Senin, 10 Oktober 2016

Haruskah Anak-anak Menjadi Korban?

Jangan sampai hanya karena kepentingan satu atau dua orang, anak-anak jadi korbannya. Ini masalah perasaan lho. Kasian kan kalau ada luka di hati mereka *ceileh lebay*

Aku sangat kaget saat ada selentingan kabar soal rolling kelas lagi (versi 3). Apa-apaan ini?

***

Semua berawal di tahun ajaran 2016 ini.
Pertama kali dengar kabar soal rolling kelas (versi 1) itu dari teman guru lewat BBM pas masih libur kenaikan kelas. Aku hanya jawab, "Oh ya?" Tak punya pikiran apa-apa, mungkin sudah saatnya aku naik kelas. Nggak monoton di kelas 3 mulu.

Ya, tahun ajaran lalu, aku mengajar di kelas 3. Dan ternyata benar, setelah rapat dewan guru di awal tahun ajaran 2016, aku dirolling ke kelas 4 karena alasan guru kelas 4 (yang sudah PNS) akan mengikuti pelatihan K13 yang ditujukan untuk kelas tertentu saja. Makanya, agar sinkron dengan apa yang akan diterima, beliau dipindah ke kelasku. Oke, aku setuju saja. Malah enak karena mengikuti anak didikku yang sebelumnya. Sudah kenal karakternya, batinku. Tak perlu lah membangun cemistry dari awal.

Aku baru seminggu di kelas 4, eh, ada kabar kalau wali murid kelas 1 pada komplen minta ganti guru. Kabar rolling kelas (versi 2) pun terdengar. Rencananya aku akan dirolling ke kelas 1, guru kelas 4 kembali ke kelas 4, dan guru kelas 1 ke kelas 3.

Sebegitu kuatnya komentar wali murid sampai rolling kelas dilakukan lagi? Ah, beginilah sekolah negeri. Banyak sedikitnya uang BOS yang masuk kan tergantung dengan jumlah siswa. Makanya, setiap kali ajaran baru berlomba-lombalah sekolah untuk mendapatkan banyak murid. Ini bukan hal baru lagi. Ironi? Anggap saja biasa, lumrah. Mau bayar guru wiyata bakti pakai apa kalau uang BOS cuma dikit?? *nasib*

Atas dasar ingin memberikan pelayanan yang terbaik pula kepada wali murid itulah, akhirnya aku beraksi di kelas 1, sampai hari ini. Selain itu ya karena takut kalau konsumen pada kabur. Hihihi. Ini versiku ya.

Adakah pertanyaan dalam diriku, "Kenapa harus aku?"

Mengajar di kelas 1 pernah jadi impianku. Karena aku pernah mengajar di TK selama 3 tahun sambil nyambi kuliah. Ku pikir kan hampir sama ya kelas TK dan SD kelas 1. Tapi ternyata, beda tempat, beda kepala, beda keadaan, ya energinya berbeda. Aku sebut kelas 1 ini amazing. Sekelasnya cuma 35 sih, tapi ternyata ngos-ngos-an bookk. Tiap kali selesai ngajar aku pasti lapar. Hihihi.

Banyak sih orang yang bilang, "Enaklah ngajar di kelas 1. Materinya mudah."

Duh, jangan dilihat materinya saja dong. Iya, materinya mudah, cara menyampaikannya itu lho yang harus ekstra sabar dan konkret bagi mereka. Belum lagi tangisan, teriakan, bahkan pukulan yang sering melayang kepadaku, setiap harinya. Oh, indahnya.

Namanya juga kelas 1, adaptasi lingkungan. Seminggu di kelas 1 itu tak ku sia-siakan. Ku hapalkan nama mereka. Ku pahami karakternya. Unik-unik deh pokoknya.


Kebanyakan sih nangis. Berbagai macam sebabnya. Misalnya, pintu kelas ditutup, nangis. Ketinggalan nulis, nangis. Diganggu temannya, nangis. Pensilnya hilang, nangis. Hahaha. Seru.

Ada satu anak yang menurutku spesial. Setiap hari berantem denganku. Tendangannya selalu mendarat di kakiku. Mulutnya sangat tajam, bahkan kata yang keluar melebihi usianya, ya, dewasa sebelum waktunya.

Aku stres? Sedikit. Tapi aku nikmati. Ku anggap mereka sebagai anakku sendiri. Padahal aku kalau ngadepin Kak Ghifa saja sering nggak sabar. Hihihi.

Dan kini, saat semua sudah begitu indah, aku mulai mencintai mereka setulus hati, dan sebaliknya *GR*, ada kabar rolling kelas (versi 3) lagi.

Sedihnya, rolling kelas ini akan mengembalikanku lagi ke kelas 3. Dengan alasan apa? Guru kelas 3 saat ini 'bermasalah' dan penyampaian pembelajarannya banyak koreksian. Lagi-lagi ada komplen masuk dari wali murid. Salah satu wali murid itu ya guru juga di sekolahku. Hiks.

Tunggu dulu, apakah aku akan setuju dengan rencana rolling kelas ini? Bahkan rolling ini akan dipercepat semester depan. Woy.....Kalau memang sudah tahu sejak awal ada masalah dengan guru itu kenapa harus ada rolling?? Aku sebal.

Bagaimana dengan administrasi kelasnya?
Bagaimana dengan uang tabungan anak-anak? Aku nggak mau lha guru itu bermasalah dengan soal duit. *eh

Ya Allah, aku pasti akan merindukan pelukan mereka. Apalagi anak spesial itu, makin hari dia makin mencintaiku, "Bu guru kok lama to? Aku nunggu dari tadi." keluhnya sambil mencium tanganku saat datang siang setelah jam olahraga.

Akankah aku akan dirolling lagi semester depan? Haruskah aku menolak? Kalau menurut Anda, apakah aku harus menolak atau menerima?

20 komentar:

  1. waaaaa sampe2 ada yang nendang dan berbahsa kotor, waduhh berat ya mbak, tapi luar biasa kalau masih anggap seru... kebayang dulu kita kelas 1 perasaan ngga begitu deh, tapi saya pernah nangis sih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi...beda jaman Mas.
      Namanya pekerjaan harus dinikmati.

      Hapus
  2. anakku waktu kelas 1 dan 2 diroling terus.. sampai 10 kali dalam 1 semester.. .alasannya nih Diyanika: karena anakku supel dan hobi ngobrol. jadi, dia dipindahin ama gurunya biar duduk sama anak yang cengeng (biar anak itu nggak cengeng lagi di kelas), anak yang suka jalan2 di kelas (biar anaknya anteng karena teman sebangkunya hobi ngobrol), anak yang tertutup (biar anaknya mau ngobrol ama orang lain), anak yang hobi motong-motong penghapus (gak tahu kenapa anakku dipilih mendampingi ini anak)... jadi cerita anakku kalo pulang sekolah selalu ramai dan banyak deh ceritanya.

    dinikmati saja mak. Siapa tahu kita dipilih karena kita istimewa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dapat tips bagus nih Mbak. Makasih ya, bisa tak terapin di kelasku juga nih. Makassiiihh...

      Hapus
  3. Pas Kelas Inpirasi aku kebagian anak kelas 2 SD mba buat berbagi cerita tentang profesi. MasyaAlloh suaraku langsung serak ahhaa bener mba ada yang asik sendiri, ada yang teriak2 di jendela pengen minum, ada yang nangis, ada yang menyimak bahkan ada yang tidur2an. Tapi ini semua bikin cerita lucu dan menyenangkan buatku. Semangat y mba mau kelas berapapun yang penting happy jalaninnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pas awal-awal di kelas 1 suaraku juga sering hilang. Makin ke sini jadi tahu beberpa trik gimana caranya merrka mau memperhatikanku.

      Hapus
  4. Ya ampun kasar banget itu Dedeeeek.. *mintak dipites*

    Tapi iya sih Mbak, emang ada yg bandel gitu muridnya. Aku dulu sempet ngajar di TK, anaknya yg uda gede uda mulai melawan sambil jambakin rambut. Huhuhu :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi...iya, tiap tahap pendidikan emang punya cerita sendiri2 ya.

      Hapus
  5. Sama kayak mbak ade. Anakku semasa SD dipindah terus bangkunya. Ya itu, kebanyakan ngobrol. Dan nyuruh temennya gini gitu. Padahal dianya belom ngapa-ngapain. Dan iya, dinikmati saja. Udah besar, dia fak gitu sekarang.

    BalasHapus
  6. Aduh agak gawat juga ya mbak. Kalau ada anak kelas satu yang sampai segitunya. :(
    Menurutku rolling itu bagus sih. Tapi paling nggak ya tiap tahun ajaran. Bukannya tiap semester. kasian anak anaknya. Butuh penyesuaian sama guru baru lagi, dengan sistem pembelajaran yang juga baru.

    BalasHapus
  7. memang justru gutu jelas satulah yang paling hebat menurutku karena tingakt kesabarannya harus ekstra

    BalasHapus
  8. rumit juga ya mbak. Sakit pasti pas udah sayang-sayangnya itu malah dipisah. Tolak aja mbak menurut aku hehe, tapi terserah mbak sih. Apa yang terjadi kedepannya, mungkin itu yang terbaik dari Allah. Salam buat si anak special itu ya mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam tendang apa salam cantik nih, Mbak? Hahahaha

      Hapus
  9. Aku nggak terlalu mau campur tangan soal pelajaran. Tapi kalau kegiatan luar kelas pasti backup 100% sampai bela2in nganggkut teman2 anak2ku kalau ada kegiatan. Insya Allah guru2nya sudah kompeten lah soal pelajaran, jadi harus percaya. Cuma pernah waktu anakku SMP, ortu2nya itu pd campur tangan pilih2 guru gitu. Kalau aku lihat sih kebanyakan yg ortunya suka campur tangan gitu yg anak2nya terlalu ngandelin ortu & yg ortunya terlalu mendewakan anaknya sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh ternyata kasusnya sama ya dengan di sini. Ehm..mendewakan anakknya.

      Hapus
  10. rolling-nya termasuk sering ya... setahu saya, di sekolah anak saya, tak ada rolling guru seperti itu. kalau tiap naik kelas, itu pasti guru wali kelasnya berbeda. Bisa ngebayangin deh gimana "serunya" ngajar anak kelas satu :) suara juga pasti abis :) betewe tetap semangat ya mba... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sewajarnya memang tidak ada rolling kelas, Mbak sebelum 3 tahun. Bisa jadi ini luaaar biasa ya.
      Makasih utk semangatnya mbak.

      Hapus