Kamis, 07 Maret 2019

Kuliner Ini Wajib Kamu Coba Saat Lewat di Gubug, Grobogan


Kuliner Ini Wajib Kamu Coba Saat Lewat di Gubug, Grobogan - Asyiknya tinggal di perbatasan kabupaten adalah jalan lima langkah saja sudah berada di kabupaten tetangga. Kemudian mau tidak mau akan lebih sering blusukan, termasuk kalau berburu kuliner pun di daerah lain. Untung saja rasa masakannya tidak jauh beda di lidahku.


Nah, mumpung dalam dua minggu terakhir ini kerjaan di sekolah lagi numpuk banget,  pulang selalu sore karena melatih murid yang lomba OSN, aku dan abi sering ajak Kak Ghifa makan di luar. Sudah capek sampai rumah, daripada harus uprek di dapur, nanti malah tambah capek (semua orang bisa kukasih taringku). Mendingan jajan keluar, sampai rumah kenyang, pulang tinggal tidur atau mengerjakan yang lain.

Gubug adalah wilayah kecamatan di Kabupaten Grobogan yang akan kita lewati saat hendak mau ke Semarang. Jarak rumahku sampai ke Gubug hanya 10 menit. Karena sering terlewati, tak banyak yang tahu kalau sebenarnya kecamatan dengan predikat layak anak ini memiliki kuliner yang patut dicoba di setiap kesempatan.

Kamu melewati Gubug saat pagi hari dan bingung mau sarapan di mana? Cobain Bubur Ayam dan Nasi Uduk depan Masjid An-Nur, yuk!

Sejak pukul 06.00 WIB, di depan masjid raya Gubug ada beberapa pedagang yang berjejer menjajakan dagangannya. Pedagang bubur ayam dan nasi uduk ini dua diantaranya. Pertama kali aku (mau) nyoba bubur ayam ini karena dapat rekomendasi dari teman. Tapi, waktu ke sini berangkat dari rumah pukul 06.00, hari libur pula. Alhasil, yang kudapati adalah antrean panjang banget. Aku keburu malas antre deh. Akhirnya, abi ngajakin buat mencoba nasi uduk yang ada di sebelahnya yang kebetulan ada kursi kosong. Ternyata nasi uduknya enak banget dan murah pula.

Seporsi nasi uduk 4000 sudah lengkap dengan sayur lodeh, oseng mie dan tempe, lengkap dengan kerupuk. Plus telur dadar atau telur bacem tinggal nambah 3000.

Saat kedua kalinya ke sini, aku sengaja dari rumah pukul 05.30 WIB, eh, sampai depan masjid malah masih kosong mlompong alias pedagangnya belum datang. Hahaha.

Tepat pukul 06.00, sambil menunggu penjualnya merapikan gerobak dorong dan meja kursi, kami sudah siap menjadi pembeli pertama bubur ayam.

Bagaimana rasanya? Enak. Kusuka banget. Isian bubur ayamnya tuh macam-macam. Ada suwiran ayam, daun bawang, kacang kedelai goreng, bawang goreng, parutan kelapa yang digoreng sangrai, irisan cahkwe, dan setengah butir telur bacem.

Ada yang tanya, kamu termasuk tim yang diaduk apa nggak? Hahaha.

Seporsi bubur ayam plus kerupuk hanya 7000

Awalnya nggak diaduk, saat tinggal setengah, kemudian kutambahkan sambal sama kuah, aduk sampai rata. Aku makin betah menghabiskan buburku sampi lupa kalau banyak yang antre kursi, ups. Karena makan bubur ayam di sini mau nuang kuah (kuning bening rasanya gurih) seberapa banyak, terserah. Penjualnya nggak pelit.

Sebagai penyuka kuah, aku merasa merdeka banget. Tapi, ingat ya, jangan sampai kuahnya sisa banyak lho. Kan sayang banget. Oiya, bubur ayam ini bisa dibungkus juga ya. Sayang, bungkusnya masih pakai kemasan styrofoam.


Bagaimana kalau kamu lewat di Gubug saat siang hari? Tenang, aku ada satu tempat makan siang yang cocok banget untuk dicicipi, baik saat musim penghujan atau kemarau. Makanan yang satu ini memang juaranya, segar sekali.

Soto Pak Mul yang ada di Jalan A. Yani No 78 ini terkenal banget lho. Mobil berplat luar kota sering parkir di depannya, setiap kali jam makan siang.


Letak rumah makan Soto Pak Mul ini kalau dari simpang lima Gubug masih lurus ke arah Semarang. Letaknya sebelah kiri jalan sebelum pom bensin.

Apa sih spesialnya soto Pak Mul ini? Kuahnya beda dari soto-soto yang ada. Bening, asinnya pas, dan kalau sekali nyerutup, pengen lagi dan lagi. Didukung sama matahari yang terik di luar sana, dijamin, besok kalau lewat lagi harus mampir.

Seporsi soto ini 8000

Soto Pak Mul ini bisa kita lahap bersamaan dengan kerupuk, perkedel, sate telur puyuh, sate usus atau jeroan. Satu lagi yang khas, yaitu, tempe keripik. Tempe keripik ini beda, bukan tipis, tapi tebal. Dipotong-potong kemudian campurkan ke kuah soto, wenak tenan, kriyuk-kriyuk sedap.

Tips dariku, kalau kamu mau mampir ke Soto Pak Mul datanglah sebelum jam makan siang (12.00 WIB). Karena dijamin bakalan nggak kebagian kursi. Hihi. Paling aman datang sekitar pukul 13.00 WIB. Biar makannya agak nyantai dikit lah.

Es jeruk 5000, perkedel 1000, tempe keripik 1000, sate 2000an.

Bubur ayam dan nasi uduk untuk sarapan sudah. Makan siang sama soto Pak Mul yang segar tiada tanding juga sudah. Kalau makan malam?

Untuk menu makan malam, aku akan merekomendasikan tempat makan Sea Food 36 Sherin Jaya, buka mulai pukul 16.00 sampai 03.00 pagi. Menu makan di sini lumayan komplit. Dari ayam, bebek, nila, cumi sampai kepiting ada di sini. Akan tetapi, karena di rumah sudah sering makan ayam, ya kalau di sini jangan pesan ayam. Yang lain dong ah.

Daftar menu lengkap dengan harganya

Kami sampai di kedai sea food yang letaknya tak jauh dari Soto Pak Mul (masih ke Barat), sekitar habis maghrib. Setelah duduk, sambil memilih menu makan, air kobokannya sudah datang. Kupikir, wastafelnya ada nggak ya? Ternyata, ada juga lho, di pojok dekat tempat duduk lesehan. Untuk emak-emak penganut cuci tangan di mana-mana, kalau makan harus ada wastafelnya.


Kupesan nasi uduk, gurame saus padang, cumi goreng tepung, dan teh hangat. Sekitar 10 menit pesanan kami datang. Semua masakan di sini masih fresh dan baru dimasak setelah kita pesan. Pun kita bisa lihat langsung pramusaji sedang bergulat dengan kompor dan panci.

Setelah icip-icip, bagaimana rasanya? Gurame saus padangnya menggoyang lidah. Aku yang suka pedas, hajar terus, sedangkan Abi yang tidak terlalu suka pedas kok malah lebih mawut makannya, nggak mau kalah.

Cumi goreng tepungnya jadi favorit, Kak Ghifa. Tepungnya kripsi banget sih. Dicocol sama saus sambal juga endes.

Cumi goreng tepungnya krispi banget

Seporsi 30000 dimakan berdua masih sisa. Ikannya terasa fresh.

Nggak nyesel deh ya mampir ke kedai Sea Food 36 Sherin Jaya. Dengan mengusung tema hitam dan merah, kedai makan ini layak dikunjungi. Nasi uduknya dengan porsi besar bakalan bikin kangen nih. Apalagi lalapan sama sambalnya nggak harus bayar lagi. Duh, siapa yang mau nolak?

Lalapan dan sambalnya banyak, nggak bayar lagi. Kusuka

Nasi uduk dengan porsi banyak

Dengan uang sekitar 150 ribu, aku, abi dan Kak Ghifa bisa makan kenyang. Kemudian ditambah dua porsi makan lagi dengan lauk gurame juga bisa kubawa pulang. Murah, bukan?

Pokoknya kalau ada urusan pekerjaan atau memang liburan ke Grobogan, jangan sampai lewatkan kuliner-kuliner di atas! Apalagi sekarang kalau mau menginap di pusat kota Grobogan juga sudah banyak hotel yang tersedia. Coba deh cari hotel di aplikasi Pegipegi.

Booking hotel di Pegipegi mulai 170 ribuan

Mulai dari harga 170 ribuan, kita sudah bisa booking hotel. Mau yang ada sarapan paginya? Siapkan kocek sekitar 300 ribuan. Banyak juga promo yang ditawarkan. Tapi, kalau aku nih ya, ada rencana pengen staycation sama abi dan Kak Ghifa di Grobogan, weekend ini. Aku mau cari hotel yang 170 ribuan, kemudian nanti sarapannya mau hunting di acara car free day. Siang hari, aku mau ngajakin Kakak berenang. Wow, weekend yang menyenangkan. Kamu? Punya rencana apa weekend ini?


Pelajaran penting dari kulineran kali ini adalah hidup ini sebenarnya sederhana, nggak serumit yang kubayangkan. Capek kerja, malas masak, ya sudah jajan. Hidup dibikin santai sajalah. Mau ngoyo bagaimanapun, kalau capek kok malah dipaksain, malah berantem sama pasangan, anak jadi korban kemarahan, duh duh duh, malah serba nggak enak.

Minggu, 03 Maret 2019

Tips Mencetak Anak Sebagai Pemenang


Tips Mencetak Anak Sebagai Pemenang - Wong ndeso juga berhak berprestasi.

Alhamdulillah, tahun ajaran 2018/2019 ini, aku sengaja menawarkan diri untuk terjun dalam meng-handle murid yang akan dikirim lomba akademik dan yang berbau-bau bahasa. Keikutsertaanku ini memberikan pelajaran penting dalam hidupku, bahwa setiap anak bisa kita jadikan seorang pemenang. Bagaimana caranya?
Inilah wajah-wajah pemenang sekolah kami

Tulisan ini kutulis dari sudut pandangku sebagai guru.

Minggu ini, tanggal 27 Februari dan 1 Maret, aku mengantarkan muridku lomba LCC (Lomba Cerdas Cermat) dan OSN (Oliempiade Sains Nasional) MTK dan IPA di tingkat kecamatan. Seluruh peserta yang mengikuti lomba ini berjumlah 44 sekolah.

Bagaimana hasil yang kami dapat? Tak henti-henti aku bersyukur, karena mereka yang dikirim sekolah mampu mempersembahkan prestasi yang luar biasa. LCC juara 5, OSN MTK juara 1 (go ke kabupaten), dan OSN IPA juara 8. Ini adalah prestasi baru untuk sekolahku.

Bukan, aku tidak ingin songong kemudian mengumbar berita ini semua karena aku, pelatih mereka. Justru aku mau mengaku, aku ini tidak melakukan hal yang luar biasa. Sekadar melaksanakan tugasku dan murid-muridku lah yang luar biasa.

Dari temuan baruku ini, khususnya untuk Ryan yang insyaallah tanggal 12 Maret 2019 nanti go ke kabupaten mewakili kecamatan, kudapati pelajaran penting bahwa mencetak anak sebagai pemenang itu sangatlah mungkin dan bisa kita ciptakan. Pertanyaannya adalah, bagaimana caranya?

Nah, berikut kushare hasil temuanku, yaitu tips mencetak anak sebagai pemenang.

Semua berawal dari anak

Setiap manusia dilahirkan memiliki bakat. Tugas kita sebagai orangtua, temukan bakat tersebut dan dukung semaksimal mungkin (bentuk dukungannya bermacam-macam, nanti kuceritakan yang dilakukan Mama Ryan). Jangan sampai kita memaksakan bakat yang kita miliki untuk dimiliki oleh anak kita juga.

Bagaimana cara menemukan bakat anak? Setiap orangtua pasti tahu. Apalagi yang setiap hari berkutat menemani si anak. Atau bisa juga dengan mengikuti tes bakat di rumah sakit tertentu atau cari aplikasi di web-web parenting.

Keluarga yang penuh perhatian

Tentu kamu juga percaya kalau usaha tidak akan menghianati hasil, bukan? Nah, yang kutemukan di lapangan, peran keluarga untuk memberikan dukungan ke anak saat hendak mengikuti lomba begitu jelas dampaknya. Insyaallah yang pol-pol-an akan memberikan hasil yang serupa.

Cerita dari Ryan, dia bisa sampai juara satu karena persiapannya memang sejak satu tahun lalu. Kedua, orangtuanya membelikan buku khusus OSN MTK dan mengingatkan Ryan untuk selalu berlatih mengerjakan soal OSN, setiap hari. Aku sebagai gurunya hanya melatih sekitar satu minggu.

Ryan dan kedua orangtuanya di POPDA tingkat eks karesidenan Semarang

Jelas usaha Ryan dan keluarganya berbeda dengan anak lainnya. Bisa jadi mereka persiapannya hanya seminggu saja. Karena pengumuman lomba dari kecamatan pun mendadak.

Kemudian satu hal yang tidak terlewatkan. Yaitu, tentang reward. Kedua orangtuanya tidak pernah sungkan memberikan reward sesuai keinginan Ryan. Tentu mengenai harga dan bentuknya masih masuk akal. Misalnya, sepatu, tas, atau alat-alat sekolah lainnya yang jelas kegunaannya.

Cerita Ryan menunjukkan bahwa untuk mencetak anak sebagai pemenang itu tidaklah instan, bukan?

Sekolah yang mendukung

Yang tidak banyak diketahui orang luar, ada lho oknum sekolah yang tidak ingin sekolahnya maju lomba. Kalaupun ikut lomba paling hanya sebagai partisipan. Karena apa? Soal biaya. Kalau mengirim murid lomba, otomatis kan memakan biaya. Baik biaya untuk melatih, konsumsi keseharian, sampai nanti saat hari H.

Bahkan ada juga lho yang justru membebankan biaya tetek bengek ke wali murid. Syukur-syukur kalau ketemu wali murid yang punya ekonomi lebih dan tidak masalah saat mengeluarkan biaya untuk anaknya. Kalau tidak? Blaik. Bisa jadi masalah sama LSM.

Kesempatan di depan mata

Kalau pepatah mengatakan, kesempatan itu belum tentu datang untuk kedua kalinya, jelas aku setuju. Makanya, setiap kali ada kesempatan untuk mengikuti lomba, baik sebagai murid, guru, dan wali murid, hajar dengan sungguh-sungguh.

Pasang target dengan jelas, usaha semaksimal mungkin. Bismillah, juara bisa diraih. Menurutku penting sekali lho dapat juara. Apalagi untuk masuk ke sekolah tingkat di atas SD. Karena sertifikat sebagai juara lomba menjadi penyumbang poin yang menjanjikan. Sayang bukan kalau ada kesempatan yang baik, tapi justru terlewatkan?

Foto terbaru Ryan dengan piala kejuaraan OSN se-kecamatan

Mengikuti suatu lomba turut mengajarkan kepada siswa bahwa hidup ini memang penuh kompetisi. Akan tetapi, poin terpenting adalah membentuk karakter anak bahwa saat kita menginginkan sesuatu, kita harus berjuang, bekerja keras bahkan melebihi kerja keras orang lain. Merawat semangat berjuang dalam diri anak adalah hal yang harus kita lakukan terus menerus, baik sebagai guru dan wali murid.

Bagaimana? Dari poin-poin di atas, apakah ada tambahan? Kuyakin di luar sana banyak sekali pejuang-pejuang pembentuk anak sebagai pemenang. Monggo kutunggu sharingnya.

Terakhir, juara apapun anak-anak kita, baik akademik ataupun tidak, mereka tetaplah anak-anak kita yang harus diperjuangkan masa depannya, bukan?

Ah, aku jadi ingat cerita kepala sekolah yang mengkarantina muridnya demi goal pemenang. Cerita perjuangan kepala sekolah bisa kamu baca di Menjadi Guru Honorer yang Open Minded? Harus Dong!

Mohon doa juga ya, Teman, semoga Ryan diberikan hasil yang terbaik untuk OSN Matematika nanti, sekaligus lomba bercerita tingkat kabupaten. Tunggu juga update-an ceritaku mengantarkan anak-anak mengikuti lomba selanjutnya ya.