Senin, 19 November 2018

Terpaut Usia yang Jauh, Keluarga Tetap Harmonis


Aku wisuda di bulan Oktober 2014. Kemudian Desember memutuskan untuk menikah dengan laki-laki pilihan hatiku. Usiaku dan suami terpaut sepuluh tahun. Kini, setelah pernikahan berjalan hampir empat tahun, apakah aku bahagia?

Makin subur apakah bisa jadi tolok ukur kalau aku bahagia? Hihi.

Aku mengenal abi lewat sosial media. Aku kuliah di Kudus dan abi kuliah sambil kerja di Jogja. Sebulan sekali kami belum tentu bisa bertemu.

Intensitas komunikasi lewat chat Facebook, SMS dan telepon ternyata tidak membuatku benar-benar mengenal abi. Tahu sendiri kan kalau masih belum resmi menikah masih sering ada jaim-jaiman. Baru deh setelah menikah ketahuan aslinya. Ini sungguh membenarkan ajaran Islam untuk tidak pacaran. Taaruf aja, yuk!

Sifat pasanganmu akan ketahuan lagi kalau sudah punya anak.

Begitulah nasihat ibuku. Kukira tidak hanya aku yang kaget dengan ke-asli-an abi. Begitu juga dengan abi kepadaku. Lha mau bagaimana, dari membuka mata sampai menutup mata selalu bersama? Lu lagi lu lagi.

Aku sempat kecewa saat tahu ternyata tak semua yang diceritakan abi itu benar. Tapi, banyak juga yang membuatku kagum kepada abi sehingga tertutupilah kekecewaanku. Cieee...habis ini dibeliin es krim.



Banyak sekali penasihat pernikahan yang menyebutkan, itulah seninya menikah. Menyeimbangkan dua kepala. Bukan menyatukan ya. Hihi.

Aku yang perfeksionis sedangkan abi yang apa adanya. Aku yang kuat jumpalitan ke sana-sini sedangkan abi punya alergi debu dan dingin. Yes, kami bagaikan langit dan bumi. Ditambah lagi perbedaan usia yang sangat jauh.

Penelitian membuktikan, pasangan yang menikah dan terpaut usia 10 tahun, kemungkinan bercerai mencapai 39%.

Amit-amit ya?

Semua kembali ke masing-masing pasangan. Banyak juga yang cerita kepadaku dengan kasus yang sama (menikah dengan suami yang jauh perbedaan usianya) bahwa mereka sering mendapat cemooh dari masyarakat luas. Mereka dikira menikah dengan suami dengan terpaut usia yang jauh karena iming-iming harta. Duh duh duh.

vemale.com

Apakah kamu ingin bertanya, kenapa aku memilih suamiku? Alasan yang pasti adalah karena abi orangnya sabar dan ngemong banget. Alhamdulillah, sifat yang ini sudah kutemukan semenjak kami kenal.

Rumah tangga terdiri dari satu atau lebih orang yang tinggal bersama-sama di sebuah tempat tinggal dan juga berbagi makanan atau akomodasi hidup, dan bisa terdiri dari satu keluarga atau sekelompok orang. (Sumber dari wikipedia)

Nah, bagaimanakah cara kami merawat kelangsungan keluarga tetap harmonis meskipun banyak perbedaan dan terpaut usia yang jauh?

Saling Membantu

Sebelum menikah, aku sudah membicarakan hal ini dengan abi. Apalagi aku ibu yang bekerja. Setiap hari aku membagi tugas rumah dengan abi. Saat aku memasak sambil mencuci piring, abi membantu menyapu lantai dan siram-siram tanaman.

alomuslim.com

Apakah semua mulus-mulus saja? Tidak. Saat sama-sama capek, terkadang ya adu mulut. Ini wajar saja. Nanti saat sarapan, saling lirik-lirikan, kemudian cekikikan, semua kembali seperti semula.

Aku dan abi memiliki satu kesamaan, yaitu tidak suka diem-dieman. Kalau ada masalah hari itu, ya harus selesai hari itu juga. Alhamdulillah.

Saling Menghargai


Aku percaya cinta akan terpupuk dari hari ke hari melalui hal-hal kecil. Dulu, aku sering sekali marah saat hasil kerjaan abi kurang beres. Tapi, lama-kelamaan aku yang capek sendiri. Kasian juga abi.

Lama-kelamaan, kuucapkan terima kasih kepada abi sebagai bentuk aku menghargai apa yang dilakukannya. Ya, meskipun setelahnya aku harus menyapu atau mengepel di bagian tertentu yang masih kotor. Hahaha.

Paling tidak, ini sebagai bentuk syukurku, betapa abi tidak pernah sungkan untuk berbagi suka, duka dan lelah bersamaku. Abi tidak ingin aku lelah. Karena kata terima kasih saja, semua lebih baik dari sebelumnya.

zaikei.co.jp

Saling Melengkapi

Saat pertama kali bertemu dengan abi, aku syok berat. Penampilannya, Maa Syaa Allah, acakadut banget. Sekarang?

Setiap kali kumpul dengan keluarga besar suami,

Sekarang Pak Da (nama suami) beda. Bersih tambah ganteng.

Siapa yang senang? Aku dong. Inilah gunanya pasangan, saling melengkapi.

Kasus lain, aku yang cerewetnya kayak burung beo, eh, suami orangnya pendiam. Padahal aku pernah lho marah sama suami, "Kalo Ummi lagi marah, abi jawab dong. Jangan malah diam."

Eh, giliran abi jawab, aku nangis. Hahaha. Lah iya, nggak pernah bicara kencang, sekalinya bicara, aku kaget. Hadeh. Dasar perempuan, emang susah dimengerti ya.

Setelah itu, semarah-marahnya aku, abi hanya mendengarkan saja. Ya, abi memang sabar dan suka mengalah denganku. Ini termasuk keuntungan memiliki suami dengan jarak usia yang jauh.

Saling Menghibur

Apa sih yang dilakukan pasangan saat kita lelah bekerja? Favoritku adalah dipijat suami. Aku sering bilang gini, "Bi, sesakit-sakitnya tubuh ini, kalau sudah dipijat abi pasti langsung sembuh."

Ahay.

Berbeda dengan abi, beliau lebih senang kalau pas capek minta dikerok. Hampir setiap dua minggu sekali, abi pasti minta kerok. Kalau tidak, ya wassalam, bisa bersin-bersin sepanjang hari.


Saling Mendukung

Aku dan abi memiliki profesi yang berbeda. Tapi, itu tidak mengurangi keharmonisan keluarga kami. Abi sangat mendukung profesiku. Setiap kali aku lembur kerjaan sekolah, seperti menulis rapot, abi selalu ambil bagian untuk momong Kak Ghifa.

Ketika ada event bloger, abi juga selalu mendukungku. Bahkan abi malah yang sering mengomporiku untuk ikut kegiatan-kegiatan seperti itu.

Mumpung masih muda. Ada kesempatan pula. Gali ilmu sebanyak-banyaknya.


Saling Menjaga Komunikasi

Ulang tahun pertamaku setelah menikah dengan abi berlangsung sangat dramatis. Dua hari aku diam saja. Tak banyak bicara.  Aku menolak tidur seraya dipeluk abi. Rasanya campur aduk, ingin nangis, jengkel, marah menjadi satu. Hal itu hanya karena abi lupa hari ulang tahunku.

tenor.com

Aku nggak kuat. Di hari kedua, kukirim SMS ke abi. Kucurahkan semua apa yang ada di dada. Jawaban abi apa?

Selamat ulang tahun, Mi. Semoga panjang umur.

Sudah, begitu saja. Tidak ada ucapan minta maaf. Hatiku makin jengkel.

Saat sampai rumah, rasanya sedikit lega karena aku sudah meluapkan isi hatiku. Sore hari saat abi pulang, beliau membawa cokelat. Aku menolaknya.

Pas abi mandi, kumakan cokelat tadi. Ketika abi kembali dan mendapati aku makan cokelat, abi senyam-senyum.

Bukan berarti Ummi sudah memaafkan abi ya.

Hahaha. Kalau ingat kejadian ini jadi senyum-senyum sendiri. Sekarang kalau ada apa-apa ya langsung bicara. Kalau lagi malas berdebat, tinggal ketik, kirim. Kelar urusan.

Saling Menumbuhkan Rasa Cinta

Awal menikah dengan abi, cintaku baru mulai tumbuh. Aku mencintai abi karena kulino alias terbiasa. Bisa dibilang, abi adalah laki-laki pertama yang mencintaiku dengan apa adanya. Tanpa bersyarat.



Sebelum aku memutuskan untuk menikah dengan abi, aku sedang mengharapkan seseorang. Tapi, harap itu tak terbalas karena laki-laki itu juga tidak tahu apa yang kurasakan. Aku memendam perasaan itu sampai akhirnya aku tahu laki-laki itu juga menikah tak lama setelah aku menikah.

Ibarat luka yang menganga, abi datang menawarkan cintanya yang luar biasa. Sungguh, aku adalah perempuan beruntung itu. 

Ada satu kejadian yang makin membuatku tahu betapa abi sangat mencintaiku. Tiga hari setelah melahirkan Kak Ghifa, bidan memvonis jahitanku ada yang putus satu. Bu bidan mempersilakan abi untuk melihatnya dengan maksud abi bisa menerima keadaanku.

Insya Allah, saya menerima istri saya apa adanya, Bu. Bagaimanapun keadaannya.

Maknyes hatiku.

Sampai sekarang tak sedikitpun perlakuan dan perasaan abi berubah kepadaku. Semua masih sama. Bahkan yang kurasakan semakin hari kami makin kompak.

Sebagai istri pun aku tahu diri. Sibuk bekerja dan mengurus anak, tidak bisa jadi alasan untuk melalaikan kebahagiaan suami.

Seorang pakar pernikahan mengatakan kunci pernikahan yang harmonis adalah komitmen, komunikasi, dan keintiman. Ngomong-ngomong soal keintiman, dengan kekuranganku, aku berusaha mempersembahkan yang terbaik untuk abi. Apalagi untuk membina keintiman itu belum tentu bisa kami lakukan setiap hari.



Salah satu cara untuk mewujudkan keintiman yang berkualitas adalah dengan rajin merawat daerah istimewaku agar selalu bersih, sehat, dan kencang. Kupilih #ResikVKhasiatManjakaniWhitening menjadi #pembersihkewanitaan yang kuandalkan saat ini.

Produk #pembersihkewanitaanyangaman ini mudah didapatkan di toko-toko terdekat dengan kisaran harga 17 ribu per botol 90ml. Bentuknya agak kental, akan tetapi kalau dibusakan, busanya tidak terlalu banyak dan cepat menghilang. Ini menandakan kalau pembersih yang teruji secara klinis #mengencangkanareakewanitaan dan #mencerahkanareakewanitaan ini tidak mengandung deterjen.

Kental seperti sampo


Busanya tidak melimpah

Cara membersihkan area kewanitaan dengan #ResikVManjakaniWhitening juga sangat mudah. Tuangkan ke telapak tangan, busakan dengan air, basuhkan ke area kewanitaan (pangkal paha), diamkan 1-2 menit. Bilas hingga bersih.

Penggunaan Resik V Khasiat Manjakani Whitening secara teratur bisa menjadi penyumbang terwujudnya #keharmonisakeluarga. Karena dari 200 pengguna Feminine Hygiene menunjukkan produk dengan botol berwarna putih ini #2xmencerahkanmakinmengencangkan. Hal itu karena bahan penyusun utamanya adalah Ektrak Bengkoang (mencerahkan kulit) dan Ekstrak Manjakani (mengembalikan kekencangan area kewanitaan dan menghilangkan bau tidak sedap).

Setelah sepekan menggunakan Resik V Khasiat Manjakani Whitening ini yang kurasakan adalah lebih harum, cerah dan semakin kencang. Saat aktif beraktivitas di sekolah, tentu berkeringat, di area kewanitaanku tidak terlalu bau (bakteri). Selain itu aku juga tidak mengalami ruam (akibat kulit sering bergesekan saat aktif bergerak). Jadi, aku makin percaya diri saat bersama suami. Wanginya itu lho, khas banget. Seperti bunga melati, tapi beda dikit lah. Meskipun sudah dibilas, tetap nempel.


Nah, itulah caraku untuk mewujudkan keluarga yang harmonis meskipun terpaut usia yang jauh dengan pasangan. Intinya, setiap kali ada masalah, aku selalu ingat bahwa manusia itu ada kurang dan lebihnya. Tugas pasangan adalah melengkapi. Pokoknya ilmu mengingat, menimbang, kemudian memutuskan harus digunakan.

Selama empat tahun menikah maka setiap hari aku belajar hal baru. Pokoknya learning by doing lah. Aku juga sering sekali belajar dari mereka yang sudah menikah dengan usia pernikahan puluhan tahun. Dari sekian poin di atas, kalau kamu ada pengalaman lain, boleh lho di share di kolon komentar. Aku dengan senang hati akan belajar lagi.

32 komentar:

  1. Waah wahh wahh.. aku terkagum kagum jadinya. Ga masalah ya mba.klao aku sama abi terpaut 3 tahun. Tp aku momong aku banget. Ketoke ak kudu tumbas itu juga deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Resik V ini patut masuk list barang yang harus di kamar mandi, Mbak.

      Hapus
  2. Memang laki-laki dan perempuan itu beda, Ika. Baru aja di grup yg lain obrolan juga seputar pengungkapan perasaan, bedanya antara suami dan istri. Suami mana tau dia salah apa kalau istrinya ngambek doang tanpa bilang ada masalah apa. Aku pun juga mengalaminya di awal2 nikah dulu.

    Kalau aku dan suami sebaya sih ya, temen dolan, jadi ga ada yang saling momong. Sama2 rusuh dan sakkarepe dewe. Yang penting sayang2an jalan terus hihiii... Mau nyobain nih si manjakani whitening ben dimanja teruuuss..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku rasa ini memang tantanganku di awal2 pernikahan, Mbak. Semoga kami langgeng sampai jannah.

      Hapus
  3. Semoga langgeng selalu ya Diyanika... BTW, itu ilustrasi yg Doodle bikin salfok
    .😃

    BalasHapus
  4. Aku jugaaa tambah subur pasca menikaahh mbaakk hehe

    BalasHapus
  5. Senangnyaaa denger cerita mba diyanika. Samawa everafter ya mbak...aku cuman selisih setaon sama suamiku. Cuman dia mbarep aku ragil. Jd bener kek botol ketemu tutup gt deh 😁

    BalasHapus
  6. Aih, tulisannya bikin baper. Makasih ya udah diingatkan lagi cara menjaga pernikahan. Keren! 👍

    BalasHapus
  7. Bacanya sambil senyum2 sendiri (pas ttg ultah) beda usia jauh malah saling melengkapi ya. Beda usia ma suamiku dikit mbak. Masih sering muncul ego. Tapi memang penuh warna. Semoga langgeng trs ya mbak 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha...Mbak Wahyu kayak gitu juga nggak sih? Wkwkwk

      Hapus
  8. Haduh ceritanya mengharu biru. Aku yg masih jomblo ini bisa apa? Hihihi

    BalasHapus
  9. Barakallah Mba Ika... Bapak-ibuku menikah jarak usianya 11 tahun 😊😊

    Kalau aku sama suami seumuran, mudaan suamiku 3 bulan ((tapi kata rangorang kaya selisih 3-5 tahun lebih tua dariku wkwkwkk)).

    Baca cerita Mba Ika aku sambil senyum-senyum karena ngalamin hal yang sama juga.
    Memang Allah sudah ngasih pasangan yang Pas. Yang cerewet sama yang pendiam, dll. Kebayang kalo cerewet semua pas berantem nggak ada habisnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini hal yg lumrah kan, Mbak? Dan kebanyakan dialami sama kita2 di awal pernikahan?

      Hapus
  10. Wah kalau aku mah cuma terpaut setahun dengan suamiku mbak diyanika, betul sekali kalau rumah tangga harus selalu saling, dan bumer pakmer beda 10 taun usianya awet pernikahannya sampai sekarang, adikku ma suaminya terpaut 7 tahun dan sepupuku ada yang 10 taun juga tetap awet kok :)

    BalasHapus
  11. Mitos ya kayanya selisih 10tahun bakal cerai. Berapapun selisih usia suami istri, tergantung mereka juga gimana menghadapi masalah yang muncul sepanjang pernikahan. Aku sama suami selisih 9bulan tuaan suami. Dia ngemong jugak sih dan lebih sabar dibandingkan aku.

    Aku udah pakai juga Resik V Manjakani nya, biar makin wangiii

    BalasHapus
  12. Semoga langgeng dan sehat selalu ikaa

    BalasHapus
  13. So sweet banget deh suami yang mau membantu kerja rumah tangga..juara..

    BalasHapus
  14. Aku senyum senyum sendiri baca part ngambek lupa ulang tahun..suamiku juga gitu, bahkan ultah dia sendiri aja dia suka lupa..so komunikasi yang baik memang penting kalau nggak mau ada perang dunia ketiga 😁😁

    BalasHapus
  15. komunikasi memang penting untuk menjaga keharmonisan rumah tangga ya

    BalasHapus
  16. Susah senang selalu dirasakan bersama. Saling menerima kelebihan dan kekurangan demi ketentraman rumah tangga. Semoga bahagia selalu bersama keluarga ya Mbak :)

    BalasHapus
  17. Meskipun terpaut sepuluh tahun, semoga tetap langgeng ya mbak :), komunikasi memang penting sih

    BalasHapus
  18. Walaupun usia terpaut jauh kalau kita bisa menjaga hubungan dalam pernikahan bisa juga bahagia ya Mba..

    BalasHapus
  19. Kalau saya cuman terpaut 2 tahun mba, ya saling momong, meski banyakan suami yang momong hihi

    Saya juga pakai resik V ini mba, emang bikin resik deh.
    Jadi makin pede melayani suami :)

    BalasHapus
  20. emang menjadi suami istri itu belajar dan berbagi seumur hidup ya mbak.

    BalasHapus
  21. Wah seru ya kalo inget soal romantika awal2 nikah..kyk ceritanya mba ika yg lupa ultah itu..kesel sekaligus pgn senyum hehe..moga langgeng ampe ahir hayat ya mba😊

    BalasHapus
  22. Masyaallah. Cerita tentang jahitan yg putus itu bikin aku terharu juga mbak Barakallah yaaa... Semoga bahagia selalu

    BalasHapus
  23. Aku masih baru menikah 3 bulan, mbak. Sama suami cuma beda 1 tahun aja. Mudah-mudahan aku juga bisa seperti mbak merajut cinta dengan Abi nya ya... Semoga berkah terus ya mbak rumah tangganya

    BalasHapus
  24. Orang tuaku mbak, terpaut 10 tahun. Kalau aku dan suami beda 5 tahun. Semoga langgeng dan bahagia ya mbak.

    BalasHapus
  25. Ini ceritanya so sweet banget, berasa baca cerita fiksi tapi di dunia nyata.

    BalasHapus