Minggu, 23 Agustus 2015

Membingkai Arti Merdeka Bagi Warga Sekolah di HUT RI Ke 70

Assalamualaikum.


Sabtu lalu (14 Agustus 2015) suasana sekolah kami tampak berbeda. Bendera merah putih semakin gagah berkibar terkena angin pagi. Anak-anak tampak ceria. Lari kian kemari memamerkan kesiapannya menyambut HUT RI Ke 70.

“Tujuh belas agustus tahun empat lima...itulah hari kemerdekaan kita...” terdengar suara speaker sekolah melantunkan Hari Kemerdekaan ciptaan H. Mutahar yang menambah semarak suasana hari itu. Anak-anak pun ikutan komat-kamit. 

Pertahankan, Nak!
Tak seperti hari biasa memang. Lazimnya, saat bel masuk berbunyi, anak-anak berbaris di depan kelas. Nah, ini? Mereka justru berhamburan ke tengah lapangan.

“Bu, kapan lombanya dimulai?” tanya anak-anak. Mereka tampak tak sabar.

Hari itu adalah hari kedua perayaan HUT RI Ke 70 di sekolah kami. Jumat, dua lomba sudah dilaksanakan, diantaranya balap kelereng dan lomba meniup balon sampai meletus. Nah Sabtu ini, giliran lomba makan kerupuk dan joget balon-lah pilihannya.

Siap bergoyang nih!
Ramai, seru, meriah dan penuh tawa riang. Semua anak boleh ikut lomba. Sesuai selere mereka. Tak kenal kelas rendah dan tinggi. Hanya saja panitia lomba (guru dan karayawan sekolah) tetap memberikan peraturan main. Kelas rendah tetap bersaing dengan kelas rendah, begitu juga dengan kelas tinggi bersaing dengan kelas tinggi. Inilah merdeka. Bebas memilih ikut lomba apa saja, tapi tetap terarah dan adil.

Kelas 1 pun tak mau kalah dengan kakak kelasnya :D
Anak-anak tampak begitu merdeka. Kejenuhan akan rutinitas sehari-hari, belajar di dalam kelas, kini berganti dengan kegiatan yang begitu menghibur. Bukan hanya itu, tapi penuh dengan pembelajaran yang bermakna bagi anak-anak. Mereka bebas bersosialisasi. Bersinggungan dengan teman-temannya. Bisa disebut, ini adalah kegiatan belajar, belajar sambil bermain.

Apakah hanya anak-anak yang merdeka?

Pak guru tak mau kalah dong!
Jawabnya, tidak! Guru, karyawan sekolah, dan penjaga kantin pun merasakan apa itu merdeka!

“Wah, sebentar ini ada yang beli jajan.” jawab salah satu penjaga kantin.

“Ah, sekali dalam setahun ayolah ikutan lomba bersama guru dan karyawan lainnya. Katanya sudah merdeka?” bujuk salah satu guru saat 'menggiring' penjaga kantin untuk ikutan lomba makan kerupuk dan balap kelereng.

Inilah merdeka. Meninggalkan rutinitas sehari-hari dengan kegiatan yang berbeda. Lagipula setahun sekali kan. Sehari-hari guru dan karyawan selalu berkutat dengan kegiatan di dalam kelas dan administrasi kelas. Kemudian penjaga kantin berkutat melayani anak-anak yang jajan. Hari itu semua berbaur menjadi satu. Tak ada yang berbeda di antara kita. Semua berkelompok, bersaing, tak takut malu, membuang habis rasa gengsi dan bergembira bersama demi memaknai arti merdeka semampu kami.

Guru, karyawan, dan penjaga kantin tak mau kalah jugaaa...
Ah, bukan perkara hadiahnya kok, bukan pula strata kami. Melainkan mengartikan arti merdeka yang sesungguhnya lah yang kami cari. Saya yakin, dua hari itu tak akan pernah terlupakan bagi seluruh warga sekolah. Justru akan selalu dirindukan dan dinantikan setiap tahunnya.

Karena merdeka itu sebenarnya simpel, tak perlu diartikan terlalu rumit. Karena hidup ini sudah terlalu rumit. Jadi, nikmati saja! Selamat ulang tahun Indonesia, milik kami.

4 komentar:

  1. Salam malam Mbak Ika. wah sepertinya seru banget lomba agustuanya ya Mbak.. saya koq gak diajak sih Mbak..?

    BalasHapus
  2. Membingkai Arti Merdeka Bagi Warga Sekolah di HUT RI Ke 70 Sepertinya Anak anak senang dan gembira larut dalam pesta meriah nya hari kemerdekaan Indonesia yang ke 70 Tahun itu ya Mbak Ika.

    BalasHapus