Minggu, 24 September 2017

Apa Susahnya Sih Bilang Maaf?


Apa Susahnya Sih Bilang Maaf? Judulnya emosional banget yak? Hihihi. Sebelum ikutan emosi, mending skip aja. Hahaha. Jangan!

3 kata ajaib, maaf, tolong, dan terima kasih ini sangatlah simpel tapi kenapa susah sekali mengucapkannya? Kenapa coba?


Sebagai manusia, setiap hari kita pasti bersinggungan dengan orang lain. Tak sempurna, begitu kata banyak orang tentang manusia. Tempatnya salah. Butuh orang lain untuk mengaktualisasikan diri. Hanya mengucapkan maaf saja, apa susahnya kalau memang kita yang salah?

Tak bermaksud menggurui, aku sendiri sebagai ibu untuk Kak Ghifa dan juga guru untuk murid-muridku di sekolah sedang giat-giatnya mengucapkan 3 kata ajaib itu.

Saat datang terlambat,
"Maaf ya anak-anak, bu guru datangnya terlambat....bla bla bla."

Salah satu muridku selesai memimpin doa,

"Terima kasih Mas...Mbak..."

Melihat ada sampah di bawah meja salah satu muridku, "Mbak, tolong sampahnya diambil dulu."

Muridku mengingatkan, "Bu, kan hari ini hari Senin. Kok nggak periksa kuku?"

"Oh, iya. Maaf ya, bu guru lupa."

Atau yang bagian narsis ini. Pagi, saat aku baru datang, Vano mendekatiku, "Bu Ika wangi dan cantik."

"Oh ya, makasih sayang." Ntar murid yang lain dengar langsung pada protes, "Bu, aku kok nggak disayang-sayang?" Hahahaha.

Kepada Kak Ghifa (2 tahun) pun aku berusaha menerapkannya.

"Kak, tolong ambilkan bantal itu ya."

"Maaf, tadi kan Kakak sudah beli es krim. Besok lagi ya es krimnya." Nangis deh. Hihihi.

Saat Kak Ghifa berinisiatif menciumku, "Terima kasih, Kakak."

Rasanya kalau dengar orang lain bilang seperti itu kepadaku, mak nyes. Surga dunia. Tak ada tuh jadi rendah diri atau apa gitu misalnya orang berkata demikian. Justru aku makin simpatik. Bukan begitu? Responmu gimana kalau ada yang mengucapkan 3 kata ajaib tersebut?

Akan tetapi, kemarin siang...

"Siap, Bu. Sore nanti monggo ibu sowan mriki (datang ke rumahku). Insya Allah, semua siap." Jawabku kepada konsumenku.


Aku pun mengajak Kak Ghifa untuk keluar membeli kertas sampul (bufalo), takutnya keburu konsumen datang. Sampai di toko yang ku tuju ternyata tutup. Okelah aku pindah ke toko sebelah.

Singkat cerita, aku mengambil 16 lembar kertas. Tertera sepasang dibrandrol Rp 500. Kak Ghifa ngelirik ke lemari es krim, ambillah es krim seharga RP 4.000. Pas di kasir,

"Berapa, Mbak?" tanyaku.

"Rp 12.000."

"Kertasku tadi 8 pasang kan ya, Mbak?" Tanyaku lagi karena mikir kok habisnya banyak banget?

Kasir mulai emosi, "Lha iya, kan Rp 8000 sama Rp 4000. Jadi, Rp 12.000."

"Iya, Mbak, tanya aja, Mbak." Pemilik toko pun ikut nimbrung meyakinkan kalau kasirnya betul. Aku keluar sambil mikir. Tapi, sepertinya ada yang salah. Dah gitu kasirnya pakai ngotot pula.

Sampai di motor, aku inisiatif tuh buka kalkulator di HP. Ku hitung sampai 3 kali. 16 lembar, sepasang 500, berarti per lembar 250. Jadi, 16 x 250, lah 4000. Kok 8000?

Masuk lagi nggak ya? Ah, 4000 kan bisa buat beli es krim kakak. Lagian aku sebel juga sama kasirnya yang kasar banget.

Akhirnya aku masuk. Kasir tadi nggak ada tuh. Ketemu deh sama pemilik toko yang tadi belain kasirnya.

"Maaf ya, Mas, ini tadi aku hitung habisnya 4000 lho. Nggak 8000."

Aku keluarin tuh HP ku. Tak jlentreh-jlentrehke (uraikan) biar jelas.

"Oh iya ya, tadi dihitung berapa?" Pemilik toko pun mengembalikan uang Rp 4000ku. Sampai sini nggak ada kata maaf nih. Aku pun biasa aja. Pas mau balik badan, kasir tadi menatapku dengan tatapan, "Ih, ngapain lagi sih nih orang?"

"Hitungamu salah tadi, harusnya......" pemilik toko tadi menjelaskan ke kasirnya. Masih dengan ngeyelnya, si kasir merasa betul.

"Mbak e belum ketemu sama hitungannya itu." Selorohku.

Dijelasin lagi sama pemilik tokonya, tapi dia masih bersikukuh kalau benar. Hahaha. Aku ketawa melihat sikapnya yang nggak mau disalahkan. Eh, minta maaf juga nggak, padahal sudah bentak-bentak orang tua. Hihihi.

Aku pun keluar, "Okelah, Mbak e biar ngitung lagi. Terima kasih ya, Mas." Aku bergegas pulang.

Sorenya, saat aku kembali ke toko itu lagi, hihihi, aku ketawa dulu ya. Kasir tadi minta ganti sama temannya. Ogah kali ya melayani konsumen macam aku ini. Atau merasa malu karena tadi sudah sok pintar bentak-bentak orang tua?

Ah, nggak sekali ini saja sih kasir itu bikin ulah. Dulu, juga pernah bermasalah denganku, perkaranya ogah aku tanyain harga kosmetik. Pas kejadian itu aku diam saja. Ngelus dada aja.

Ih, gitu kok jadi pelayan! Lha juraganmu itu bayar kamu buat melayani pembeli. Kamu malah ogah-ogahan. Kasian sekali. Bisa-bisa pelanggan pada kabur. Termasuk aku. Hihihi. Kalau nggak kepaksa banget, ogah deh ke toko ini.

Sepertinya aku perlu deh ngadu ke pemilik toko buat pasang nomor pengaduan. Soalnya, tetangga juga banyak yang ngadu kelakuan karyawan di toko ini songong dan nggak ramah ke pembeli. Bahaya kan! Mematikan rezeki sendiri.

Pernah ketemu juga sama orang seperti mbak kasir ini? Kamu bertindak atau ya sudahlah? Sayang aja gitu, masih muda, muslimah, eh, mulutnya? Semoga diampuni Allah deh ya. Kita pun dijauhkan dari sikap yang demikian. Aamiin.

Pesanku, buat diriku sendiri dan orang sekitarku, mengumbar 3 kata ajaib, maaf, tolong, dan terima kasih itu nggak akan menurunkan derajat kegantengan atau kecantikan kita kok ya. Lagipula untuk apa mencari mana yang benar dan mana yang salah? Bukankah sebaik-baiknya manusia itu yang mau merendahkan hatinya?

9 komentar:

  1. Saya tadi juga keliru lho menghitungnya. Setelah lebih teliti, baru jelas kalau 500 itu sepasang, bukan selembar, he.
    Btw, mengucapkan maaf itu memang perlu kebesaran hati.

    BalasHapus
  2. Sepakat mbak. Seringkali yg salah enggan minta maaf. Katanya, yg memaafkan tapi meminta maaf duluan berhati besar. Tapi, kalau terus2an ya gondok ya hehehe .. Banyak juga yg lebih tua menolak minta maaf walau bersalah..

    BalasHapus
  3. Kadang,3 kata itu cukup mudah disampaikan bagi sebagian orang..tapi bagi sebagian lagi,sangat susah atau bahkan biasa aja. Aku aja kadang heran,mungkin karena aku udah terbiasa kali ya..

    BalasHapus
  4. Mungkin Mbak e kasir nggak diajarin 3 kata ajaib sedari kecil :p
    Jadik kayak gitu deh hehe

    BalasHapus
  5. wah iya ya kok gitu mbak kasirnya ya mbak...aku juga pernah ngalamin kayak gitu mungkin perlu ditatar lagi ya ttg customer satisfaction :)

    BalasHapus
  6. Sejak kecil aku selalu diajarkan mamaku untuk mengatakan tiga kata ajaib itu, mba :)

    BalasHapus
  7. Mengucapkan maaf memang sulit, apalagi kalau ketutup gengsi. Tapi, sebenarnya dari satu kata sederhana itu bisa menyelesaikan masalah. :D

    BalasHapus
  8. Tapi, biar bagaimana pun, kasir nggak boleh kaya gitu.

    BalasHapus
  9. Krn aku kerja di bagian service operation di bank, kalp sampe ada anakku yg melayani nasabah seperti itu, lgs aku ksh surat cinta supaya duduk manis aja di rumah mba.. Ga bener.. Kerja di bagian depan, tugasnya memang melayani, kok kasar begitu. Papaku juga punya toko bakery. Itu tiap hari di wa grub para manager cabang, slalu diwanti2, para spg hrs sopan melayani. Ada yg ketahuan ga sopan, pecat. Kita ga butuh karywan seperti itu soalnya. Mending dilaporin ke atasannya td mba.

    BalasHapus