Sabtu, 25 Oktober 2014

Malam Pertama Setelah Wisuda

Malam pertama setelah diwisuda itu tak seindah malam pertama pengantin baru lho (*calonpengantin). Menggelisahkan, tepatnya galau tingkat dewa. Itu bagi saya (tempat curhat-hahaha kelihatan nggak ikhlas *lempartoga), terutama lagi bagi beberapa teman saya yang menyanyikan lagu, “Mau di bawa ke mana ijazah saya??” secara bersamaan.

Hai Mirna, belum ada sebulan lho saya diwisuda :)

Malam itu, tepat di malam pertama setelah wisuda, 8 Oktober 2014. Hape saya bergetar. Ada SMS masuk.

“Chaa...”
“Dalem...ada apa sayang?” saya menjawab SMS dari teman saya, sambil membuat media pembelajaran untuk anak-anak, esok hari.
“Aku galau.”
“Loh? Kenapa? Baru diwisuda kok malah galau? Gembira dong. Bedaknya aja belum luntur kok.”
“Apaan???? Kamu enak sudah dapat kerja. Nah, aku?”
“Alhamdulillah. Lha kamu gimana? Sudah nyoba di mana?”
“Belum sama sekali.”
“Ya, malam ini buat surat lamaran. Besok nyoba aja disebar. Jangan nunggu umpan.”
“Aku bingung mau melamar ke mana, Cha?”
Duh duh duh. Diem.

***

Ini yang sering salah kaprah. Setelah ujian skripsi terlewati dengan lantang mengucapkan good bye pada dosen penguji dan mengibarkan bendera bertuliskan welcome prosesi wisuda. Plong katanya-setuju nih. Berbagai persiapan untuk menyambut hari wisuda justru melebihi persiapan saat ujian. Tetek bengeknya jangan sampai ketinggalan. Pokoknya harus OK saat wisuda nanti. Tak jarang orang tua ikut-ikutan rempong. Anak yang wisuda orang tuanya yang heboh. Mengalaminya? Jangan sampai ya?

Eh, yang penting malah terlewatkan.
“Ah, nanti sajalah cari kerjaan setelah terima ijazah.”
“Ah, nikmati saja waktu ini (sebelum wisuda), kan kemarin baru selesai ujian.”
“Ah, cari informasinya besok saja lah.”
“Tenang, teman-teman juga pada santai.”

***

Satu hal yang perlu diingat, menyambut wisuda itu tidak harus berlebihan yaa. Sewajarnya lah. Selanjutnya itu lho? Mau ke mana? Kerja di mana? Usaha atau jadi karyawan? Atau mau jadi salah satu kandidat sarjana menganggur? Nambah-nambahin angka saja! Galau. Belum lagi dengar tetangga pada bisik-bisik, “Sarjana kok nganggur?”. Tambah galau bingiitts?

***
Setelah lama menganggur.

“Ah, kamu kan enak sudah dapat kerja. Coba kalau kamu ada di posisiku.”

Banyak alasan! Terlalu santai! Kesimpulan yang sedikit jahat (mungkin) bagi beberapa orang yang mengalami hal yang sama seperti cerita di atas. Tapi bukankah memang itu salah satu penyebab angka sarjana menganggur di Indonesia semakin bertambah dari hari ke hari? Tak mau menjemput bola, maunya disuapin. Bangunlah anak muda!

Kita tak akan galau di malam pertama setelah wisuda apabila kita sudah memiliki rencana yang matang mau ke mana setelah ini. Bagus lagi apabila kita sudah mulai bergerak sebelum diwisuda. Jadi, setelah diwisuda kita tidak akan ling-lung mau menawarkan diri kita ke mana. 

Hey, ingatlah! Rayakan wisuda dengan sewajarnya, siapkan masa depan dengan mantap. Jangan bangga jadi beban orang tua. Jangan buat orang tua kita menutup muka saat bertemu dengan tetangga. Biarkan orang tua kita bangga saat melihat kita bisa berdikari.

Malam pertama setelah wisuda? No galau!

4 komentar: