Sabtu, 31 Maret 2018

Mengatasi Diare pada Balita dengan Tepat dan Benar


"Apa keluhannya?" tanya petugas kesehatan di balik meja pendaftaran.

"Diare, Mbak."

Mata petugas itu langsung menyapu ujung kepala sampai bagian tubuhku yang tak tertutup meja pendaftaran. Aku bagai ditelanjangi di depan umum.

"Kalau punya anak kecil itu jangan penampilannya saja yang diutamakan, Mbak."



***

Kamu bisa dipandang menjijikkan oleh seseorang hanya karena diare. Kok bisa? Sebagian orang (yang aku temui) menganggap diare adalah penyakit orang-orang dengan gaya hidup jorok. Apakah memang demikian? Bagaimana pula cara untuk mengatasi diare dengan tepat dan benar?

Kita tak pernah bisa memprediksi sikap orang kepada diri kita. Terserah mereka mau bertindak seperti apa. Karena terpenting adalah bagaimana kita menyikapinya. Ojo mutungan!

Aku nyaris balik kanan grak lho ketika menerima perlakuan petugas kesehatan itu. Kok ya ngece banget. Padahal hanya satu kata, pun baru ketemu juga, tapi begitu mudahnya dia menilai seseorang?


Balik lagi soal tujuanku memeriksakan Kak Ghifa. Setelah mendapat nomor antre-an, aku langsung ke poli anak. Pas giliran nomornya dipanggil, wajah itu seperti pernah kulihat.

"Kamu sudah punya anak? Sudah, dibawa pulang saja. Diberi minum, makan yang halus-halus. Jangan sampai dehidrasi!"

Apa-apaan coba? Tadi petugas di depan, sekarang bapak dari sahabatku di SMP malah "mengusirku" begitu saja, tanpa mendengarkan keluhanku.

Ya, waktu itu aku pulang dengan tangan kosong. Kalau nasihat tadi mah aku juga sudah tahu. Internet banyak!


Kenalan dengan MPASI, Kenalan juga dengan Diare


Sejak awal MPASI, Kak Ghifa memang beberapa kali pernah mengalami diare. Pun diarenya selalu hebat. Kok hebat? Karena disertai muntah dan demam tinggi di hari pertama. Itu sangat menakutkan bagiku.

Pernah suatu kali, saat Kak Ghifa terkena diare paling parah dari yang sebelum-sebelumnya, dalam kurun waktu 8 jam, dia bisa muntah dan diare lebih dari 10 kali. Sepanjang malam aku dan abinya bergantian menjaganya.

Mata ngantuk tak kami pedulikan lagi. Pun, bagaimana bisa kami tidur? Kakak tidur 5 menit, perutnya krucuk-krucuk, bangun, diare. Tidur lagi 10 menit, perut kruck-krucuk, gantian muntah. Begitu seterusnya.

Selepas subuh Kakak baru bisa tidur agak pulas. Mungkin perutnya sudah kekuras habis sampai tak ada yang bisa dikeluarkan lagi. Tinggal kentutnya saja yang keluar, dan Maa Syaa Allah baunya. Bak bau bangkai ayam menusuk hidung kami.


Saat itu, Kakak sudah kubawa ke bidan terdekat, tapi obat yang diberikan tidak menunjukkan progres yang baik. Ku bawa ke dokter lain, sama juga. Malah disarankan untuk dirujuk ke rumah sakit. Aku menolak. Sampai akhirnya saat aku mendapat perlakuan tidak mengenakkan di atas.

Aku hampir putus asa. Kuambil langkah untuk menelateni Kakak di rumah sesuai anjuran bapak dari sahabatku tadi. Jujur, aku memang trauma banget kalau Kakak sampai masuk rumah sakit lagi. Cukup sekali saja aku melihatnya begitu menderita di rumah sakit karena tak bisa kentut. Makanya, aku mengumpulkan semua informasi baik dari teman yang anaknya pernah terkena diare dan menge-mix-nya dengan informasi di internet.

Kesayangan ummi dan abi lemes banget


Tantangan Saat Balita Terkena Diare


Tantangan terbesar merawat balita yang terkena diare itu rewelnya minta ampun. Tapi aku beruntung, Kakak bukan tipe anak kalau sakit minta gendong mulu. Rewelnya Kakak saat makan, susah banget. Padahal kalau diare harus tetap makan dan minum seperti biasa biar nggak lemes, kan?

Raja tega dan stok sabar yang melimpah. Itu kunci yang  kupegang. Kakak nggak mau makan, tetap kupaksa untuk tetap makan. Telingaku seakan kubuat tuli saat dia merengek menolak makan. Hatiku mendengar tangis yang tak berair mata itu rasanya perih sekali. Tapi apa daya? Semua demi kesembuhannya dan tak lupa sambil tetap ku-sounding agar dirinya tersugesti untuk sembuh.

Intinya, sedikit demi sedikit tapi terus. Kalau pas muntah, jangan langsung diberi makan! Tunggu 15 - 30 menit baru diberi minum atau makan lagi. Hal itu agar perutnya bisa kembali ke kondisi awal. Tidak kaget. Karena pengalamanku, kalau habis muntah langsung diberi minum atau makan lagi, pasti akan keluar.

Oiya, satu hal lagi. Saat balita kita terkena diare kemudian dia lebih sering tidur setiap kali selesai muntah atau diare. Jangan biarkan begitu saja! Tetap perhatikan asupan yang masuk dalam tubuhnya. Karena kemungkinan besar saat anak memilih tidur karena tubuhnya lemas tak ada energinya. Hati-hati, lama-kelamaan bisa dehidrasi.

Diare Membuatku Belajar


Berkali-kali mendapati Kakak Ghifa diare, aku justru belajar cara mengatasi diare dengan tepat dan benar. Yah, bisa dikatakan kalau pengalaman itu memang mahal harganya. Pun, aku juga harus tetap bersyukur karena pernah melewati masa-masa sulit bersama Kak Ghifa dengan yang namanya diare. Diare terparah itu merenggut BB Kak Ghifa sampai 7 ons dalam seminggu. Ibu-ibu pasti paham lah ya, mau nambah BB 1 ons per bulan saja susah, lah, ini malah turun banyak.


Berikut aku rangkumkan cara mengatasi diare dengan tepat dan benar sesuai dengan pengalamanku.
  1. Koreksi dulu apa penyebab balita diare. Apakah masuk angin, alergi, makan-makanan yang nggak bersih, memasukkan tangan kotor ke mulut, atau yang lainnya? Seperti Kakak, saat diare paling parah itu ternyata karena alergi buncis. Ya, Kakak itu sejak awal MPASI alergi buncis. Pas diare lagi itu aku sengaja memang nyoba masukin buncis ke sayurnya. Kupikir siapa tahu makin besar alerginya berkurang, eh, malah. Buat anak memang nggak bisa coba-coba ya. Kalau pas sibuk ngurusin anak sakit biasanya poin ini sering kelupaan. Pengalamanku gitu. Hihihi. Yah, nggak papa sih, ntar kalau pas sudah agak mendingan, bisa nih dikoreksi agar ke depan nggak terulang lagi.
  2. Berikan makan dan minum sedikit demi sedikit tapi berkelanjutan. Pasti balita yang kena diare akan rewel. Ibu harus sabar. Apalagi untuk mereka yang belum bisa bicara dengan jelas. Bisanya hanya nangis saja. Saat keadaan sakit seperti ini tentu lidah dan mulutnya terasa pahit, tetap paksa makan sedikit demi sedikit agar ada asupan energi yang masuk. Buatkan bubur nasi yang lembut. Hindari dulu sayuran yang kaya serat karena akan memperparah diare. Buah semangka dan melon juga hindari dulu. Kalau mau makan buah, pisang dan apel bisa jadi salah satu solusi mengatasi diare pada balita. Oiya, untuk memudahkan minum air, aku pakai pipet. Jadi, saat dipaksa untuk mangap, kemudian masukkan cairan. Kalau tubuhnya agak mendingan, nanti mereka justru akan minta minum atau makan lagi. Ingat, anak kita itu sangat cerdas!
  3. Sikapi penyebab diare. Seringkali, penyebab Kak Ghifa diare itu adalah masuk angin. Aku biasanya mengerok punggungnya dengan bawang merah dan minyak telon. Kemudian memijat bagian perutnya dengan gerakan ILU atau gaya mengayuh sepeda. Tak lupa wedang jahe dengan sedikit gula pasir selalu jadi andalanku. Kalau sudah seperti itu, alhamdulillah, paginya sudah enakan. Diare kabur. 
  4. Anak muntah terus? Biarkan. Ingat poin 2. Beberapa kali aku ke dokter saat anakku terkena diare, tak satupun yang menyarankanku untuk memberinya oralit. Padahal oralit ini adalah obat diare dan muntah yang disarankan oleh WHO. Apa yang mereka berikan? Obat anti muntah dan antibiotik. Padahal saat mereka muntah dan diare itu artinya mereka mengeluarkan sampah-sampah jahat agar segera keluar, bukan? Kenapa malah diberi anti muntah? Toh, pada kenyataannya, meskipun sudah diminum susah payah, anakku juga tetap muntah.
  5. Berikan pelukan dan selalu di sampingnya. Ibu, kaulah belahan jiwanya. Saat balita kita sakit, ibulah yang selalu dinantikan kehadirannya. Seharian nggak mandi, ya nggak papa. Izin kerja? Tak masalah. Lah kalau ditinggal nangis. Iya, kan? Tak apa. Saat sakit, mereka memang sangat butuh pelukan dan menginginkan kita selalu ada di sampingnya. Jangan lupa untuk selalu menyelipkan sounding berisi sugesti agar mereka kuat dan mau bertahan untuk sehat kembali.
  6. Pakai celana dan perhatikan warna pipisnya. Selain lebih hemat, no diaper saat diare itu sangat penting agar kita bisa tahu intensitas, banyak sedikit, dan warna pipisnya apa. Karena itu menunjukkan tingkat dehidrasi yang diderita. Semakin sedikit jumlah pipis dan semakin keruh pipis (bukan karena obat ya) anak kita, itu menggambarkan bagaimana keadaannya saat itu makin parah. Tanda-tanda ini sangat membantu apalagi bagi anak kita yang belum bisa bicara lancar.
  7. Cuci tangan pakai sabun. Hal ini berlaku untuk yang merawat dan dirawat saat diare. Karena kuman, bakteri, atau virus yang menyebabkan diare itu sangat mudah menular. Makanya, setelah kontak langsung dengan penderita, segera cuci tangan.
  8. Sediakan oralit dan obat diare di rumah. Selain obat demam, oralit dan obat diare lainnya harus ada di lemari obat sebagai jaga-jaga.

Aku dan Diare


Ngomong-ngomong soal diare, sebagai penyuka makanan pedas, alhamdulillah, diare jarang mampir ke tubuhku. Palingan kalau pas badanku lagi nggak fit, eh, malah makan pedas mulu, baru tuh. Hihihi.

Senin kemarin, saat upacara bendera, pas giliran upacara dimulai aku malah ngibrit ke kamar mandi. Iya, tiba-tiba perutku mules tak tertahankan dan aku diare. Giliran aku keluar, lega, bendera merah putihnya sudah selesai dikibarkan. Duh dek.

Selesai upacara, aku langsung minta tolong kepada penjaga sekolahku untuk membelikan obat diare di warung terdekat. Aku takut kalau harus bolak-balik kamar mandi sedangkan muridku butuh aku yang harus selalu standby di kelas.

mediskus.com

Dibawakannya entrostop,  "Langsung dua, Mbak, langsung manjur." nasihatnya.

"Lah kok dua?" tanyaku heran.

"Wis to, diminum saja! Ini itu murah, per tabletnya hanya Rp 500 tapi manjur." katanya sambil menjulurkan jempolnya di depan mukaku.

Memang iya sih, aku sudah nggak diare lagi setelah minum dua tablet Entrostop. Malam hari saat hendak tidur, perutku terasa mules lagi sih. Tapi saat keluar, BABnya sudah biasa. Tidak encer seperti pagi hari. Makanya, entrostop ini perlu banget dimasukkan dalam list obat yang ada di lemari obat-obatanku.

Dari penjaga sekolahku, Entrostop ini ternyata ada varian untuk anak-anak dengan bentuk sirup. Dia juga menceritakan saat Iqbal, anaknya terkena diare ya dikasih Entrostop anak itu. Tapi Entrostop anak ini tidak boleh untuk anak di bawah 2 tahun. Dengan kandungan Attapulgite dan Pectin, entrostop ini memang berfungsi menyerap racun, toksin, bakteri, dan virus penyebab diare. Tapi yang pasti, kenapa aku pilih entrostop? Karena obat ini mudah didapatkan di warung terdekat. Untuk yang sirup ini pun ada dan harganya terjangkau, per sachet hanya Rp 1.500.

http://kimiafarmaapotek.co.id

Dari siapapun kita memang bisa belajar. Karena setiap kejadian dalam hidup kita itu akan memberikan suatu pelajaran yang berharga. Entah itu yang menyenangkan atau juga sebaliknya.

Tak ada yang ingin diri dan keluarganya sakit. Seperti terkena diare. Kini dari Kak Ghifa, aku belajar kalau diare itu sebenarnya bisa sembuh dengan sendirinya. Asalkan tahu cara mengatasi diare dengan tepat dan benar. Pun, diare itu tidak hanya karena pola hidup yang jorok. Ada juga penyebab lainnya, misalnya masuk angin dan alergi.

Terakhir, mengambil hikmah dari setiap kejadian adalah langkah bijak. Menjadikannya sebagai pelajaran adalah cara yang termudah. Akan lebih baik kita menjadi pengamat daripada pengomentar yang mencela. Bukan, begitu?

Semoga kita semua terhindar dari segala penyakit, termasuk salah satunya diare ini ya. Kalau diare, segera atasi dengan tepat dan benar!

39 komentar:

  1. Ya ampun kok perawatnya gitu banget sik, smpe bawa2 penampilan trs disangkut pautin sm diare😑
    Apalagi itu dokter, huaahhh
    Meski aku blm punya anak, kayaknya bakal khawatir juga kl sikecil diare..hhh

    BalasHapus
  2. Akhirnya aku malah suka sama dokternya Mbak, soale nggak asal kasih antibiotik sama anakku.

    BalasHapus
  3. anak ku pas diare lagi masa oral, jadi semua dimasukkan mulut. Jadilah dia diare

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pas tahap oral, iya, Kakak juga kena diare, Mbak. Masa ini rentan banget ya, Mbak.

      Hapus
  4. Diare emang bikin menyiksa, mba. Apalagi dialami anak duh kasian deh anaknya. SMoga nggak terjadi lagi ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Bisanya nangis dan lemes badannya. Kita yg sudah dewasa saja lemes banget.

      Hapus
  5. kalo kena diare tuh emang cukup merepotkan ya mbak. tips tipsnya boleh juga tuh di cobain

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga kita lebih aware ya, Mbak, kalau pas kena diare atau ada saudara yg kena.

      Hapus
  6. Diare kan kadang juga sebagai tanda lai dari suatu penyakit, dan bisa juga makanan yang dimakan kena lalat, dan diare bentuk tubuh untuk keluarin racunnya ☺

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makanya mbak, kalau muntah ya biarin aja muntah ya. Kita jaga asupan makanan dan minumannya biar nggak dehidrasi.

      Hapus
  7. Aku kok jadi inget kalo keponakanku kena diare pasti aku yang ribet soalnya aku yang momong. Infonya bisa aku coba nih mbak. Baru tahu juga kalo ada Entrostop anak. Nice sharing mbak.

    BalasHapus
  8. Kesian bgt emang ya kalo balita diare ga nyaman dan rewel banget pastinya. Harua siapin entrostop di rumah ni

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes, Mbak. Apalagi di warung2 dekat rumah ada.

      Hapus
  9. hiyaa... petugasnyanga sopaaannn... jadi galfok saya :P
    tetep semangat jaga kesehatan ya mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha....
      Pasti ada aja ya orang2 sekitar kita.

      Hapus
  10. Aku baru tahu kalo ada juga varian syrup untuk anak2. Sedih ya kalo anak kena diare, oramg dewasa aja lemes dan mules teru2an. Aku pernah ngalami sampe masuk rumkit

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Aku juga baru tahu dari penjagaku kalau ada yg varian syrup.

      Hapus
  11. Wah, info bagus nih kalau anak diare. Biasa langkah awalnya aku kasih campuran larutan prebiotik dulu :)

    BalasHapus
  12. Mbaa...ini lengkap bgt deh artikelnya. Telaten bgt juga bikin graphic2 unyuu. Bacanyaa bikin senengg

    BalasHapus
  13. Kenapa ya tenaga kesehatan rata2 jutek dan gak ramah? Aku juga punya pengalaman dimarah2in nakes..sebel bgt..kan anak sakit malah kena omel jg..hufft..tp kalo liat beban kerja dan pendapatan gk seimbang mungkin itu yg bkin nakes selalu jutek..hehehe..kalo masalah diare emangbjangan dianggap sepele ya..untung jg ada entrostop buat anak jd bisa aman jaga2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bwahahaa...hambuh ya, Mbak. Moga nggak gitu terus ya, soalnya kan mereka pelayan masyarakat. Kasihan yg dilayani kalau dijutekin mulu.

      Hapus
  14. Diare bikin lelah bolak-balik wc terus, lemessss. Apalagi kalo bocah yg ngalamin yaa

    BalasHapus
  15. diare mank berbahaya apalagi pada anak... walah... untung mbak menemukan obat yang mujarab... aku juga pakai itu lho....

    BalasHapus
  16. Ya allah mba, tuh petugas tega bener nyuruh pulang. Wah, gak tahu apa bahaya diare. Kesel kalau aku mba, di gituin

    BalasHapus
  17. Anak aku pernah diare H-3 pas mau traveling mbak. Udah panik jadi atau gak. Tiketnya udah dibeli 1,3tahun sebelumnya.

    Jadi bismilah aja. Pas traveling 3hari masih kurang enak badan. Tapi Alhamdulillah pas pulang udah sehat 😣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini travelingnya yg bikin sembuh. Hahaha.

      Hapus
  18. Kalau anak kena diare itu duh bikin khawatir luar biasa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Pokoknya jangan sampai dehidrasi.

      Hapus
  19. Hm..kalo aku yg digituin petugasnya Tak komplain puskes itu! *malah emosi
    Semoga si ganteng gak kena diare lagi y..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ntar dikira sok2an malah, Mbak. Aku diemin aja sih. Cuman kalau ke situ aku sudah siap2 jaga perasaan aja. Hahaha.

      Hapus
  20. ohya mbak, kalau anak kecil diare terutama masih berumur 2 tahun ke bawah jangan dikasih obat anti diare ya karena berbahaya untuk ususnya. diare pada bayi sering disebabkan karena virus jadi bisa sembuh sendiri. namun yang paling penting dalam penanganan diare adalah cegah dehidrasi. pokoknya kasih minum sebanyaknya dan kasih bubur, sup,oralit, dll semau anak. kalau sudah anak enggak mau minum, lemah, letih, lesu, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat, mbak. Nah, tak semua nakes di sini memiliki pemahaman seperti itu, Mbak. Sedihnya gitu.

      Alhamdulillah kalau langkahku itu benar dengan merawat anakku sendiri di rumah dan tidak meminumkan resep dari dokter.

      Terima kasih ya, Mbak, masukannya.

      Hapus
  21. Baru tau ada entrostop buat anak, manis jugakah ini dengan rasa buah kayak pil anak lainnya

    BalasHapus