Kamis, 17 Januari 2019

Berdamai dengan Liburan, Cari yang Murah Tapi Tetap Asik


Umumnya, setiap orang saat mendengar kata liburan pasti hepi. Gambaran tempat-tempat wisata yang menggugah rasa begitu jelas tergambar. Dulu, itu tidak berlaku untukku.


**** 

“Pyaaaarrrrr….”

Kepingan celengan kudaku berceceran. Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Aku meringkuk di dekat kursi yang ada di ruang tamu. Bapak dan ibuku saling membentak. Nada suaranya semakin meninggi. Tiba-tiba nenekku sudah masuk ke dalam rumah dan bergabung dalam bentakan demi bentakan. Apa seperti itu kegemaran orang dewasa? Selalu bertengkar.

Di usiaku yang belum genap untuk masuk TK, aku sudah sering sekali melihat bapak dan ibuku bertengkar. Ingatanku dipenuhi dengan situasi mencekam, piring pecah, dinding rumah yang dihantam, minyak tanah berhamburan, foto pernikahan yang dibakar dan terakhir adalah celengan kudaku.

Sedih dan takut, itu yang kurasa. Tak ada yang memelukku. Bahkan kedua orangtuaku seakan egois dengan perasaannya. Padahal sehari sebelumnya kami begitu bahagia menikmati liburan di Pantai Parangtritis. Bapak mengajakku naik kuda, bermain pasir, dan membelikanku celengan kuda berwarna cokelat. Tapi, bahagiaku sirna begitu saja saat melihat mereka bertengkar lagi dan lagi.

Semenjak kejadian itu, setiap kali mendengar kata liburan, aku selalu ketakutan. Satu yang kutakutkan, saat aku pulang dari liburan, aku akan melihat kedua orangtuaku bertengkar lagi. Sungguh, aku merasa tidak nyaman dengan ketakutan itu. Aku ingin sekali seperti orang lain. Tapi, semua kupendam sendiri. Pojok kamarku adalah saksi di mana aku selalu meringkuk ketakutan saat kedua orangtuaku bertengkar.


Berdamai dengan Masa Lalu 

"Jika bercerita kepada orang lain bisa membuatmu lebih baik, lakukanlah!" kata Kak Yasin, trainer ESQ, di depan semua peserta workshop.

Sepulang mengikuti workshop ESQ (Emotional Spiritual Quotient) di kampus, kutekadkan untuk menceritakan 'sakitku' selama ini kepada seseorang. Aku sudah tidak sanggup menanggung rasa itu sendirian.

Aku ingat betul, waktu itu selepas isya, warnet depan kos sudah mulai sepi. Kubuka akun facebook. Kulihat seseorang yang kumaksud sudah online. Kuceritakan semua yang kualami kepada seseorang yang kukenal dari sana. Entahlah, rasa nyamanku tumbuh begitu saja dengannya. Beruntung, laki-laki itu kok ya sekarang jadi pasangan hidupku. (((Kapan-kapan aku ceritakan perkenalanku dengan suami lewat Facebook)))

“Sabar dan maafkanlah…”, begitu beliau memberiku nasihat. Aku sempat menolaknya, tidak semudah itu. Tapi, rasa takut yang menyiksa itu justru memaksaku untuk mau nggak mau menerima semuanya.

Dari beliau aku belajar pelan-pelan menikmati hidupku tanpa tekanan rasa takut. Aku melewati proses yang panjang dan bertahun-tahun untuk menyembuhkan diriku sendiri, self healing.



Mengakui
Pelan, kuraba sedikit demi sedikit rasa takut dalam diriku. Semua berawal dari tahap mengakui ini. Dulu aku sering menutupi bahwa aku ini baik-baik saja. Aku pintar menyembunyikan perasaanku. Apalagi aku anak tunggal. Kebanyakan orang tahunya kalau anak tunggal itu hidupnya bahagia. Ku-iyakan semuanya. Padahal belasan tahun aku hidup dengan rasa takut yang luar biasa. Pelan-pelan kuakui bahwa aku memang tidak bahagia dan aku bermasalah.

Membuka diri
Kok masalah satu belum selesai sudah ada lagi ya? Hidupku menderita banget. Padahal yang lain hepi-hepi saja.

Aku pernah berada di titik seperti itu. Betapa aku tidak bersyukur banget ya? Tapi, itulah nyatanya. Lambat laun kusadari bahwa setiap manusia tidak akan pernah jauh dari masalah. Masalah hadir karena ada solusi yang ditawarkan. Toh, dengan masalah, ketakutan yang begitu menyiksa itu, justru aku merasa lebih kuat. Aku bisa setegar sekarang setiap kali ada masalah, ya, karena masa laluku yang begitu menyiksa.

Memaafkan
Ketakutan itu hadir jelas meninggalkan luka yang dalam pada diriku. Aku selalu menyalahkan kedua orangtuaku, betapa mereka sangat egois. Bisakah mereka tidak hobi bertengkar, saling marah satu sama lain? Pertanyaan itu selalu berulang-ulang dalam benakku. Mengendap sampai berkerak, mungkin.

Ternyata Allah punya cerita yang tak pernah kuduga sebelumnya. Profesiku sebagai guru yang dipilhkan oleh orangtuaku pula ini, justru menyadarkanku, betapa marah-marah itu lumrah terjadi dalam kehidupan kita. Tergantung bagaimana kita menerapkan dan menerimanya. Nyatanya saat ada anak didikku yang tidak sesuai dengan norma, aku jelas akan marah. Mungkin begitu juga pada kedua orangtuaku. Kenapa tidak aku memaafkan mereka? Toh, mereka juga bukan malaikat.

Apalagi saat ini, setelah aku memiliki anak, betapa susahnya menjaga diri untuk tidak marah-marah kepada suami atau sebaliknya di depan anak. Padahal aku tahu, kalau bertengkar di depan anak akan menciptakan trauma pada sang buah hati. Seperti yang kualami. Bukankah ini sangat memalukan untukku? Kusalahkan orangtuaku tapi nyatanya aku melakukan kesalahan yang sama.

Alhamdulillah, kini kubisa memaafkan semua. Termasuk memaafkan diriku sendiri dan menghaturkan taubat. Tak lupa kusampaikan maaf yang setulus-tulusnya kepada bapak dan ibu, serta mendoakan mereka agar selalu diampuni Allah. Bismillah, semua kulakukan karena Allah.



Sekarang, masih takut liburan? Hoooo...ya tidaklah. Takut liburan maka obatnya yang paling mujarab adalah liburan itu sendiri.

Sudah tiga tahun ini aku melawan rasa takutku untuk liburan. Tunggu dulu, liburan sih liburan, tapi tetap ada syaratnya, diantaranya harus bersama keluarga besar dan tidak terlalu jauh dari rumah. Pelan-pelan dulu lah. Semoga kelak aku berani liburan bertiga dengan suami dan Kak Ghifa ke tempat yang lebih jauh, syukur-syukur dengan naik pesawat.

Berenang itu Liburan yang Murah Tapi Tetap Asik

Kak Ghifa itu sangat hepi saat aku, suami, bapak, dan ibu bisa berkumpul bersama. Sepanjang hari dia bisa tertawa riang dan nyaris tidak pernah rewel. Akan tetapi itu tidak selalu bisa terwujud. Kenapa? Karena aku liburnya hari Minggu sedangkan bapak dan ibu hari Jumat. Alhasil kita bisa kumpul lengkap kalau hari Kamis malam saja.

Demi kebahagiaan kami semua, bisa nggak bisa setiap akhir tahun kami harus meluangkan waktu bersama. Sudah cukuplah setiap hari selalu memegang prinsip time is money. Waktunya meregangkan tubuh sejenak tanpa memikirkan pekerjaan.

Berenang, itulah liburan yang kami pilih. Akhir tahun 2018 kemarin adalah untuk ketiga kalinya kami menghabiskan waktu dengan kegiatan dan di tempat yang sama. Letaknya tidak jauh dari rumah kok, sekitar 30 menit sudah sampai.
Insya Allah keluarga kita termasuk keluarga yang bahagia.
Jangan lupa liburan ya agar keluarga dan pekerjaan tetap seimbang!

Seminggu sebelum berenang, agar liburan berjalan dengan lancar, aku selalu membuat perencanaan. Apa saja sih yang kurencanakan?
  1. Waktu pemberangkatan dari rumah pukul 07.00 dan keluar dari kolam renang sekitar pukul 11.00. Karena biasanya kalau makin siang makin ramai. Jadi, kami berangkat saat pengunjung kolam renang masih sepi dan saat orang-orang baru berdatangan, kami giliran pulang. Ini berdasarkan pengalaman dari tahun ke tahun. Karena kalau datang kesiangan Kak Ghifa akan rewel (adaptasinya di tempat baru memang agak susah), tidak dapat gazebo, dan tentunya kulit Kakak yang sensitif akan berakhir dengan gatal-gatal.
  2. Mendata siapa saja yang akan ikut berenang. Rencana dari awal aku, suami, Kak Ghifa, bapak, ibu, Rena (keponakanku), dan bulek. Total ada 7 orang. Karena Kakak masih di bawah 90 cm, jadi yang beli tiket masuk hanya 6 orang x Rp 25.000. Jadi, tiket masuk Rp 150.000. Ditambah lagi uang solar mobil bapak Rp 50.000, biaya parkir Rp 5.000, sewa pelampung besar Rp 10.000 dan sewa gazebo Rp 20.000. Yah, paling tidak aku harus sedia uang Rp 250.000an.
  3. Menyiapkan makanan berat, buah, serta minuman apa saja yang akan dibawa. Aku bahkan sengaja membawa snack untuk Kak Ghifa. Karena Kak Ghifa kalau sudah main air sering lupa makan. Makanya, makanan ringan sangatlah penting. Untuk budget makanan dan minuman kujatah 250.000 juga.
  4. Membuat list bawaan dalam tasku; ada handuk, baju ganti, sampo, minyak telon, bedak, dan beberapa alat perangnya Kak Ghifa.
  5. Membawa beberapa mainan favorit Kak Ghifa.
  6. Air di botol untuk mandi Kak Ghifa agar tidak kelamaan antre.
  7. Sunblock jangan sampai ketinggalan
  8. Transportasi yang kami pilih mobil bapak
Namanya manusia hanya bisa berencana akan tetapi tetap Allah yang berkehendak. Tiga hari sebelum berangkat renang, semua sudah siap termasuk dananya. Akan tetapi, kabar buruk datang. Ban mobil bapak pecah dan nokselnya minta ganti. Wassalam. Uang dari mana? Itu dalam keadaan mobil bawa dagangan yang akan dijual esok hari. Kalau nggak dibelikan ban, bagaimana sampai rumah?

Sedikit potret kebersamaan kami saat liburan

Mau tidak mau ban dan noksel bapak harus dipentingkan. Saat iku aku hanya berpikir, ya sudahlah, berenangnya kapan-kapan saja kalau ada rezeki lagi. Aku juga sampaikan ke Rena dan bulek kalau tidak jadi mengajak mereka berenang dengan alasan yang sebenarnya.

Pucuk dicinta ulampun tiba, sehari sebelum hari H, alhamdulillah, aku mendapat email penawaran job membuat artikel dari orang luar negeri. Senangnya lagi, dia langsung membayarnya di muka. Tapi, konsekuensinya memang artikel harus jadi esok hari juga. Sssttt......Kamu tahu tidak, jumlah fee yang kuterima itu sama jumlahnya dengan uang yang kugunakan untuk menservis bapak. Subhanallah. Maha Suci Allah.


Pagi hari, kami sudah siap semua. Semua perencanaan yang kususun sudah beres. Kami pun berangkat tepat pukul 07.00. Sampai di kolam renang baru ada 2 mobil dan beberapa sepeda motor.

Seperti biasa, di awal-awal turun ke kolam renang Kak Ghifa agak talut-takut gitu. Untung saja membawa mainannya, jadi ya sangat terbantu. Lama-kelamaan dia sangat enjoy. Dari pinggir kolam, lama-kelamaan minta naik pelampung. Kemudian main busa-busa yang berhamburan. Bahkan saat waktunya naik dan mandi, Kak Ghifa sempat rewel

"Emoh mentas (Tidak mau mentas)." tolak Kak Ghifa.

Dari ketiga kalinya liburan akhir tahun, inilah liburan yang paling asik. Sekalipun liburan sambil mengerjakan job menulis, melihat Kak Ghifa hepi dan kebersamaan keluarga kami, itu lebih dari sekadar cukup bagiku. Liburan yang murah tapi tetap asik. Bukan perkara sejauh mana kami pergi, tapi kebersamaan keluarga itu sangat berharga. Bukankah, begitu?


Semakin asik lagi apabila liburan kemarin ada ASUS Zenbook UX391UA di dalam tasku. Kemarin itu aku membawa notebookku untuk menyelesaikan job di gazebo sambil menunggu Kak Ghifa selesai berenang bersama abinya lho. Karena beratnya sampai 3 kg, saat berangkat sampai terjun ke kolam renang, aku sengaja memakai baju yang sama. Datang langsung nyemplung deh. Itulah salah satu caraku agar meringankan tas yang kubawa. Terpenting keperluan Kak Ghifa sudah masuk semua lah.

Berbeda cerita lagi kalau yang kubawa itu ASUS Zenbook UX391UA. Bisa jadi, aku dan suami tidak perlu menomor duakan kebutuhan kami dibandingkan milik Kak Ghifa. Karena laptop yang dilengkapi engsel ErgoLift nan unik ini beratnya kisaran satu koma sekian dan ketebalannya 12,9 mm. Mili meter lho ya. Tipis banget, kan? Sulit membayangkan tipisnya? Kamu tahu buku tulis anak sekolah yang isinya 38 lembar, nah, itu ukurannya 5 mm, ya, laptop ini tebalnya kira-kira 2 buku tulis isi 38 lembar itulah.

Liburan membawa anak tentu beda dengan berlibur sendiri atau bersama pasangan saja ya. Kesenangan dan kenyamanan anak adalah yang utama agar tidak rewel. Awal-awal masuk ke air, aku berusaha banget mendampingi Kak Ghifa agar tidak takut. Setelah dia nyaman dengan situasi dan kondisinya, baru kulepas dengan abinya. Kemudian aku langsung ganti baju dan cus mengerjakan job.

Saat mengerjakan job, sesekali kulirik ke arah kolam renang. Ada rasa khawatir kalau tiba-tiba Kak Ghifa kembali ke gazebo dan menarikku untuk ikut terjun ke kolam lagi. Alhasil beberapa kali kuubah posisiku, kumiringkan lagi layar notebookku. Mencari posisi yang pas antara mata dan layar agar aku bisa nyaman mengetik. Karena kalau aku nyaman mengetik, jelas pekerjaanku bisa cepat kelar.
ASUS Zenbook UX391UA, meskipun ringan dan tipis, tapi dengan ErgoLIft Design, laptop ini sudah mendapat pengakuan dan penghargaan tingkat internasional kalau pemakaiannya sangat nyaman, performa audio kelas premium, dan sirkulasi udara yang lancar sehingga tidak mudah panas. Oiya, satu lagi, keyboard yang berlampu latar warna emas beserta lid sewarna menambah anggun dan mewah laptop ini. Siapa yang tak bermimpi memilikinya?

Tipis, ringan, tingkat kenyamanan penggunanya sangat diperhatikan, dilengkapi dengan desain yang ciamik, kemudian bagaimana dengan komponen lainnya seperti prosesor, baterai, RAMnya?  ASUS Zenbook UX391UA ini dilengkapi dengan RAM 16 GB dan prosesor Intel® Core™ terbaru (generasi ke-8) yang tentu tidak akan membuat penggunanya jengkel karena menunggu loading yang lama. Pun baterainya, digadang-gadang bisa mengisi sebanyak 60% dalam 45 menit saja. Bukankah ini benar-benar asik apabila digunakan untuk liburan? Jadi, waktu kita tidak akan habis terbuang sia-sia. Liburan jalan, pekerjaan pun jalan.

Kemudian, kamu sering nggak sih, pas liburan, eh, tahu-tahu memori kamera atau HP kita penuh? Mau dipindah ke laptop takut kelamaan malah kehilangan momen-momen indah. Eitss....tunggu dulu, berbeda kalau pakainya ASUS Zenbook UX391UA. Karena dengan dilengkapi Thunderbolt™ 3 di dua dari tiga port USB-C™, dan ketiga port tersebut mendukung pengisian cepat, transfer data dan konektivitas layar. Wow, betapa Zenbook ini begitu memanjakan perjalanan liburan kita ya!
Setelah pekerjaanku beres, alhamdulillah Kak Ghifa juga sudah mulai naik dari kolam. Kulihat bibirnya sudah mulai pucat. Kalau dibiarkan berlama-lama bakalan masuk angin deh. Akhirnya kumandikan Kak Ghifa di dekat gazebo dengan menggunakan air yang sudah kami siapkan dari rumah. Sembari ganti baju dan dibalur seluruh tubuhnya dengan minyak telon, dia mulai merengek minta makan. Lapar ya, Kak? Hihihi.

Liburan akhir tahun kami tutup tepat pukul 11.00. Kolam renang pun sudah mulai penuh dengan lautan manusia. Sampai di luar kolam renang, betapa mobil dan bus-bus memenuhi pinggir jalan. Kami yang melihat merasa beruntung karena memilih datang lebih pagi. Kak Ghifa pun tadi asik main air, baru naik mobil langsung tertidur pulas di pangkuanku dengan bahagia.

Foto diambil oleh ibu yang duduk di jok depan.

Tak lupa kuucapkan, "Sampai jumpa akhir tahun 2019. Semoga bisa ke sini lagi dengan jumlah keluarga yang lebih banyak."

Terakhir, apa yang kualami di masa lalu, ketakutan yang ada dalam diriku sesungguhnya adalah wujud dari kemarahan-kemarahanku yang terlalu dalam. Benar adanya apabila Ustadz Danu mengatakan bahwa serahkan semua kepada Allah. Karena apa yang terjadi di dunia ini atas izin Allah dan karena Allah. Tugas kita sebagai manusia adalah selalu memohon ampun dengan sungguh-sungguh atas kesalahan-kesalahan kita dan melakukan apapun karena Allah.

Mari kita nikmati hidup dengan cara yang terbaik. Menghabiskan waktu bersama keluarga adalah satu cara yang paling mudah. Yuk, berlibur bersama keluarga, tidak perlu yang jauh apalagi mahal, yang penting selalu bersama! Nah, akhir tahun kemarin kamu ke mana dan bersama siapa? Semoga kamu juga merasakan kebahagiaan di penghujung akhir tahun 2018 untuk menyongsong kebahagiaan-kebahagiaan selanjutnya ya.

Ssssstttt.....satu lagi. Tahu tidak, apa kabar dengan notebookku setelah liburan kemarin? Ujung layarnya pecah. Mungkin karena tertimpa bawaan yang lain. Karena saat sudah rempong ngurusin makan Kak Ghifa, tas ranselku dibawa oleh suami dan diletakkan begitu saja di mobil. Lupa kali ya kalau ada notebook di dalam. Makanya, penting banget nih kalau ada yang mau beli laptop baru di tahun 2019 ini, coba deh cari ASUS Zenbook UX391UA. Karena sudah menggunakan desain bodi khusus dan tersertifikasi Military Grade MIL-STD 810G. Jadi, laptop ini sangat kokoh karena sudah melewati pengujian yang ekstrem. Mau jatuh, guncangan yang kuat, penggunaan di ketinggian, sampai tes di suhu tinggi dan rendah pun lolos secara mulus. Jadi, jangan salah pilih ya!

36 komentar:

  1. Seru banget mbak liburannya :D

    BalasHapus
  2. Keren banget kak laptop nya

    BalasHapus
  3. Mantaap mbak, biar liburan tetep produktif. Nanti hasilnya buat liburan lagi. Hehehe

    BalasHapus
  4. ASUS Zenbook UX391UA memang mantul, mantab betul :D

    BalasHapus
  5. Bagus banget tempat liburannya :D

    BalasHapus
  6. Mbk, semoga dapet rejeki untuk punya laptop baru, rejeki utk bisa memiliki laptop kece ASUS Zenbook UX391UA. Punya laptop ini pasti bakal mendukung banget aktivitasmu sbg seorang guru juga bloger ya mbk

    BalasHapus
  7. Amin. Semoga segera mendapatkan komputer idamannya ya Mbak. Supaya segala aktivitas bis berjalan lancar...

    BalasHapus
  8. Liburan bawa laptop ini emang kayaknya seru ya Mbak. Apalagi karena kita bawa anak kecil. Bawaan nggak berat, nggak menuh-menuhin tas, udah gitu nggam gampang rusak kalau kebanting.

    BalasHapus
  9. Laptop idaman akoo..
    Btw liburannya seru banget

    BalasHapus
  10. Wah mbaa.. aku jadi teringat kenangan dan trauma masa kecil juga nih haha sempat melalui masa2 berat yabg tidak bisa diceritakan, tapi akhirnya lega juga karena bisa dibagi dengan orang terdekat.

    Btw itu laptop idamanku juga si mbaa hahah

    BalasHapus
  11. Benar banget ya, salah satu cara mengatasi trauma adalah dengan menghadapinya, dengan mengakuinya.
    Jadi kita akan terbiasa dan bisa memaafkan masa lalu.

    Asyik banget ya liburan sambil bawa Asus.
    Anak lama berenang, kitanya bisa me time buka laptop.
    Udah gitu gak berat pula, ringan di bawa ke mana-mana :)

    BalasHapus
  12. Mudah2an #2019pakaizenbook ya mbak.. Aamiin.. Biar kapan pun kerja sudah ga masalah

    BalasHapus
  13. Semoga traumanya segera terkikis habis ya Ika.. Dan semoga berjodoh dg Asus baru yg keren ini.. Aamiin ..

    BalasHapus
  14. Saya kalau pergi liburan gitu (apalagi staycation), selalu bawa laptop. Gak tahu kenapa, bawaannya parno aja kalau ditinggal di rumah. Kepikiran banyaknya bahan kerjaan dan foto-foto kenangan di dalamnya.

    Bagus yaa laptop asus zenbook ini. Ringan, jadi praktis dibawa liburan kemana-mana.

    BalasHapus
  15. Laptop idaman banget ASUS, praktis diboyong saat liburan pun

    BalasHapus
  16. Berlibur, membuat perasaan dan pikiran cenderung lebih fresh karena tidak "dikejar" pekerjaan hehehe
    Itu justru bikin makin produktif ya, sip

    BalasHapus
  17. Senangnya kak Ghifa renang..
    Aku dah nggak punya leptop, ada sih tapi rusak. Pingin banget tahun ini ganti leptop yang yahud

    BalasHapus
  18. Aku pun pernah liburan bawa laptop karena ngejar setoran *eh nulis artikel untuk job.

    Iyes, memaafkan itu mulia, dimulai dari ikhlas dan memahami setiap situasi

    BalasHapus
  19. Salut sama Umi Kak Ghifa ini. Ngerjain job aja bisa di kolam renang ih.

    BalasHapus
  20. Mengakui, membuka diri, dan memaafkan. Noted! Btw ini laptop idaman banget ya..tipis ringan mudah diangkut kemana-mana.

    BalasHapus
  21. Ah ASUS dari kemarin bikin kumupeng deh...pengen unya laptop yg bs dibawa bawa kalau jalan2 aamiin..

    BalasHapus
  22. Aku juga nih sering banget kejadian meminimalisir barang bawaan demi bawa barang anak anak hehe, kalau ada zenbook s ini pasti bisa lebih ringan ya

    BalasHapus
  23. Huaaaa, jadi makin pengen ganti laptop juga nih secara laptopku yg sekarang sepertinya sudah ingin resign dari tugasnya. ASUSnya keren ya Mbak, speknya itu, bodynya, beratnya, duuhhhh... *kencangin ikat pinggang, intip harganya bikin melongo tapi worth it lah yah.

    BalasHapus
  24. Untung aja bawa ASUS ya jadi bisa dikerjakan dengan cepat. Sebenarnya caranya mudah ya mbak kalau punya trauma tergantung niat kita sendiri apakah mau mengakui dan memaafkan

    BalasHapus
  25. Berenang emang liburan yang paling murah ya dan anak-anak suka banget dengan renangg hehe

    BalasHapus
  26. Yang lain berenang, kita bisa sambil ngetik di Asus zenbook ya mbak.
    Ringan banget deh itu, RAM nya juga besar ya.

    BalasHapus
  27. Tooss aku juga kenalan ma suami dr FB haha :P
    Berenang emang liburan yang murah meriah ya mbak :D APalagi kalau deket rumah aja. Wah kok bisa pecah layar laptopnya? Moga dapat gantinya yg lbh baik ya mbak? Gud luck

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kemungkinan ketimpa baju-baju, Mbak. Pas naruh di mobil sembarangan.

      Hapus
  28. Aku setuju dengan pentingnya komunikasi dalam kelaurga mba..supaya tetap terbuka dan bahagia selalu ya mba. Dan have fun dengan Asus..

    BalasHapus
  29. saya juga pengen bisa liburan sambil bawa laptop biar bisa tetap apdet, sayangnya laptopku berat jadi agak susah dibawa kemana-mana. Semoga saya juga bisa memiliki laptop keren ini juga, amiiin

    Btw, sukses lombanya yaa, Mba Ika :)

    BalasHapus
  30. Kayak aku gini sering banget liburan cari yang hemat tapi tetap anak-anak bahagia karena itu hak mereka ya. PR banget deh jadi orangtua hehehe, biasanya kami kalau mentok ya renang karena dekat rumah

    BalasHapus
  31. Asus emang jagoan banget soal laptop
    Saling terbuka kunci dari sebiah hubungan jadinya ya Mbak. Semoga sukses.ya mbaaa lomba Asusnya

    BalasHapus
  32. Seperti suami ku, biar liburan pun laptop gak pernah ketinggalan hehe.

    BalasHapus
  33. Mengakui, membuka diri dan memaafkan...

    BalasHapus
  34. Seru banget nih liburannya bersama keluarga tercinta. Baca postingan ini aku jadi teringat diriku sendiri yang ingin mencoba berdamai dengan masa lalu.

    BalasHapus