Kamis, 08 Oktober 2020

Jangan Nunggu Sekarat Baru Punya Dana Darurat



Seminggu sakit, aku jadi belajar tentang banyak hal yang berhubungan dengan kesehatan, pun soal dana darurat. Dana apakah itu? Bagaimana caranya mengumpulkan dan menyimpan? Gunanya untuk apa dan apa hubungannya dengan kesehatan?

Minggu ini aku masih dalam masa pemulihan. Sebenarnya aku juga cukup heran, kok tiba-tiba oleng? Kamis sampai Senin aku izin nggak masuk sekolah.

Selama rebahan itulah aku mengurai, apa yang sebenarnya terjadi pada diriku? Karena selama ini asupan yang masuk dalam tubuh sangat kuperhatikan. Kalau perkara pekerjaan dan banyak pikiran/tekanan, ya, biasalah. Bedanya memang kemarin mau ujian SKB CPNS.

Ternyata oh ternyaya, memang salahku sendiri. Aku tahu betul tubuhku ini bakalan oleng kalau telat sarapan. Karena kesibukan di sekolah, persiapan ujian SKB CPNS dan faktor 'halah', dua hari aku absen sarapan. Pukul 10.00 baru nyemil buah.

Hasilnya?

Pulang ujian, dari UNNES sampai rumah, aku muntah mulu. Lemes deh badan. Bangun-bangun badan nggak karuan. Masih bertahan tuh nggak periksa. Cukup memperbanyak makan buah, makanan bergizi, dan istirahat.

Baca cerita ujian SKB ku di postingan dengan judul Belajar Yakin Pada Diri Sendiri

Empat hari kemudian berangsur membaik, tapi kepala masih berat. Suami ngajakin periksa, aku masih nolak. "Besok sudah mendingan. Istirahat saja lagi."

((Aku ngurangin banget minum obat))

Eh, pas Minggu pagi, memang sudah mendingan, tapi kepala masih kliyengan. Apa yang salah nih?

Baru deh aku mau periksa. Tapi, hari Minggu. Puskesmas tidak melayani periksa. Dokter keluarga juga pada tutup. Ini kalau nggak pegang uang, gimana mau periksa?

Nah, dari sinilah aku disadarkan kembali kalau DANA DARURAT itu memang harus PUNYA dan ada di rumah.

Kalau nggak?

Ngenes. Mau periksa kok nggak ada uang.

Dari awal merasa nggak enak badan, aku mengandalkan DANA DARURAT. Misalnya, beli makanan, karena aku nggak bisa bangun, meski di kulkas ada bahan-bahan buat dimasak, tapi kasihan suami karena sudah mengurus semua urusan rumah, ya, sudah mendingan lauknya beli saja. Belum lagi untuk beli buah dan vitamin. Eh, mau beli susu beruang, per hari satu, kalau seminggu sudah berapa?

Kalau nggak ada DANA DARURAT, terus mau beli pakai apa? Sudah sakit, nggak pegang uang sama sekali.

Atau malah ada cerita gini, ada DANA DARURAT, tapi di ATM. Lah, lagi kliyengan masak iya harus jalan ke ATM. Apalagi suamiku orangnya anti banget sama yang namanya ATM. Dari dulu memang nggak mau yang berbau ATM. Nabung ya ke bank yang nggak usah pakai ATM. Nah, mau ambil uang dulu ke bank, hari Minggu. Kalau pas hari biasa nggak tega ninggal aku lama-lama karena antrenya di bank lama.

Bukankah memang DANA DARURAT itu memang harus ada? ADA DI RUMAH juga. Bukan hanya disimpan di bank?

Aku punya cerita saat menemani almarhumah ibuku selama kemoterapi.

Jadwal kemoterapi keluar, dokter mewanti-wanti paling nggak bakalan rawat inap selama seminggu untuk jaga-jaga misal ada efek samping yang dirasakan ibu. Sebelum dapat kamar, ibu sudah bilang ke aku kalau harus pegang uang paling nggak dua jutaan, duh, aku kalau ingat merasa bersalah banget, dulu nggak punya DANA DARURAT. Ibuku sakit tapi masih mikir perkara uang.

Untuk semua perawatan di rumah sakit ibuku pakai BPJS mandiri. Tapi, aku yang nunggu ibu selama seminggu apa nggak makan dan minum? Eh, tisu basahnya habis. Ibu sudah susah jalan masak iya harus bolak-balik ke kamar mandi? Eh, perutnya terasa kembung, beli minyak balur. Begitulah.

Sesal yang ada di dada. Kenapa dari dulu nggak sadar tentang DANA DARURAT? Ya, meskipun tangan Allah ada di mana-mana, akan tetapi kalau kita berusaha untuk memiliki dana tersebut bukankah endingnya nggak nyesek seperti yang kualami?


Dari situlah aku mulai sadar.

DANA DARURAT itu penting.

Masalahnya, gimana cara mengatur duit kita agar bisa punya dana darurat? Menurutku begini setelah aku berhasil menerapkannya, meskipun rasanya susah-susah sedap dan butuh perjuangan untuk tidak belanja online mulu.

  • Siapapun bisa punya dana darurat. Bukan hanya mereka yang punya gaji bulanan. Semua tergantung kita-perempuan yang harus mengencangkan sabuk keuangan keluarga.
  • Dana darurat ini beda dengan uang tabungan ya.
  • Seperti menabung, dana darurat ini harus kita ambil di awal bulan atau pas kita dapat uang. Jangan di akhir setelah membelanjakan uang baru sisanya kita jadikan simpanan dana darurat.
  • Tentu hal ini harus kita bicarakan dengan pasangan. Biar ada yang ngingetin kalau kita mulai tergiur online shop.
  • Pasang target mau punya dana darurat berapa, 10 juta, 25 juta, atau 100 juta. Kalau belum sampai target ya lanjut terus. Jangan diambil apalagi mau dipakai beli motor baru.
  • Bagi kamu yang lemah iman dalam hal menabung, bikin celengen berbagai keperluan. Celengan uang receh, celengan tabungan, dan celengan dana darurat. Kalau perlu beli celengan dengan bentuk yang unyuk-unyuk biar kesannya sayang banget kalau mau dibelah.
  • Misal sudah dapat sejuta nih dana daruratnya, ya, sebagian bisa disimpan di bank. Kalau memungkinkan cari bank yang tidak perlu pakai ATM. Sebagian disimpan di celengan rumah saja. Kalau mendadak perlu tinggal dibuka deh celengannya.

Ada yang mau nambahin nggak poin di atas?

Aku bukan seorang ahli, ya. Sering kebobolan juga sih misal suami butuh modal untuk beli besi pesanan dari pelanggan. Akan tetapi, ya, harus ketat lagi, selesai proyeknya, ya, harus kembaliin uang tersebut ke asalnya.


Pas awal-awal latihan ngumpulin dana darurat ini tuh berat banget. Ada saja godaannya. Tapi, pas bisa memakai dana darurat ini di saat tak terduga tuh rasanya mau bilang, "Untung saja ada dana darurat."

Kamu ada pengalaman sama dana darurat juga, nggak? Pokoknya jangan sampai sepertiku saat merawat ibuku, ya. Ngenes banget. Atau kamu punya cara tertentu untuk mengumpulkannya? Share dong.

19 komentar:

  1. Kalo difikir-fikir lagi emang bener ya kalo kita perlu dana darurat, terutama bagi ibu-ibu muda yang kebutuhannya selangit dan hasrat belanjanya juga sama tingginya. Belum lagi kalau ada keperluan mendesak, duh pusing rasanya. Punya uang berapapun tetep terasa kurang kalo nggak pinter-pinter kelola uang. Dana darurat selain bisa bantu si saat-saat darurat juga bisa buat latihan ngontrol hasrat belanja yang nggak terbendung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyes, Mbak, nahan banget godaan untuk tidak belanja, sekalipun itu untuk keperluan sekeluarga. Akan tetapi, kan tetap ada prioritas. Kalau sudah ada stok sabun mandi, eh, lihat diskonan sabun nggak harus beli lagi kan buat stok bulan depan. Yang ada saat ini, nikmati saja.

      Hapus
  2. Suami kenapa ga suka banget ATM mba?

    Dana darurat itu memang wajib ada,dan sebaiknya diprioritaskan dulu kalo blm terkumpul. Dana darurat yg aku kumpulin kebetulan udah mencapai taregt, malah exceed. Di awal aku bikin target hrs ada sekian utk Dana darurat, itu mengcover 12x pengeluaran bulanan keluarga. Aku ngumpulin nya udh sjk nikah. Prinsipku gini, dana darurat itu hanya akan dipakai kalo kondisinya amat sangat urgent yg mana itu ga bisa dicover dari tabungan bisa, aset lain ato asuransi. Barulah dana darurat berperan. Artinya aku bakal sangat jarang utak Atik dana darurat. Krn itu aku LBH suka dana darurat berupa sesuatu yg liquid, gampang dicairkan tapi nilainya ga mudah menyusut, dan aku memilih logam mulia utk dana darurat. Buatku itu malah keputusan paling bener, Krn nilai emas yg cendrung naik, tidak terpengaruh inflasi, dan gampang dijual. Targetku yg tdnya sudah terkumpul utk 12x pengeluaran, tp Krn nilai emas yg membubung tinggi sjk pandemi, value-nya udh naik hingga bisa mengcover 3 thn pengeluaran, makanya kubilang malah exceed :D. Coba kalo dlm bentuk uang biasa, bisa2 nyusut nilainya Krn inflasi.

    Jadi tiap bulan itu aku sengaja bikin bbrp post. Post dana darurat (tp ini udh ga aku kumpulin Krn target over achieved), pos investasi, pos tabungan biasa, pos asuransi, dan pos pengeluaran bulanan. Ini pos2 paling penting yg hrs selalu rutin aku sisihin :).

    Kalo memang sakit, berarti pake asuransi dulu, kecuali limitnya ga mencukupi, baru dana darurat akan terpakai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah kalau saya seprti ini. Meskipun yang melakukan post-post itu suami hehehe. Biasanya kalau untuk sakit ada pos dana. Darurat itu untuk yang benar-benar urgent

      Hapus
  3. Wah.. Malah baru tahu nih mbk,
    Ternyata penting sekali yaa dana darurat itu.
    Makasih yaa mbk :)

    BalasHapus
  4. Aku kalo pegang cash terlalu banyak, malah cepet habis Mba
    Godaan makanan di Surabaya sungguh ther-la-lu.
    Makanya biasanya duit darurat aku taruh di ATM sih.
    Kebetulan deket rumahku ada banyak ATM, sama bisa tarik tunai juga di minimarket

    BalasHapus
  5. aku pun skrg belum punya dana darurat, dan lagi coba buat punya dana darurat, karena memang skrg pemasukan dan pengeluaran masih pas banget, tapi soon pengen bikin rekening khusus buat dana darurat ini

    BalasHapus
  6. Aku pernah mbak tertolong sama dan darurat. Waktu itu ada 2 kejadian penting dan sama sama butuh duit. Sayangnya, duit yang ada tidak cukup. Mau ngutang juga ke siapa, ke mana? Nggak mungkin ke rentenir, kan? Beugh bisa jadi kayak di sinetron ikan terbang, nggak mauuu. Trus keinget punya dana darurat, Alhamdulillah beres deh. Penting emang punya dana darurat.

    BalasHapus
  7. Aku mulai mengumpuokan dana darurat lagi nih setelah terpakai untuk keadaan darurat. Betul banget jangan sampai nunggu sekarat baru menyiapkan dana

    BalasHapus
  8. Aih iya yaa..kita nih seringnya, pas udah sekarat ajaaa..baru ingat yang namanya dana darurat. Baru terasa pentingnya. Saya deh itu~
    Padahal yaa dari sekarang emang udah harus disiapkan.

    BalasHapus
  9. Wah, dari judulnya sudah mak jleb, Mbak. Iya benar sih, dana darurat memang penting banget dimiliki ya.

    BalasHapus
  10. Bener, memang dana darurat penting banget untuk disiapkan. Karena kita gak tau kondisi di luar. Pernah mengalami kesulitan karena gak ada uang yg dipegang, mau ambil di atm pas offline semua. Huwaa...

    BalasHapus
  11. Perencanaan keuangan kami masih amburadul.
    Terutama aku...kalau keuangan, aku percayakan sama suami.
    Hihii~

    BalasHapus
  12. Aq merasa banget nih hamil dan pentingnya punya dana darurat. Jadi skrg setiap habis gajian, langsung aku plot buat dana darurat.. Kalaupun msh memgandalkan yg ada di atm, sebisa mungkin ditahan-tahan biar ga diambil buat jajan

    BalasHapus
  13. Setuju kak, dana darurat itu penting banget, begitu ketemu masa pandemi ini baru terasa banget pentingnya dana darurat, ga kebayang deh kalo ga punya dana darurat.

    BalasHapus
  14. Sebagai bagian dari orang yang lemah iman dalam menabung, saya juga senang menabung dalam celengan-celengan. Disimpan di tempat yang sering dilihat, supaya ada kemauan untuk menabung

    BalasHapus
  15. Aku pun masih sering kelolosan terkait alokasi dana darurat ketika mengatur keuangan. Padahal penting ya karena kita tak pernah tahu kapan butuh dana tersebut.

    BalasHapus
  16. Dana darurat kalo aku lebih suka LM dan sejumlah uang di rekening sih mbak. Yg ATMnya disimpan jangan di dompet. Jadi incase perlu bgt bisa tarik lgs ke atm

    BalasHapus
  17. Setuju! Sakit penyakit dan musibah kadang datangnya gak pakai ketok pintu. Mendadak aja gitu dan bikin panik kalau tak ada persiapan. Sejak Pewe dulu pernah hampir lewat gara-gara sekarat, kami benar-benar lebih perhatian dengan dana darurat ini. Apa lagi sekarang ada banyak instrumen investasi yang bisa dipilih sesuai kebutuhan

    BalasHapus