Jumat, 04 November 2016

Karakter Muridku: Santri-Tukang Telat


Aku heran, bagaimana pola pikir orangtua mereka? Kenapa santri yang masuk di sekolah kami, hampir 90℅ nya bermasalah? Misalnya, anaknya nakal, keluarganya broken home, atau orangtuanya tak sanggup lagi mendidik mereka.

Lah kok?

Aku juga orangtua. Seorang ibu pula. Amit-amit jabang bayi misalnya anakku bermasalah. Tapi apa ya nggak malah salah kaprah misalnya memasukkan anaknya di pondok pesantren karena bermasalah? Terus tanggungjawabnya sama Gusti Allah piye?

Sumber gambar di sini

Lha yang bapak ibunya saja tidak sanggup mendidik, mosok yo diserahkan kepada orang lain. Hasilnya?

Di pondok? Aku nggak paham nih kurikulumnya.

Di sekolah? Datang ke sekolah terlambat, nyuri uang temannya, sama guru kurang ajar, sering bolos sekolah malah tidur di depan rumah orang. Ini kenyataan lho. Aku nggak ngada-ngada.

Hampir 3 tahun ngajar di sini, aku selalu dapat murid santri. Dan modelnya sama. Setiap kali aku tanya, why dia masuk pesantren? Bermasalah, jawab mereka. Tapi, ada juga sih yang pinter dan sungguh-sungguh sekolahnya, biasanya perempuan yang seperti itu.

Kayak tadi pagi, jam dinding sudah menunjukkan pukul 08.30 ada Wawan di depan pintu? Lah dalah, jam berapa ini?

Mak lampir langsung naik pitam,

"Wawan, jam berapa ini? Kamu di pondok ngapain?"

"Tidur." jawab ia ketakutan.

"Ya Allah, Mas pondokmu ki piye tho? Nggak dibangunin?" tanyaku gemes banget.

"Nggak."

"Besok lagi, kalau kamu masuknya telat melebihi jam 07.15 nggak usah masuk. Pulang saja. Bilang sama Mas pondokmu!"

Wawan duduk. Teman-teman yang lain berlarian keluar , waktunya istirahat.

Kalau sudah seperti itu siapa yang salah? Aku? Yo wis ben, aku memang mak lampir yang kejam. Kalau tidak seperti itu, besok pasti diulangi lagi. Dikira, ah, bu guru baik hati, aku tak berangkat siang ah. Ho, apa minta ditelan mentah-mentah?

Biar dia tanggungjawab. Mau seperti apa kegiatan di pondok, dia harus tahu tanggungjawabnya. Apalagi Mas pondok noh, dititipin anak sama orang kok nyepeleke. Huh, maaf mak lampir emosi. Tunggu ceritaku selanjutnya, apakah Wawan, santri ini akan telat lagi?

Dan siangnya, Wawan memecahkan kaca lemari di kelas. Duh, Gusti...

22 komentar:

  1. aku dulu waktu mondok juga sering telat ke mesjid karena telat bangun mbak. ga telat2 amat sih sebenarnya, tapi yang namanya tinggal di asrama mana bisa kaya di rumah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hooh mbak, kami pihak sekolah juga mentolerir smp jam 8. Ini kelewatan bgt. Karena masih kelas 1 kan tanggungjawab Mas pondok.

      Hapus
  2. Ya Allah, bener2 kudu super duper sabar yo Mbak Ika.

    BalasHapus
  3. Temanku dulu juga santri, di Jombang. Nakal sih enggak Mbak, cenderung diam. Tapi punya pemikiran sendiri yang aneh dan suka ngilang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karakter orang emang susah ditebak ya. Hihihi

      Hapus
  4. Apa nggak ada yang mengawasi di pondoknya, mba? Sehingga anak-anak suka seenaknya dan seperti tak memiliki tanggung jawab.

    Gurunya mesti ekstra sabar ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ku pikir ada Mnak. Hanya saja ini kan kasusnya pondok pesantren segala usia. Tidak hanya utk anak kecil saja.

      Hapus
  5. Eeuh, jadi kalau mondok identiknya bermasalah kah Mbak. Waduw...

    BalasHapus
  6. Ini anak spesial nih,harus masuk ruang BK...kasihan :(
    samperin mbk yg punya pondok,curhat dr hati ke hati.kasihan anaknya.. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dulu pernah ada kasus serupa mbak. Malah anaknya mau ujian nasional. Mas pondok sudah dipanggil bicara hati ke hati tapi hasilnya sama aja. Nol.

      Hapus
  7. Kudu sabar, Mbak .... Kalau aku di posisi Mbak, mungkin udah nangis sambil makan keripik kentang. :(

    BalasHapus
  8. Beberapa hari lalu sempat bahas di wa soal mondokin anak mbak. Kesimpulanya, harus ada keikhlasan anak untuk mondok. Kalau paksaan ya akibatnya gak bagus. Tetap sabar mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hooh Mbak, mikir berapa kali ya sebelum memutuskan. Aku pernah baca haisl seminar parenting itu akan lebih baik mondonya setelah SMA karena anak sudah tahu gimana cara menjaga diri.

      Hapus
  9. Batinnya si wawan "better late than never" itu kali mbak :) aku jg sering excuse anak2 yg kyk gt. Tar kalo dimarahin malah bilange : " tadi dirumah dioyak2 suruh sekolah. Sampai sekolah telat, dimarahin." Hmmmh, serba salah jadi guru jaman skg yak *cakar2muka*

    BalasHapus
  10. Pasti ada sesuatu dg wawan mba..coba mba bantu wawan..he he

    BalasHapus
  11. tentu nggak semua kasus ini, tapi yang saya temukan beberapa juga begini.
    Rata2 masukkan ke pondok karena bermasalah, nggak sanggup didik, ada yang single parent, ada yang karena kondisi ekonomi. Memang kalau masukkan ke pondok harus diniatkan betul2 karena mencari ilmu agama

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hampir semua murid santriku demikian Mbak ,:(

      Hapus