Kamis, 03 November 2016

Sepatu Sepak Bola dan Cita-Citaku di Waktu Kecil


Jam dinding sudah menunjukkan pukul 07.00. Kok belum pada baris ya? Mau upacara bendera jam berapa?

Aku keluar kelas. Ku dapati parkir motor masih sepi. Pada telat nih.

"Nggak upacara ya, Bu?" tanya muridku.

"Nunggu guru yang lain dulu ya, bu guru kurang tahu. Siap-siap saja, topinya dipakai."

Akhirnya, upacara pun dimulai ditemani dengan kemanyunan atasan karena banyak guru yang telat. Aku berdiri di belakang kepala sekolah sambil sesekali mengawasi muridku. Saat aku menebarkan pandangan, mataku tertarik dengan sesuatu yang mencolok, hijau ngejreng warnanya.
"Eh, masak petugas upacara pakai sepatu sepak bola?" celetukku.

sumber gambar: pixabay.com

"Alasannya sepatu hitamnya masih basah." bela wali kelasnya yang mendengar omonganku. Benar saja, seharian kemarin hujan turun tak ada hentinya.

Melihat sepatu sepak bola itu aku teringat masa tomboyku. Iya, aku ini tomboy lho orangnya. Apalagi pas SD sampai SMP. Aku ini jagoan lari, lompat tinggi, main petak umpet, main basket, dan main bola. Oya, aku juga hobi cari ikan di sungai dan memancing belut di sawah. Jangan ditanya sampai rumah bajuku kotor semua kena lumpur. Hahaha, senangnya mengingat masa itu.

Ayo, bermain lumpur!
Sumber gambar: pixabay.com
Nggak dilarang sama orangtua apalagi ibu? Kan anak cewek masak kayak anak laki-laki. Inilah aku. Aku dulunya memang seperti itu. Kulitku sawo matang, rambutku ikal dan berombak, hobiku pakai celana pendek. Ehm, satu lagi, aku suka sekali menguncir rambutku jadi dua. Kayak Anjeli di film India Kuch Kuch Hota Hai, lengkap dengan poninya. Aneh?

Ibuku memang tak melarangku. Justru saudaraku yang sering komentar. Anak perempuan petakilan, anak tunggal kok nggak jelas, hahaha...sudah biasa. Tapi ibu memang tak pernah melarangku. Ibu membiarkanku untuk jadi diriku sendiri. Bahkan ibuku pernah cerita pas hamil aku, beliau ngidam nonton tinju dan sering begadang nonton bola. Lah, jadinya anak kayak aku deh.

Ini dia Anjeli

"Suatu hari kamu akan jadi ibu, semua berawal darimu." nasihat ibu mengingatkanku.

Sekarang? Aku sudah sedikit beda. Hahaha. Semenjak SMA aku tobat, nggak pernah main bola lagi dan hanya sesekali main basket. Baju yang ku kenakan juga sudah menutup aurat. Aku belajar jadi perempuan muslimah.

Hasil didikan ibu selama aku kecil justru membentukku menjadi anak tunggal yang nggak manja, mandiri, bisa melakukan beberapa hal yang harusnya dilakukan kaum laki-laki, punya mental yang kuat, ambisius, dan tak mudah menyerah.

Balik lagi soal sepatu petugas upacara itu. Aku berpikir, apa ya nyaman di sekolah, jalan di atas lantai licin kok pakai sepatu sepak bola? 

***

Cuaca di sekitarku akhir-akhir ini sering tak menentu. Malam hujan, pagi gerimis, siangnya panas banget. Beda dengan hari Senin kemarin, jam dinding sudah menunjukkan pukul 11.00 tapi di luar sana masih adem ayem. Seperti tak mau melewatkan kesempatan, anak-anak kelas 5 dan 6 pada tanding sepak bola di lapangan.

Ku intip dari jendela kelasku, "Ah, aku dulu juga pernah seperti itu. Malah perempuan sendiri, lainnya laki-laki."

Aku kembali berjibaku dengan administrasi kelasku.

Tok...tok...tok...

"Bu, ada obat merah?" tanya murid kelas 5 di kelasku.

"Siapa yang terluka? Di ruang guru, Nok, obat merahnya." aku mengikutinya keluar dan melihat keadaan luar.

Ada kerumunan di pinggir lapangan. Ku hampiri. Ku lihat ada sepatu sepak bola yang robek. Jangan-jangan yang terluka petugas upacara tadi pagi. Benar. Dia meringis kesakitan.

Sumber gambar: pixabay.com
Kupastikan luka di kakinya. Alhamdulillah tak begitu parah. Ku kira kakinya yang bersepatu bola itu tak sengaja bertubrukan dengan batu yang digunakan sebagai batas gawang.

"Lain kali hati-hati, ya."

"Iya, Bu. Sepatuku memang sudah agak robek. Malah tadi nggak sengaja nendang batu." curhatnya.

Dari tampilannya, sebenarnya sepatu muridku itu masih baru. Entah faktor apa yang membuatnya mudah rusak. Ngomong-ngomong soal sepatu sepak bola, banyak sekali mereknya ya. Mau yang impor atau lokal tapi berkualitas ekspor juga ada. Karena banyaknya pilihan, sering kali kita malah bingung ya, sepatu yang bagus itu yang seperti apa ya?

Aku sengaja searching di Google nih tentang tips memilih sepatu sepak bola agar tidak kecewa setelah membeli. Berikut aku ringkaskan untukmu.

1. Gunakan sepatu sepak bola untuk main bola

Ingat kan sama kejadian muridku. Masak sepatu bola dipakai buat upacara bendera? Ya kurang pas. Selain cepat rusak, sepatu bola itu kan desainnya beda dengan sepatu biasa. Sepatu bola bentuknya lebih fleksibel dan ada peredam efek getarnya. Jadi, jangan dipakai saat berenang ya *loh

2. Ukur ukuran kaki sebelum membeli sepatu, khususnya saat membeli sepatu bola secara online

Ukuran kaki seseorang itu ternyata akan bertambah seiring dengan bertambahnya usia, atau keadaan seseorang. Sepakat nih. Pas hamil ukuran sepatuku berubah jadi 40 padahal biasanya 39. Nah, kalau misalnya mau beli sepatu sepak bola secara online bisa di Blibli.com nih ya, karena Blibli melayani dan jual sepatu sepak bola Umbro original online.

Ingat, ukur dulu deh kakinya! Misal membeli di toko kan langsung bisa dicoba, pakai kaos kaki pula. Tapi tenang sih misal nggak pas bisa ditukar karena di Blibli.com ada layanan pengembalian produk.

3. Harga

Ngomongin soal harga saat beli sepatu sepak bola sebenarnya nggak begitu ngaruh. Banyak pemain bola profesional mengatakan kalau yang penting itu adalah kenyamanannya. Soal merek mau merek luar negeri atau dalam negeri, monggo. Tergantung selera. Soalnya produksi sepatu bola Indonesia juga banyak yang diekspor kok. Jadi, jangan malu pakai produk lokal ya.

Sepatu Umbro Velocita 2 Club HG 81113U-ECK

Tipsnya, kalau beli sepatu bola itu yang agak kecil. Karena nantinya lama-lama sepatu akan melar dengan sendirinya menyesuaikan kaki. Dan itu justru akan lebih terasa nyaman digunakan saat bermain bola.

Itulah 3 tips yang bisa aku rangkum untukmu. Semoga bermanfaat. Pesanku, menjadi orangtua itu memang tak mudah. Akan tetapi, tak ada salahnya untuk selalu mengarahkan minat dan bakat anak sesuai dengan yang dimiliki. Aku saja sering galau, bisakah aku seperti ibu dalam mendidik anakku? Ah, aku yakin setiap orangtua punya caranya sendiri. Yang pasti setiap orangtua ingin yang terbaik untuk anaknya. 

18 komentar:

  1. Jadi inget mantanku Mbak, sukak banget belik sepatu futsal karena dia pemain futsal. Hahah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah, maafkan diriku mengingatkanmu pada mantan mbak. Hehehe

      Hapus
  2. Suamiku suka main futsal dulunya. Sekarang sudah tidak main lagi. Rasanya pengen punya sepatu seperti digambar itu buat dia pakai :)

    BalasHapus
  3. Ngidamnya nonton tinju :) unik dan langka banget Mbak Ika. Hihihi.. terus anaknya tomboy, nggak nyangka dulu Mbak Ika tomboy :)
    Makasih tipsnya, suka :)
    Omong2 tinju bapakku suka banget Mike Tyson Mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pemain favorit Ibukku itu Mbak. Hahahaha...malu lah aku.

      Hapus
  4. Mesti the boys yg suka nih ama sepatu bola kece2.ntar aku infokan ke mereka nih☺

    BalasHapus
  5. Wah sayang suamiku gak suka futsal atau main bola nih

    BalasHapus
  6. Sepatu olahraga banyak ragamnya ya mbak. Makanya sepatu suami macam-macam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berbagai merek dan harga banyak di pasaran Mbak.

      Hapus
  7. Tomboy? Ah, jadi mengingatkan pada diriku sendiri mba. Ahahah.. toss kita. .style kita sama. Masa kecil kita pasti bahagia. Hahahaa =D

    BalasHapus
  8. lucu juga tuh sepatu sepak bola dipakai upacara. malah jadi berbahaya ya mbak. tapi ya gimana lagi, yang lain basah.

    btw, saya baru tahu nih tips pilih ukuran sepatu sepak bolanya. tfs mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama Mbak.
      Kalau di kamoung ngajarnya sering serba salah mbak. Mau dilarang adanya itu

      Hapus
  9. ih, ada yang ingat mantannya.
    Saya juga ingat mantan
    Mantan murid, yang doyan bola yang kemana-mana pake sepatu bola (begitu pun di kelas)

    BalasHapus