Rabu, 13 Mei 2015

Cerita di Balik Pembuatan Kartu BPJS Kesehatan (1)

Assalamualaikum.

Akhirnya, setelah Senin lalu kecewa dengan pelayanan BPJS, hari ini, kami (saya, suami, ibu, dan bapak) sudah resmi memiliki kartu BPJS Kesehatan lho. Saya ceritakan sedikit tentang kekecewaan saya saat mendaftar BPJS Kesehatan ya. Dengan maksud semoga teman-teman tidak ikutan kecewa.

Senin, sekitar pukul 07.30 saya dan ibu pergi ke kantor BPJS Kesehatan daerah kabupaten Demak. Letaknya sebelah barat dari terminal Demak. Ya, kira-kira 30 menit-an kalau dari rumah. Sesampainya di sana, ternyata sudah banyak motor yang terparkir di depan kantor BPJS Kesehatan. Memarkirkan motor dan langsung menghampiri petugas berseragam putih-putih yang ada di depan kantor BPJS Kesehatan. Karena masih berjubel, kami pun mengeluarkan beberapa syarat yang diberi tahu oleh tetangga yang sudah mendaftar BPJS Kesehatan lebih dulu. Setelah lengkap, kami pun mendekati petugasnya.

"Tolong keluarkan dulu syaratnya, Bu." saya menyodorkan fotokopian KK, KTP, Buku Nikah, dan foto berwarna ukuran 3x4.

"Maaf Bu, bukan fotokopian, tapi yang asli semua."

"Ohh...." saya mengeluarkan berkas yang asli.

"Ada buku tabungan?" tanya petugas lagi.

"Loh, buku tabungan juga ya, Mbak? Ada Mbak, Mandiri Syariah."

"Tidak bisa kalau itu. Harus Mandiri tanpa embel-embel, BRI, atau BNI." jawab petugas mulai ketus. Ih...cantik-cantik kok ketus sih Mbak.

"Silahkan dilengkapi dulu baru akan saya beri formulir dan masuk ambil nomor antrean."

Mati kutu. Bakal sia-sia kepergian kami hari itu. Sebenarnya ibu menawarkan diri untuk pulang mengambil buku tabungan ibu (BRI) dan saya diminta untuk menunggu di kantor BPJS Kesehatan. Akan tetapi saya tak tega dong kalau harus membiarkan ibu naik motor sendiri. Saya tahu kemampuan ibu naik motor kayak apa. Ditambah lagi sepanjang perjalanan tadi ada 3 titik perbaikan jalan. Ah, mending pulang. Akhirnya kami pulang dengan tangan kosong.

Sesampainya di rumah, sempat saya menulis status di facebook tentang keluhan saya di atas. *Maaf ya kalau banyak baca status saya yang ngeluh tentang pelayanan publik*


Dari status tersebut, banyak teman yang berkomentar dan sempat menanyakan, "Nggak jadi daftar online?" Awalnya sebelum mendaftar kemarin saya sempat tanya-tanya teman blogger yang kebetulan memposting tentang BPJS. Dari tanya sana sini, ah enakan daftar lewat online deh. Akhirnya saya coba tuh buka website BPJS Kesehatan.

Pertama kali buka, saya kaget, nomor KK saya tidak terdaftar. Saya coba buka dengan nomor KK bapak ibu, nama saya masih ada di sana. Jadi, proses pisah KK belum sampai pusat nih? Oke, 2 minggu kemudian saya buka lagi tuh website BPJS Kesehatan. Semakin aneh. Nomor KK saya sudah masuk alias terdaftar tetapi nama suami malah tidak ada. Hanya ada nama saya.

Sampai akhirnya saya memutuskan untuk datang langsung ke kantor BPJS Kesehatan pada hari Senin itu. Eh ternyata malah dapat kekecewaan. Sampai rumah, saya bilang ke ibu, "Buk, apa coba daftar online saja ya? Nanti yang punya abi kan belum terdaftar, disusulkan saja sekalian cetak kartu." Ibu meng-iyakan usul saya.

Ingat nasihat teman kalau siang website BPJS Kesehatan sering down alias lola, saya pun berencana akan mendaftar tengah malam saja. Beberapa berkas seperti KK dan nomor rekening bank pun saya siapkan. Oiya, Soft file seperti foto berwarna dengan format 50 kb dengan tipe JPG pun saya siapkan. Agar pendaftaran lancar jaya.

Bangunlah saya sekitar pukul 01.00, sambil merem-merem saya buka website BPJS Kesehatan. Satu per satu angka di nomor KK bapak dan ibu saya masukkan. Setelah saya cek kembali nomornya sudah betul apa belum, maka tombol Inqury pun saya klik. Apa yang terjadi? Seketika mata saya terbelalak. Bagaimana tidak nomor KK bapak dan ibu kok malah tidak terdaftar? Punya saya? Sama saja!! Duh duh duh!

Akhirnya, hari ini ibu berangkat sendiri ke kantor BPJS dengan naik bus. Duh, jadi malu. Saya anaknya malah lebih memilih berangkat ke sekolah. Saya juga kepikiran anak-anak yang sudah saya tinggalkan hari Senin lalu. Tapi saya janji akan menjemput ibu saat pulang nanti.

Sebelum berangkat, malamnya saya sudah menyiapkan beberapa berkas agar ibu tidak pulang dengan tangan kosong. Diantaranya berkas yang harus dibawa ibu adalah sebagai berikut.

  1. Kartu Keluarga asli
  2. KTP asli (semua anggota)
  3. Buku nikah asli (dua-duanya dibawa untuk jaga-jaga)
  4. Foto berwarna 3x4 1 lembar
  5. Materai 6000, untuk lembar penanggungjawab pembayaran iuran BPJS Kesehatan
  6. ATM yang ada saldonya pasti. Hihihi. Kalau tadi ibu diminta membayar lewat Bank Mandiri.
Kalau sudah lengkap, berkas tersebut sodorkan ke petugas yang ada di depan. Kalau sudah lengkap akan mendapat formulir berwarna biru. Satu formulir untuk satu keluarga dengan batas pengisian untuk 3 anak. Oya, jangan lupa membawa pulpen sendiri dari rumah untuk mengisi formulir daripada antre lagi?

Setelah semua formulir sudah di isi, ibu langsung dapat nomor antrian. Oya, kata ibu kalau dipanggil dua kali nomor antriannya tidak nongol langsung ditinggal lho. Ibu yang dapat nomor antrean 21 saja bisa dapat giliran sekitar nomor 10 karena yang lain entah kemana. 

Setelah dipanggil, ibu langsung menuju sumber suara. Di sana tak banyak yang ditanyakan, hanya KK atas nama siapa? Penanggungjawabnya siapa? Gitu saja. Setelah itu dapat kertas berisi petunjuk pembayaran iuran sesuai kelas yang kita pilih, tentunya hanya bisa dibayarkan di 3 bank yang telah ditunjuk, yaitu Mandiri, BRI, dan BNI. Ibu pun pergi ke bank Mandiri yang letaknya tak jauh dari kantor BPJS Kesehatan. Tepat pukul 10.00 urusan ibu sudah selesai. Sudah dapat kartu BPJS Kesehatan setelah menunjukkan bukti transfer pembayarannya.

Ada cerita apalagi di balik pembuatan kartu BPJS Kesehatan? Tunggu cerita saya selanjutnya ya...


6 komentar:

  1. Kadang memang ada saja petugas yang ketus melayani (saking) banyaknya orang, padahal jadi pelayan publik banyak keutamaannya.... Ditunggu info menarik selanjutnya ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget jadi pelayan publik itu memang angel2 gampang kalau orang Jawa bilang. Oke tunggu cerita selanjutnya yaaa...

      Hapus
  2. Thn 2014 yll sy daftarin buat pakde sy Mbak. Waktu itu BPJS kota sy (Ponorogo) blm punya kantor sendiri. Masih numpang tempat jd satu sama RSUD. Pelayanan lumayan cepet dan ramah. Sekarang udah punya kantor sendiri di luar RSUD dan temen sy ngalamin hal ga enak kayak yg Mbak Ika alami itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, banyak cerita ya ternyata di balik BPJS. Semoga pelayanannya semakin ditingkatkan.

      Hapus
  3. Perjuangan yang melelahkan,,,
    Sabar ya mbak Ika,,, hehe

    BalasHapus