Rabu, 23 November 2016

Ibuku, Bagaikan Bola Bekel


Suatu ketika saat tarawih di masjid,
"Ini kakak adik ya?" tanya seorang nenek sambil melipat mukena yang mulai pudar warnanya. Aku tak mengenalnya. Bisa jadi ia hamba Allah yang sedang melakukan safari masjid.

Keheranan seorang teman saat aku memosting foto ibu di sosmed,
"Ini ibumu apa kakakmu? Kok masih muda banget?"

Saat belanja ke pasar, pedagang plastik selalu berkata yang sama ketika bertemu kami, "Kakak sama adik yang akur ya?"




Aku bingung harus senang atau jengkel dapat komentar demikian. Kenapa? Karena ibuku itu sudah 43 tahun lho, sedangkan aku baru 24 tahun. Yang kelihatan tua aku dong? Masak aku hampir disamain sama ibu yang sudah kepala 4. *nggak disamain Ka, kan kakak adik* Di lain sisi, aku punya ibu yang tetap terlihat awet muda di #UsiaCantik-nya. Kalaupun mau hang out ke mana-mana itu rasanya hayuukk aja. Serasa pergi sama teman. Bingung kan mau senang atau jengkel?

Sebenarnya aku tak heran kalau ada yang komentar ibuku awet muda di #UsiaCantik-nya. Aku sendiri juga berpikiran demikian. Apalagi kalau dibandingkan dengan keempat saudara ibu lainnya. Kelihatan banget lho kalau ibuku awet muda dan tetap cantik sampai sekarang. Padahal ibu itu anak tertua. *sombong move on*

"Loh mbak, kamu sama adik-adikmu kok malah kelihatan muda kamu ya?" komentar tetanggaku saat adik ibuku berkunjung ke rumah.

Hayo ibuku yang mana?
Pernikahan adik ibu yang paling bontot.
Mendengar komentar seperti itu, ibuku selalu memberikan tanggapan yang sama, "Ah, masak? Alhamdulillah deh." ibuku cekikikan sambil menutup mulutnya, bahunya terlihat terguncang ke atas dan bawah.

Perkara Berpakaian dan Bersolek

Aku tahu betul ibu itu orangnya tidak pernah neko-neko. Masalah dandan, beliau akan dandan kalau pergi saja. Misal di rumah atau hanya ke pasar, tak ada dandan-dandan. Kalau pun berdandan beliau hanya mengenakan pelembab, bedak, terus pakai lipstik dan parfum. Standar saja. Masalah bersih-membersihkan wajah pun ibu tak pernah pakai kosmetik merek ini dan itu. Cukup dengan air wudhu.

Masalah pakaian? Beda dengan urusan bersolek, kalau urusan berpakaian ibu itu selalu nomor satu. Mahal sedikit harganya tak apa, asal pas di mata. Begitu alasannya.

"Sandang itu dipandang, Nduk." begitu komentar ibu soal pakaian.

Benar juga sih pendapat ibu. Aku jadi ingat kejadian beberapa tahun lalu ketika aku dipandang sebelah mata oleh pegawai bank gara-gara bajuku agak lusuh.

Sehat selalu ya, Bu.
Saat itu ada temanku yang lagi butuh banget uang, sedangkan uang di ATM ku nggak cukup. Aku pun segera lari ke bank dengan pakaian seadanya. Karena ku pikir temanku sedang menunggu. Ternyata apa? Aku mendapat perlakuan yang kurang mengenakkan dari teller bank tersebut. Iya, hanya gara-gara pakaianku dan sandal japit yang ku kenakan. Baru masuk aja tatapannya sudah 'melecehkan'. Oh, 'indahnya' negeriku ini.

Ya sudahlah...

Lanjut soal ibuku. Usia boleh kepala 4 tapi selera berpakaiannya jempol deh. Aku aja kalah. Seringnya justru aku yang minta saran ibu setiap kali mau beli baju, "Ini cocok buat aku nggak, Bu?" sambil megal-megol mencoba suatu baju.

Ibuku itu pintar sekali memadu-padankan pakaian sehingga ia tak pernah salah kostum alias tampak lebih tua dari usianya. Nah, aku? Sering banget dipanggil "ibu-ibu" karena baju yang aku kenakan kurang pas. Jengkeeeell banget. Iya sih aku itu ibu guru, ibu Kak Ghifa juga. Tapi aku lebih suka kalau dipanggil Mbak. Jangan ibu. Kesannya tua banget.

"Bu, aku ini apa kelihatan tua banget ya? Kok tadi dipanggil ibu?" wajahku mendung, gelap.

"Iya, lha kamu anak muda nggak pintar milih baju. Pilih warna yang anak muda gitu lho! Lipstiknya juga ganti yang agak gonjreng dikit, nggak kayak gitu! Kelihatan kusem terus pucet." komentar ibu panjang kali lebar sambil meledekku.

Lah aku kan pengen apa adanya. Tapi kalau berujung dengan makan ati dipanggil ibu-ibu terus yo nggak mau. Harus move on. Jangan sampai nanti aku yang dikira kakaknya dan ibu adiknya. Gawaaat.

Sepak Terjang Ibu di Masyarakat

Ibuku itu nggak pernah mencicipi dunia maya. Apalagi Facebook, Twitter, Instagram, en bla bla. Beliau hanya sekedar tahu saja namanya. Eh, pernah buka halaman Google. Itu saja ndredeg. Yang beliau tahu ya hanya telepon dan SMS. Pulsa aja kalau nggak diisi sama bapak sering habis masa aktifnya. Hihihi. Etapi, ibuku jago main game di hapeku sih. Wkwkwkwk.

"Ibu nggak butuh Facebook. Yang penting ibu bisa masak, ngurus kamu dan bapak terus berbagi dengan lingkungan, itu sudah cukup." tolak ibu saat kutawarkan membuat akun Facebook karena tetangga (ibu-ibu) banyak yang punya akun Facebook pula.

Ibuku memang seperti itu. Tak mudah tergoyah pendiriannya hanya karena tren di masyarakat. Terlebih Allah menciptakannya dengan pembawaan diri yang agak galak *eh*, lebih tepatnya tegas. Model bicaranya to the point. Otaknya cemerlang dan punya banyak ide brilian. Mungkin itu yang membuat ibu banyak disegani orang. Gak heran kalau ibu sering dipentingkan di setiap acara dan kegiatan di kampung.

Ibu pernah cerita awal mula di sini (keluargaku bukan asli sini, melainkan pendatang). Beliau banyak ikut dan aktif di beberapa organisasi di kampung. Tujuannya simpel, agar punya banyak pengalaman dan keluarga baru. Iya juga ya, hidup di perantauan itu tak mudah. Apalagi kalau tak ada saudara. Dan tujuan ibu yang satu ini sangat berhasil. Alhamdulillah, tetangga adalah keluarga kami. Pasalnya setiap kali di rumah ada acara, banyak sekali tetangga yang datang membantu. Kalau seperti itu serasa di kampung halaman sendiri.

"Hidup di masyarakat itu kuncinya ringan tangan." nasihat ibu suatu hari sambil mengangkat panci nasi dari atas kompor.

Bisakah aku seperti ibu? Ibuku memang suka sekali berbagi dengan tetangga. Apalagi soal tenaga. Hayuk, aja! Nggak ada lelahnya. Aku sering mikir, apa nggak capek? Ibu yang usianya sudah masuk #UsiaCantik kok malah nggak ada habis isi baterainya *eh*. Aku malu. Masih muda sering ngeluh capek. Padahal kalau dibandingkan dengan ibu tak ada apa-apanya.

Kayak kemarin pas di lingkup RT ada tirakatan bulan Apit, kan ada makan-makan bersama. Nah, selesai makan dengan sigap ibu itu mengambili piring-piring kotor di depan orang-orang dan menaruhnya di tempat cucian. Bukannya balik duduk di sampingku, ibu malah mencuci piring di sana.

"Ibu, kan sudah ada Mbak Lastri (tukang cuci bayaran)?"

"Nggak papa. Kasihan Mbak Lastri nanti kemalaman kalau nyuci sebanyak ini, sendirian pula." ibu sedang menyisihkan sisa makanan dalam satu plastik hitam.

Aku yang melihatnya hanya tertegun. Inilah ibuku. Apa adanya. Ringan tangan. Padahal seharian tadi ibu tak pernah berhenti melakukan kegiatan ini itu. Tak kenal lelah. Ini dan itu dikerjakan semua. Bisakah aku seperti ibu, si bola bekel?

Perkara Cinta-cintaan

Namanya pernikahan, radar keharmonisannya pasti ada turun naiknya ya. Ada kalanya aku beradu mulut dengan suami. Aku nggak mau kalah. Nada suaraku selalu tinggi dan hobi banget ngomel. Suami? Keterlaluan sabarnya. Padahal aku inginnya berantem sampai tetangga pada tahu. Hahaha *amit-amit*

Bisakah aku seperti ibu?
Ibuku? Setahuku dan seingatku, saat ibuku berantem dengan bapakku, tak pernah ibu naik pitam kayak aku. Ibu hanya diam, nangis tapi selanjutnya ada saja cara ibu untuk memenangkan hati bapak. Rahasianya apa? Aku juga belum tahu. Kapan-kapan deh tak tanya. Penasaran.

Makin ke sini, aku tak pernah melihat bapak ibu berantem. Aku lebih sering melihat mereka berdiskusi bersama. Alhamdulillah rumah jadi adem. Kalau ingat zaman dulu, bapak sering menggoda ibu yang ujung-ujungnya malah berantem. Salah satu godaannya seperti ini,

Bapak pulang agak larut.

"Pak, kok pulang larut?" ibu gelisah setengah mati karena bapak kerjanya di hutan.

"Mampir di rumah bini muda dulu tho ya." goda bapak sambil melepas kaos kaki.

Kalau dulu langsung adu mulut. Sekarang? Ibu senyumin aja kalau bapak jawab seperti itu. Kalau nggak, ibu tanya bapak ya dijawab ibu sendiri. Dan tak perlu nunggu bapak jawab duluan, langsung disambar dan berakhir dengan tawaku dan suami. Hihihi.

"Hidup dibikin hepi aja." seloroh ibu.

Itu soal kehidupan asmara, kalau urusan kerjaan rumah?

Bergerak! Bergerak!

Kalau ada yang bilang, enak ya jadi ibu rumah tangga, di rumah aja tinggal ongkang-ongkang. Woy, kata siapa? Aku nih ya kalau diminta memilih antara jadi ibu rumah tangga atau ibu pekerja, aku akan lebih memilih menjadi ibu pekerja. Ibu rumah tangga itu kerjaannya nggak habis-habis. Sengaja nih pas hari Minggu kan semua kerjaan rumah aku yang handle, dan rasanya aku pengen teriak, "Lelahnyoooooo". Ini baru sehari, lha ibuku? Enam hari.

Mulai dari membuka mata, ibu sudah upyek di dapur. Setelah itu cuci piring, nyapu dan ngepel (kalau merasa kerjaan suamiku kurang beres-hihihi). Lalu momong Kak Ghifa dan menjaga toko tanaman.

Pas aku pulang kerja, dan membuka kulkas. Wow. Kue, puding, dan jajanan lain sudah siap santap. Siapa lagi kalau bukan ibu yang membuatnya. Pertanyaanku, kapan beliau membuatnya? Padahal di depan aku sudah bilang, kerjaan rumah itu nggak ada habisnya.

"Ya, kalau Ghifa tidur. Ibu selalu menggunakan waktu sebaik mungkin." Ini nyindir aku banget nih.

Ya Allah, tidak lelahkah engkau, Ibu? Bukannya ikutan tidur biar nggak capek malah mikirin cemilan untuk kami. Kau hanya memikirkan kami, kapan Kau pikirkan dirimu sendiri, Bu?

Tak hanya soal jajanan, kancing baju Kak Ghifa juga tak luput dari perhatiannya. Bahkan, dulu, pas aku hamil, ibu dengan senang hati membuatkan kasur untuk Kak Ghifa. Kojongnya berlubang, ibu yang menjahitnya dengan tangan. Semuanya tak luput dari tangannya. Ibuku tak pernah bisa diam.

Salutku lagi kepada ibu, setiap seminggu tiga kali, sambil menggendong Kak Ghifa ibu berjalan ke pasar untuk belanja. Sebenarnya aku sudah meminta ibu untuk tidak usah belanja di pasar, biar aku saja yang belanja selepas sekolah. Tapi apa jawabnya?

"Ke pasar itu refreshing. Kalau di rumah saja jenuh. Nggak bisa lihat suasana luar." alasan ibu demikian.

Ibu jalan-jalan ke Masjid Agung Jawa Tengah
Ya, sudah. Aku nyerah. Tapi sesekali kalau pas aku pulang lebih awal, aku tetap belanja ke pasar buat stok di kulkas. Kalau ibu mau tetap belanja ya, monggo.

Satu hal lagi tentang ibu yang bikin aku sering terharu. Ibuku, sampai sekarang, setiap kali aku hendak makan ikan yang ada durinya, beliau selalu membuangnya terlebih dahulu baru kemudian diberikan kepadaku. Padahal aku bisa melakukannya sendiri. Aku sudah dewasa, punya anak pula. Tapi, kini aku biarkan saja. Ku beri ruang kepada ibu untuk mengungkapkan rasa sayangnya kepadaku.

Ah, bisakah aku seperti ibu?

Pernah suatu ketika saat aku pulang kerja. Ibu menyapaku, "Sepatunya jangan lupa di taruh di rak."

"Iya, sebentar."

"Jangan sebentar-sebentar! Kamu itu kebiasaan. Nanti lupa. Dibiasakan langsung ditaruh di rak. Ini masih ada yang mengingatkan. Kalau ibu sudah nggak ada, kamu harus bisa hidup disiplin sendiri."

Mak deg!

Aku langsung menghambur ke pelukan ibu. Ya Allah...hatiku langsung patah hati.

Bisakah suatu hari aku tanpa ibu?

Hadiah untuk Ibu

Di #UsiaCantik-nya kini, setiap kali lepas adzan isya, ibu selalu ketiduran di depan televisi. Iya, beliau pasti lelah. Aku paham betul.

Di saat beliau terlelap, aku bebas memandangi wajah letihnya. Terpampang jelas kalau ibuku telah menua. Kerutan-kerutan halus nampak di sudut-sudut mata dan dahi. Rasa lelah terukir di sana.

"Bu, izinkan aku membahagiakanmu." bisikku.

Sebentar lagi Hari Ibu akan tiba. Ingin rasanya berbagi kebahagiaan dengan ibu. Aku tahu tak ada hadiah yang paling pas untuk membalas semua yang dilakukan ibu untukku dan keluarga. Ibu pun tak pernah meminta hal itu. Akan tetapi, ingin rasanya aku membelikan sebuah hadiah yang bermanfaat untuk ibu.

Setelah mempertimbangkan satu dan hal lain, ingin ku berikan hadiah untuk ibu yaitu produk Revitalift Dermalift dari L'Oreal Paris. Kenapa aku ingin memberi hadiah itu? Karena aku ingin melihat ibu selalu cantik dan bisa hang out sama aku. Hihihihi.

Revitalift Dermalift ini cocok banget untuk wanita-wanita yang ada di #UsiaCantik seperti ibu. Karena produk ini memiliki kandungan Centella Asiatica dan Pro-retinol A yang dipercaya mampu membantu mengurangi kerutan sebesar 27%, meningkatkan kekencangan sebesar 35%, dan mengoptimalkan regenasi kulit. Pas kan untuk mengatasi kerutan di sudut-sudut mata ibuku. Terkhusus nih ya agar bapak nggak sering menggoda ibu kalau penampilan ibu makin yahut setelah memakai produk Revitalift Dermalift. Hihihi.

Terakhir, aku hanya bisa mendoakan ibu agar selalu sehat, rukun dengan bapak, dan tetap bergerak di #UsiaCantik-nya. "Bu, tetaplah menjadi si bola bekel yang bermakna bagi sekitar, Mu! Sekali dipantulkan, lompat-lompat, hingga Ibu merasa lelah."

Lomba blog ini diselenggarakan oleh BP Network dan disponsori oleh L’Oreal Revitalift Dermalift.”

29 komentar:

  1. Wahhhh...ibunya masih muda dan cantik ya mbak.mirip ma anaknya...
    Aih...beda2 tipis ma umurku..tuh ibunya...😊

    BalasHapus
  2. hahaha, kenapa ngomongnya sama kayak ibuku gak perlu facebookan yang penting bisa masak. Mereka wanita hebat...!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, kan bukan ibuku aja yang bilang gitu. Wkwkwwk
      Alhamdulillah kita dilahirkan dari rahim ibu-ibu yang hebat.

      Hapus
  3. Jadi inget nenekku mba, nenekku juga kaya bola bekel..nggak ada cape nya,keren disiplinnya. Semoga kita bisa meneladani mereka yaa mba, sepertinya generasi sekarang ada degradasinya seperti saya yg suka nya simple. Kalau pengen kue, jajan tinggal beli :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi...kalau aku malah pengen nyoba sendiri mbak buat ini dan itu.

      Hapus
  4. insya allah bisa mba, kit akan belajar sama2 menjadi ibu yang baik

    BalasHapus
  5. Ibunya aktif banget ya mbaaa..Iya ya kadang klo dibilang kakak adek sm ibu jd berasa kitanya yg tua,hahaha. Tp seneng krn berarti ibu awet muda, hihi. Sukses ya mbaaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi...akhirnya ada yang sepakat denganku. Wkwkwk

      Hapus
  6. Wah ibunya mirip banget, masih muda ya 43tahun, seumur tanteku, eh tapi iya kaya adik kakak lho hihihi

    BalasHapus
  7. Samaan mba. Ibuku lebih modis daripada aku. Beliau lebih tahu seluk beluk kain dan medel baju dari pada aku. Perhatian banget dengan penampilannya. Dan menurutku selalu cocok. Sementara aku kadang suka nabrak-nabrak, sesukanya aja kalau lagi buru-buru.

    BalasHapus
  8. Ibunya Mba Ika masih muda... 😍😍

    Tips-nya ibu ngena banget tuh.. Jalani hidup dengan hepi 😍
    Semoga ibu selalu sehat ya Mba, nitip sungkem buat Ibu 😊

    BalasHapus
  9. Baca jadi inget ibuku. Semoga Ibu sehat selalu dan selalu hepi Mbak Diyanika :)

    BalasHapus
  10. Kalau ada pegawai bank kaya gitu ke aku, tak laporin ke bosnya. :(

    BalasHapus
  11. Wah, Ibunya masih 45 tahun? Muda, ya? :)

    BalasHapus
  12. Loh ibumu adik kelasku dong, hihiii
    Aku berasa udah tua nih kalo ketemu kamu nanti, lah seusia anakku ternyata :D

    BalasHapus
  13. ibuku juga begitu cantik diusianay yg sdh 83 tahun, kuncinya bahagia dlm hidupnya dan banyak berbagi untuk banyak orang

    BalasHapus
  14. Masih seger banget ibunya Kak Ika. Hihii. Barangkali karena sering nolong orang ya. karena setau aku kalo kita sering nolong orang, hormon bahagia dalam tubuh kita bakal meningkat jumlahnya. Bahagia kan bikin awet muda :D

    BalasHapus
  15. Ya ampun aku nganga hahahaaa.... Ibunya seumuran aku. Generasi emaknya ayu ting ting. Ibunya nikah muda ya? Haduh aku tua banget ya? Aku panggil dirimu apa dong? Nak? Hahahaaa

    BalasHapus
  16. ibunya muda banget mba. gak keliatan udah punya cucu

    BalasHapus
  17. semoga sehat selalu ya ibunya. aku sama ibuku juga beda umurnya 19 tahun, dan malah cantikan ibuku dari aku. soal pakaian juga ibuku lebih gaya dari aku :D

    BalasHapus
  18. ibu memang tiada duanya. sudah sepatutnya sebagai anak memuliakan ibu

    BalasHapus
  19. Iyaaa ibundanya awet mudaa. Dan saya selalu senang dengan gaya hidup orang-orang di desa atau kampung yang aktif. Aktif kegiatan sosial dan masyarakat.

    BalasHapus
  20. Ibunya awet muda, salam ya mbak, moga senantiasa diberi kesehatan beliaunya :D

    BalasHapus
  21. meskipun sudah berusia lanjut, yang penting semangat buat ibunya semoga tetap sehat dan bisa ngobrol lagi dengan mba masalh tips nenangin bapaknya itu.. hehe
    salam kenal mba

    BalasHapus
  22. bener banget, mba. di kehidupan bermasyarakat kuncinya ya saling bantu kalau ada yang butuh. misal pas hajatan atau ada yang meninggal saling bantuin mengurus. nanti biasanya mereka juga gantian bantu, hehe. semoga ibu tetap sehat dan bahagia ya, mba.

    BalasHapus