai ketua sekaligus moderator. Mau tahu apa yang beliau sampaikan? Bersambung saja ya ya?

Eh tapi, bagaimana hasilnya? Saya lulus tidak? Saya juga belum tahu. Ada insiden lagi saat hendak pengumuman. Nantikan cerita selanjutnya ya?

Kejadian demi kejadian yang saya alami ini benar-benar membuat saya semakin sadar kalau hidup itu memang penuh dengan pilihan. Bahkan terkadang tidak ada pilihan dan saya harus tetap menghadapinya. Kalau boleh memilih, saya memilih sidang saya lancaaaar jaya selancar jalan tol seperti teman saya yang sebelumnya. Sidang hanya 1 jam, tak ada pertanyaan yang terlalu sulit, tapi inilah hidup. Dan saya harus belajar sekaligus introspeksi diri kalau saya bisa kuat menghadapi semua ini. Bahkan yang tak terduga.

Berfoto bersama Mbak Alfi yang sidang juga bersamaan dengan saya akan tetapi di ruang sebelah :)
Foto ini jadi saksi bagaimana saya melewati hari penentuan saya mendapat gelar S.Pd.

Terima kasih untuk Bapak, Ibu, Mas Khusna, keluarga besar, guru-guru saya, sahabat, dan juga teman yang telah memberikan suport kepada saya. Ika sayang kalian :*

16 komentar:

  1. seru banget! :)
    jd inget cerita wkt sidang ujian s1 dulu... dapet jdwl sidang sehari sbelumnya, tepat sbelum nonton x-men di bioskop deket kampus :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nha kan ternyata memang ujian mental banget ya Mbak semester akhir itu :)

      Hapus
  2. selamat ya,,semoga sukses dan dipermudahkan sidangnya,,,

    BalasHapus
  3. duuh ikut deg-degan....syukurlah bisa berakhir baik alhamdulillah.ujian hidup yang sesungguhnya masih menanti di luar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bunda, semua yang terjadi memberikan pelajaran yang berarti untuk Ika.

      Hapus
  4. selamat ya, jadi inget saat sidang juga, februari kemarin hhe...
    emang begitulah cobaannya mahasiswa tingkat akhir, ujian mentalnya buaanyyakk hho...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak Pudja, melatih seberapa kuat kita menghadapi semua ini.

      Hapus
  5. Selamat yah udh jadi sarjana
    btw minggu depan aku juga sidang
    mulai skrg sudah panic+hectic+deg degan. huaaaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu hal lumrah Mbak, bahkan itu bisa jadi pertanda baik nanti hasilnya seperti apa. Hihihi

      Hapus
  6. Hihihi turut merasakan jungkir balik mbak ika

    BalasHapus
  7. seriuuus ini aku bacanya aja jadi deg2n, gimana lagi yg ngalamin yah ka o.O?
    Ujian mentaaal bangeeet..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Ranii, dapat ujian yang sangat berharga :D

      Hapus
  8. alhamdulillah ya udah selesai, mba. selamat, mba. ;) kebayang bawa printout sebanyak itu buat dosbing, hehe. apalagi bawa buku referensi juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang di depan itu buku referensi Mbak, rempong banget.
      Terima kasih Mbak :D

      Hapus