Jumat, 29 Maret 2013

Bahasa Ibu VS Undang-Undang



Sumber fineartamerica.com

Hai kawan, kali ini aku akan memosting sebuah tulisan dari hasil diskusi di kelas mata kuliah Pengembangan Pembelajaran Sains SD, Senin kemarin (25 Maret 2013). Hasil diskusi yang belum bisa menjawab pertanyaanku.  Sebenarnya diskusi saat itu tidak sedang membahas tentang bahasa ibu, tapi tepatnya tentang hasil observasi di SD tertentu. Namun, karena banyak sekali pertanyaan sampai dari sanggahan dan tanggapan dari beberapa teman yang membahas tentang bahasa ibu makanya aku jadi penasaran dengan bahasa ibu. Ya, tulisan kali ini berhubungan dengan bahasa ibu. Apakah kamu tahu bahasa ibu itu apa? Yang bagaimana? Apakah bahasa yang keluar dari mulut ibu-ibu? Yuk dibaca saja lanjutannya....

Bahasa Ibu
Bahasa ibu (bahasa asli, bahasa pertama; secara harafiah mother tongue dalam bahasa Inggris) adalah bahasa pertama yang dipelajari oleh seseorang. Dan orangnya disebut penutur asli dari bahasa tersebut. Biasanya seorang anak belajar dasar-dasar bahasa pertama mereka dari keluarga mereka (wikipedia.org).


Sekarang kalian tahukan apa itu bahasa ibu? Kalau bahasa ibu kamu apa kawan? Kalau aku sendiri menggunakan bahasa Jawa. Mungkin saja ada diantara kalian yang menggunakan bahasa ibu berupa Bahasa Batak, Sunda, Madura, dan masih banyak lainnya.
Dan yang perlu kita ketahui, belum tentu kalau orang Jawa Tengah hanya menggunakan bahasa ibunya saja contohnya adalah menggunakan bahasa Jawa saja. Kemungkinan besar bisa terjadi kalau orang Jawa Tengah bahasa ibunya Bahasa Sunda, Batak, atau bisa juga Madura. Setujukan?

Ada Hari Bahasa Ibu Internasional Lho?
Kawan tahu setiap tanggal 17 Agustus diperingati sebagai hari apa? Ya, HUT RI. Kalau tanggal 10 November? Betul sekali, Hari pahlawan. Tapi kalau tanggal 21 Februari coba tebak diperingati hari apa hayo? Apa? Tidak tahu? Aku awalnya juga tidak tahu kawan, tapi karena buat postingan ini aku jadi tahu kalau setiap tanggal 21 Februari itu diperingati sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Bagaimana ceritanya? Pada tanggal 17 November 1999 UNESCO menyatakan bahwa tanggal 21 Februari ditetapkan sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Hari Bahasa Ibu Internasional berasal dari pengakuan internasional terhadap Hari Gerakan Bahasa yang dirayakan di Bangladesh.
Jadi, apakah kalian masih tidak mau mempertahankan bahasa ibu kalian? Bukankah sudah ada pengakuan tingkat internasional? Mau memakai alasan apalagi? Atau kalian lebih memilih bahasa gaul yang sekarang semakin membabi buta penyebarannya? Semua tergantung kita kawan. Siapa lagi kalau bukan kita yang mempertahankan, melestarikan bahasa ibu kita masing-masing?

Bahasa Ibu VS Undang-Undang Sisdiknas
Berbicara tentang pembelajaran, pasti pikiran kawan-kawan langsung tertuju pada sekolah. Ya, kegiatan pembelajaran secara formalnya memang terjadi di sekolah, tepatnya di suatu ruangan yang sering kita sebut dengan kelas. Tapi, namanya pembelajaran sebenarnya tidak harus di kelas. Karena di setiap mata memandang, apalagi kita bisa merenung dan menelaah lebih dalam, semua yang terjadi bisa menjadi pembelajaran yang bermakna bagi kita.
Kawan, saat ini aku akan membahas tentang pembelajaran yang di kelas saja ya. Baiklah, kita mulai. .
Bahasa ibu, di atas kalian sudah tahu apa itu bahasa ibu. Sekarang kalau aku bertanya tentang seberapa seringnya guru kalian, sekarang, atau dulu waktu kalian masih sekolah menggunakan bahasa ibu ketika pembelajaran berlangsung? Seringkah? Atau setengah - setengah? Kadang menggunakan bahasa ibu kadang menggunakan bahasa Indonesia? Atau menggunakan bahasa Indonesia dari awal sampai akhir? WOW!
Apabila aku mengingat tempo dulu nih ya, guruku waktu TK, SD, sampai SMA mereka tetap menggunakan bahasa ibu di dalam pembelajaran meskipun itu tidak sepenuhnya lho ya. Karena mereka juga tetap menggunakan bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam pembelajaran. Dan untuk aku sendiri, aku merasa nyaman dengan keadaan seperti itu. Materi pembelajaran tetap bisa aku terima dengan baik. Kalau kamu bagaimana kawan? Semoga saja sama denganku. Atau punya cerita lain kalau guru kalian lurus mulus menggunakan bahasa Indonesia ketika pembelajaran. Yuk dishare aja...
Berbeda pembahasan tentang bahasa ibu kalau digunakan dalam pembelajaran di SD, aku merasa penggunaan bahasa ibu di tingkat SD sangat vital sekali. Karena apa? Bahasa ibu sangat diperlukan dalam kehiduapna anak. Terlebih mereka yang berada di kelas rendah. Mereka masih sangat labil dalam hal penguasaan bahasa. Mereka masih beradaptasi pada lingkungan baru. Teman baru, kawan baru, guru baru dan lingkungan kelas yang baru. Jadi apa salahnya kalau untuk anak SD pembelajarannya masih menggunakan bahasa ibu? Aku takutnya kalau dari awal anak bermasalah dengan urusan bahasa itu akan berdampak buruk ke depannya. Tidak mau kan? Tidak seharusnya guru terlalu kaku, terlalu idealis dengan adanya peraturan. Guru adalah seorang fasilitator bagi anak untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Jadi, guru harus fleksibel, bagaimana sikonnya di lapangan. Jangan terlalu memaksakan kehendak terhadap anak-anak.
Seandainya ada yang bertanya, bukankah kalau kita memakai bahasa ibu itu sama saja kita melanggar Undang – Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 33 ayat 1 (Bahasa Pengantar) yang berbunyi “Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan nasional.” Nah lo? Terus bagaimana dong?
Aku jadi ingat betul ketika diskusi kelas berlangsung ada teman yang bersikukuh kalau memang harus pakai bahasa Indonesia ketika pembelajaran berlangsung. Oh no! Aku agak meradang saat mendengar pendapat temanku itu. Tapi namanya juga manusia punya pendapat masing-masing.
Sebenarnya saat itu, dosen pembimbing sudah memberi penegasan kalau sesuai Undang – Undang itu memang harus menggunakan bahasa Indonesia sebagai pengantar. Tapi tidak menutup kemungkinan kalau di lapangan memang banyak yang menggunakan bahasa ibu sebagai pengantar dalam proses pembelajaran. Dan memang seperti itu. Tidak percaya? Tanya saja pada masing-masing keponakan atau anak tetangga yang masih sekolah. Tidak usah jauh – jauh juga, terkadang dosenku juga masih sering menggunakan bahasa campuran alias bahasa Indonesia di selingi bahasa ibu sebagai pengantar dalam proses pembelajaran.
Setelah aku telaah dan baca ulang Undang - Undang Sisdiknas yang berkaitan dengan bahasa pengantar ternyata dalam pasal 33 ayat 2 berbunyi “Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan apabila diperlukan dalam penyampaian pengetahuan dan/atau keterampilan tertentu.”
Yeay! Akhirnya dapat pencerahan kan? Untuk aku, kawan-kawan yang mungkin saja calon guru atau sekarang yang sudah menjadi guru, menurutku berdasarkan Undang - Undang Sisdiknas di atas, kita boleh menggunakan bahasa ibu sebagai bahas pengantar dalam pembelajaran tapi kita tidak boleh terus – terusan pooolll sampai pembelajaran selesai. Dan yang perlu di garis bawahi bahwa untuk di kelas rendah atau kelas awal sangat dianjurkan menggunakan bahasa ibu sebagai selingan dalam pembelajaran agar anak tidak memperburuk penguasaan bahasa anak.
Terjawab sudah pertanyaanku tentang bahasa ibu yang sedikit menyerempet dengan Undang – Undang Sisdiknas. Yang terpenting sebagai orang tua atau guru kita sangat perlu mengajarkan kepada anak kita bahasa ibu kita masing – masing. Ah, jangan bangga kalau anak kita, adik kita, atau tetangga kita pintar bahasa asing tapi tidak cerdas bahasa ibunya. Memalukan!
Sampai di sini ya postingan ini. Kalau ada tambahan dari kawan-kawan atau mungkin kawan-kawan punya pendapat lain bisa dishare juga lewat komentar. Mari belajar!

Awake Bengkong




“1......2......3......!!” teriak Rena ketika melihat bapak sedang memancal oglengan motor tuanya.
“1.........2............3........!!”
Begitu seterusnya sampai motor bapak nyala.
“1....2....3......!!! greeeeeeeeeeengggggg (suara motor bapak) Yeeee!!!!!”
Kemudian motor bapak mati lagi. Rena kembali berhitung dan berhenti ketika bapak selesai mengogleng motornya genap delapan kali.

Rena :)

Bapak berangkat. Rena menatap punggung bapak sampai menghilang di tikungan depan. Tiba-tiba motor bapak mati lagi. Dan Rena kembali berhitung.
“1.....2.....3.....!!!”


Akhirnya motor bapak bisa nyala dan Rena berhenti berhitung. Ku perhatikan dari dalam rumah Rena sepertinya sedang tertarik dengan sesuatu. Dengan gayanya yang khas, ngamplok (meluk) tiang depan rumah dia masih menatap ke depan. Aku tengok sebentar. Ternyata dia sedang memandang anak tetangga yang memakai baju putih abu-abu. Ih, Rena memang genit.
Greeengg. Terdengar suara motor distater dan kemudian menghilang lagi di telan tikunga. Tiba-tiba Rena berlari menghampiriku.
“De Ka....(Singkatan Bude Ika) Mas Ahmad to awake bengkong (badannya bengkong).” kata Rena.
“Bengkong? Bengkong bagaimana?” tanyaku pada Rena.
Rena segera mempraktikan gaya Mas Ahmad yang sedang naik motor. Tangannya di arahkan ke depan seperti sedang memegang gas dan tidak lupa dia membengkokkan badannya.
“Begini Mas Ahmad naik motornya. Padahal Mbah Upang kalau naik motor awake gak bengkong.”
Aku hanya tertawa.

Tukang Umpet



Lengkap dengan dot, Rena menyusup masuk ke kamarku. Dia naik ke ranjang dan berusaha ikut nimbrung dalam obrolanku bersama ibu. Tapi sayangnya, aku dan ibu keburu sadar kalau dia masih memakai pampers. Seketika itu ibu langsung berteriak, “Hi, Rena jorok! Pampersnya masih dipakai.”
Menyadari ibu yang kesal dengan kejorokannya, Rena minta dimandikan oleh ibu. Selesai membuka baju, Rena langsung berlari ke kamar mandi yang kemudian diikuti oleh ibu. Aku yang saat itu sedang menyapu halaman tiba-tiba mendengar bapak berteriak, “Ka, obat bapak mana?”

“Nggak tahu, Pak. Tadi yang di situ Rena kok.” jawabku.
Dari belakang ibu bertanya, “Ada apa? Kok ribut-ribut?”
“Buk, coba tanya Rena, obatku ditaruh di mana? Buru-buru berangkat ini! Sudah ditunggu orang.” jawab bapak.
Ibu pun kembali ke kamar mandi dan siap mengintrogasi si Rena. “Na, obatnya Mbah Upang (panggilan untuk bapak) ditaruh di mana?”
Mendengar pertanyaan ibu, Rena hanya nyengir.
“Hehehe....wi lho....wi lho.....tak umpetke ning... ning.... ning ndi wi lho .... ning mejo wi tho......” (tak sembunyikan di meja.....)
Ibu pun kembali ke depan membantu bapak mencari obatnya. Tapi tidak ketemu juga. Dengan rasa jengkel, akhirnya ibu kembali ke belakang lagi dan bertanya pada Rena.
“Nggak ada nok dik.....????”
Mosoookkkk???” jawab Rena dengan logat khasnya.
Dengan tampang tidak bersalah akhirnya dia pun keluar dari bak mandi dan berlari keluar tanpa memakai handuk. Dia memasang wajah tak bersalahnya. Aku yang melihat hanya menahan ketawa.
Sesampainya di meja yang dimaksud, Rena tiba-tiba langsung ndlosor seperti tentara yang sedang tiarap. Aku, ibu dan bapak hanya memperhatikan yang dilakukan keponakanku ini. Agak lama tangannya meraba-raba.
Iki, obate Mbah Upang.”
“Kalau itu bukan di meja tapi di bawah meja.” kata bapak yang jadi korban keusilan Rena langsung angkat bicara.
Yo ning mejo wii....” Rena masih melakukan pembelaan.
Aku dan ibu hanya tertawa. Dasar anak kecil.

Minggu, 17 Maret 2013

Lagu Keramatku :)



Kamu punya lagu favorit?
Sebuah lagu yang bisa membuat bulu kudukmu berdiri setiap mendengarnya?
Sebuah lagu yang bisa menggugah semangatmu untuk kembali bangkit ketika hidupmu terasa jenuh?
Lagu yang ingin kamu dengar berkali-kali?
Dan lagu yang ingin kamu pamerkan dengan orang lain dengan harapan lagu itu juga bisa menggugah semangat setiap orang yang mendengarnya?
Aku juga punya.
Sebuah lagu yang mungkin jarang didengar orang. Tapi biasanya akan sering kita temukan di suatu momen, momen yang akan selalu buat kita rindu dan ingin kembali, kembali, dan kembali mengenangnya :)
Cekidot ya!
Icha bersama anak-anak TK :)

Guruku Tersayang



Pagiku Cerahku
Matahari bersinar
kugendong tas merahku
di pundak

Selamat pagi semua
kunantikan dirimu
di depan kelasmu
menantikan kami

Ref :
Guruku Tersayang
Guru tercinta
Tanpamu apa jadinya aku
Tak bisa baca tulis
Mengerti banyak hal
Guruku terimakasihku

Nyatanya diriku
Kadang buatmu marah
Namun segala ma'af
Kau berikan


Menemukan dan menyukai lagu ini adalah suatu keharusan bagiku. Bukan karena aku ini adalah seorang "calon pendidik". Tapi lagu ini memang harus kita miliki agar kita selalu mencintai guru-guru kita yang sudah mencerdasakan kita. Kalau untukku sendiri ya plus plus karena sudah jadi lagu pembangkit gairah untuk bermimpi dan bermimpi.

Aku tidak tahu pasti siapa yang menciptakan lagu ini. Tapi aku mengenal lagu ini dari seseorang yang telah memberikan inspirasi untuk selalu bermimpi dan bermimpi. Siapa dia? He, hanya aku dan Allah yang tahu.
Yang pasti aku akan menjadi orang yang lebih dari dia.
Terimakasih.
Semoga kamu juga suka dengan lagu ini.



Sabtu, 16 Maret 2013

Awan



Karya : Ika Hardiyan Aksari


Sumber gambar dari google.com
Dihari yang cerah
Kupandangi wujudmu
Indah berseri
Menghiasi langit yang biru
Warnamu putih bagaikan kapas

Awan, engkau bergerak mengikuti angin
Selalu berubah-ubah
Menyatu dan berpencar indah

Awan,
Kau setia menemani langit
Sepanjang waktu, sepanjang masa

Awan,
Keindahanmu tak tergantikan

Kamis, 07 Maret 2013

Kenapa Kotoran Cicak Seperti "Nama Acara TV"


Cicak - cicak di dinding
Diam - diam merayap
Datang seekor nyamuk
Hap - hap langsung di tangkap



Begitulah lirik lagu favorit anak-anak TK. Tokoh utamanya adalah si cicak. Tahu kan cicak itu seperti apa? Ini deh aku kasih fotonya?

Sumber gambar: google.com



Ada yang jijik kah? Aku juga jijik. Hihihihi.......

Selasa, 05 Maret 2013

Air Mata Ibu: Aku Cinta Dia, Ternyata . .

Dari google nih gambar :(



Basi memang ketika aku harus bercerita tentang cerita cintaku yang berawal dari sebuah jejaring sosial. Tapi tahukah kamu? Ada beban tersendiri di pundakku ketika aku teringat kenyataan bahwa laki-laki yang selalu ku damba selama ini, dulunya tertarik dengan teman SMA ku. Teman sekelasku malah.
Aku malu ketika ditanya awal cerita bertemu dengan dia. Ditanya teman. Yaa setidaknya ini mengisahkan kalau aku ini mungkin adalah pelarian dia yang terlantar karena perempuan yang dia pilih sudah mempunyai pasangan. Sudahlah lupakan saja cerita itu. Karena kini aku tidak mempermasalahkannya. Belajar cuek dan mempercayai bahwa ini bagian dari cerita yang sudah di ukir Sang Khalik untukku.

***
Aku berbaring di samping ibuku. Sudah biasa. Karena aku sangat dekat dengannya. Alasan tepatnya karena aku adalah putri semata wayangnya. Kedekatan kami sering kali membuat orang lain iri. Terutama keluarga besarku sendiri. Ya, inilah kami. Tidak pernah dibuat-buat. Natural saja. Senatural tangisan ibu yang seringkali membuatku kelimpungan.

MODEMKU: NO NETWORK ACCESS

Kebutuhan internet untuk saat ini memang sudah menjamur dimana-mana. Tidak pandang bulu. Kaya, miskin, tua, muda semua butuh internet. Sering kali aku mendapati anak-anak kecil berkeliaran di warnet. Tujuannya apalagi kalau tidak untuk bermain game online. Hoho! Bapak ibunya paham tidak ya bagaimana main game online sedangkan anaknya saja sudah ajib benar mainnya. Abang tukang siomay aja sekarang terima pesenan lewat online, buktinya di keranjang siomaynya ada tulisan, terima pesenan di www.siomayenak.tenan. Hahahaha, gokil!

Tapi postinganku kali ini tidak akan membahas tentang anak-anak yang gila game online atau kegantengan tukang siomay depan kampus, tapi tentang gilanya aku, galaunya aku karena modem mati mendadak. Ups....bukan mati tapi pingsan mendadak. Modemku itu Huawei E352.

Sebenarnya kejadian ini cukup mengherankan bagiku, karena awalnya modem baru saja ku pakai, kemudian aku matikan tapi masih tertancap itu modem di netbookku. Eh, giliran aku hidupin lagi tiba-tiba galauku mulai datang. Panik deh. Jadal onlineku akan tersita. Aku bakalan kangen. Tapi yang aku pikirkan saat itu adalah, kenapa penuh masalah? Kemarin printer yang bermasalah, giliran sudah bisa eh malah gantian modem. Hiks #nangis (sekarang printer mampus lagi!)
begini nih ceritanya, ketika modem sudah aku colokkan, kemudian aku konekkan. Berhasil konek, tapi icon bintang yang di bawah itu muncul segitiga kuning lengkap dengan tanda pentungnya.