Rabu, 25 Mei 2016

Bermain adalah Metode Belajar Anak


Bu, adakah yang pernah merasa capek ketika harus menemani segala aktivitas Si Kecil selama seharian? Dari hasil meet up weekend sama teman-teman kemarin, saya simpulkan bahwa sebagian besar ibu muda mengaku pernah merasa lelah saat harus mengurus Si Kecil sendiri. Ada yang ketiduran saat anaknya masih main, ada juga yang malah nonton drama korea di sebelah anaknya yang lagi merangkak-rangkak, dan ada juga yang sibuk chit-chat haha hihi di grup WA bareng teman-teman padahal Si Kecil lagi makan. Anda termasuk yang mana nih? Kalau saya sih sering ninggal Kak Ghifa main sedangkan saya malah asyik baca timeline facebook atau ngecek blog. Hihihi. Pokoknya macam-macam ya cerita soal membesarkan buah hati kita.

Bermain adalah Metode Belajar Anak
Bu, pernah kayak gini juga?
Kegiatan tersebut jelas tidak bisa dipungkiri bagi setiap ibu. Termasuk saya sendiri yang di awal pernah mengalami hal seperti itu, hihi. Jujur saat pulang kerja sampai rumah pukul 13.00 kemudian harus nenenin Kak Ghifa lanjut siap-siap lagi karena harus pergi ngelesi, rasanya capek banget. Pulang-pulang harus megang Kak Ghifa lagi, mendongeng sambil menina-bobokan dia, ah, benar-benar letih. Akan tetapi, saat melihatnya tertidur pulas, tampak wajahnya sangat polos membuat saya berdosa.

“Kenapa sih saya harus merasa capek. Bukankah Kak Ghifa anak saya sendiri. Dia adalah buah cinta sayadan suami, impian kami, bahkan dia masa depan kami. Astagfirullah”.

Saya sampai penasaran, kenapa sih saya harus merasa capek saat mengurus Kak Ghifa? Adakah sesuatu yang bisa membuat saya urung untuk mengeluhkan rasa capek itu? Atas dasar pertanyaan-pertanyaan tersebut, saya mencoba browsing dan membaca beberapa artikel berkaitan keluhan saya di atas. Apa yang saya dapatkan? Ini dia:

Dunia anak adalah dunia bermain. Waktu bermain adalah waktu yang paling penting dalam kehidupan seorang anak. Dari kegiatan bermain tersebut, anak dapat belajar banyak. Pada balita, ia akan belajar mengembangkan keterampilan sensorik, motorik, emosi, kognitif, kemandirian dan jiwa sosial yang positif. Itu karena, pada masa ini, otak sedang mengalami tumbuh kembang yang begitu kritis dan pesat, sehingga anak akan mudah dalam menerima segala pengetahuan dan informasi. 

Berdasarkan informasi tersebut, saya pun merasa sangat menyesal.  Merasa capek itu memang wajar, akan tetapi harus saya kurangi karena lelah saya ini akan terbayarkan nanti saat melihat Si Kecil tumbuh menjadi anak yang cerdas dan sholih. Saya berjanji akan lebih semangat saat menemani Kak Ghifa bermain. Saya juga akan belajar melatih potensi dan bakatnya sejak dini. Usia-usia seperti Kak Ghifa ini seolah menjadi kesempatan besar bagi saya untuk mengembangkan kecerdasannya. 

Sayang banget nggak sih kalau kita sampai melewatkan momen kemajuan kecerdasannya saat ia sedang belajar sambil bermain? Yuk bu, ciptakan one step ahead kids, agar anak bisa selangkah lebih maju dengan kecerdasanya and…please share your story! Biar kita bisa sama-sama belajar mengurus Si Kecil. 

15 komentar:

  1. katanya sih gitu, kalo capek kerja ngeliat anak langsung ilang capeknya, kata yang udah punya anak sih mbak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup. Paling tidak lihat tawa cerianya kalau mau ngeluh capek kok ya gak pas aja.

      Hapus
  2. iya juga ya mb ika, tapi meski letih ada rasa bahagia tersendiri ya kalo dah tau dunianya anak emang lagi fase-fasenya doyan maenan, ato ngeberantakin barang hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau mereka sudah besar hal yg kayak gini bakalan dikangenin mbak.

      Hapus
  3. iya mba, dunianya anak, ya bermain... :)

    BalasHapus
  4. Makanya anak-anak kalau bermain ngga kenal waktu ya mbak Ika. Nggak pagi, siang, malam maunya main terus. Kadang orang tua sampai kewalahan menghadapi keaktifan sang anak. Dinikmati saja ya mbak, moment seperti ini hanya berapa tahun sih? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak. Betul bgt. Bakalan kangen kalau mereka sudah besar.

      Hapus
  5. Huum, dari bermain itulah anak-anak belajar banyak hal, saya aja ga begitu rusuh kalau anak lagi pada main, mau berantakan ya biarin, tapi tetap diajarkan untuk merapikan mainannya sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Noted, Mbak!
      Bermain iya, merapikan juga iya.

      Hapus
  6. sepakat, anak2 emang dunianya main aja

    BalasHapus
  7. entah mengapa, aku mah selalu dibawa enjoy saja, jadi rasa capek bekerja, mengasuh anak itu jadi tak terasa, yg penting hati bahagia

    BalasHapus
  8. Semoga saya nantinya nggak merasa lelah untuk menemani anak saya bermain. Aamiin.

    BalasHapus