Minggu, 11 Oktober 2020

Guru Harus Memiliki Gaya Komunikasi yang Baik


Guru kelas sebelah tergopoh-gopoh mendatangiku.

"Ini siapa sih, Mbak?"

Beliau menunjukkan nomor seseorang di grup kelasnya. Aku tentu kenal siapa yang dimaksud karena grup tersebut dulu yang pegang dan buat aku. Grup wali muridku tahun lalu.

Komentarnya panjang lebar dan masuk akal, menurutku. Akan tetapi, bagi teman sejawatku tadi justru membuatnya kurang nyaman.

"Aku pusing, Mbak. Setiap hari ada masalah terus."

Beberapa kali wali murid kelas sebelah memang banyak yang japri aku mengeluhkan kinerja teman sejawatku.

"Masak seminggu nggak ada tugas sama sekali, Bu."

"Tugas anak diberikan tiga hari sekali."

"Grup dibuat 'hanya admin'  yang bisa komentar. Lah, buat apa dibuat grup kalau anggotanya tidak bisa komentar?"

Begitulah inti komentar wali murid. Ini bukan hanya satu wali murid yang berani mengungkapkan uneg-unegnya lho ya.

Jujur, aku tidak munafik, sempat berpikir kalau selama satu tahun aku pegang juga jarang wali murid yang komplain atau berkeluh kesah sampai menusuk dada. Tapi, jahat bangetlah kalau aku sampai merendahkan atau bahkan menjelek-jelekkan teman sejawatku di depan wali murid. Aku berusaha banget untuk memberikan komentar netral. Nggak memihak pihak manapun.

Di lain sisi, temanku tadi kan kalau ada apa-apa cerita ke aku. Betul, paginya pas ketemu sama aku pasti langsung cerita tentang masalah dengan wali murid. Di sinilah aku berusaha untuk memberikan masukan kepadanya, tanpa menggurui atau sok sok an jadi guru yang paling aman berhubungan dengan wali murid. Karena rasanya tuh seperti nggak ada ajine (harganya) di depan wali murid kalau sampai ada masalah terus.

Dari kejadian yang dialami temanku di atas, aku jadi benar-benar tersadar kalau pandemi ini tuh mengingatkanku kalau guru harus memiliki gaya komunikasi yang baik secara langsung atau tatap muka dan juga secara tulisan.

Aku sendiri juga tentunya memiliki masalah dengan grup kelasku. Ada yang sampai sekarang tidak pernah kirim tugas. Ada juga yang kirim suka telat-telat, pakai banget malah. Tapi, alhamdulillah, aku sikapi dengan caraku sendiri dan sampai sekarang aman-aman saja.

Nah, di sinilah aku bisa menarik benang merah dari kejadian yang dialami oleh temanku tadi, pun juga dari pengalamanku. Kuakui pandemi ini sungguh menuntut kami kerja lebih ekstra dan tk terhingga pula.

Berikut hal-hal yang harus digaris bawahi oleh guru selama memberikan tugas kepada anak-anak via apapun, terutama via WhatsApp.

  1. Setiap kali memberikan tugas, jangan lupa sampaikan salam, tanyakan kabar, beri pembukaan, baru kemudian sampaikan tugas untuk anak-anak. Basa-basi itu sangat penting. Kalau kamu nggak bisa basa-basi, latihan.
  2. Saat menyusun kalimat untuk poin 1, jangan lupakan tiga kata ajaib, yaitu maaf, tolong, dan terima kasih. Ini sangat ngaruh banget lho. Nggak percaya, coba saja.
  3. Tentukan pada pukul berapa akan memberikan tugas ke anak. Kalau pukul 08.00 ya pukul segitu terus. Karena ada wali murid yang cerita, setiap kali pukul 09.00 (aku memberikan tugas ke anak setiap pukul 09.00), anaknya sudah siap dengan buku tugas dan seperangkatnya di meja belajar. Tentunya sudah mandi dan sarapan. Kalau sampai kelewat, meskipun lima menit, jangan lupa sampaikan maaf. Jangan gengsi untuk meminta maaf.
  4. Setiap kali ada hal yang menyangkut satu kelas, kalau bisa kamu ambil keputusan tanpa merugikan anak-anak, ya, ambil saja keputusan. Kalau ada apa-apa divoting, nanti akan menimbulkan kesan yang tidak baik bagi mereka yang tidak terpilih hasil votenya. Ini terjadi di kelas sebelah.
  5. Jangan pernah lupa untuk memberikan apresiasi ke orang tua yang selama ini menemani anak. Tidak gampang bukan menemani anak-anak belajar di rumah? Sangat. Tolong jangan sampai ada kalimat kutukan yang keluar dari mulut kita, "Rasain deh, baru menemani satu anak saja sudah kerepotan, apalagi sepertiku, setiap hari ngadepin 30 anak." Helo! No no. Jangan sampai ada juga anggapan, "Enak ya gurunya, nggak ngajar dapat bayaran." Oh, tidaaaaaakkk!


Kamu, orang tua? Kamu, guru? Masa pandemi ini memang terasa sangat sulit bagi kita. Tapi, tolong, jangan semua hal dijadikan masalah. Kalau kita bisa padamkan pecikan api, kenapa harus kita sulut?

Kamu kalau ada komentar atau keluh kesah berkaitan cara komunikasi bersama guru anak-anak atau ke wali murid, boleh lho ditulis di kolom komentar. Yah, setidaknya bisa mengurangi beban perasaan kamu. Atau mau menambahkan poin di atas, boleh banget. Ku tunggu ya.

21 komentar:

  1. Alhamdulillah.. Anak-anak masih TK, jadi gak ada ketentuan ngumpulin tugas. MasyaAllah.. meskipun gak bertatap muka, guru tetap menjalankan tugasnya dengan baik dan berusaha keras untuk bisa membuat semua nyaman. Memang dari sini mungkin komunikasi ya mbak yang kurang, karena kalau bertatap muka dengan tulisan itu rasanya beda hehe.. Semoga Kerja Keras guru menjadi ladang amal jariyah ya mbak.. Barokallah..

    BalasHapus
  2. aku suka cara komunikasi guru SD anakku. selalu dengan kata2 penyemangat dan kalo ngingetin PR ada yang kurang pake kata maaf. Padahal anakku yang kurang teliti hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama, aku juga salut sama guru kelas anakku di kelas 2 ini, baik banget, selalu tidak lupa mengingatkan anak2 buat ngecek tugasnya, semua ucapannya selalu di awalai dan di akhiri dengan tolong, maaf dan terima kasih

      Hapus
  3. Kalau Wali Kelas keponakanku lumayan lah. Gak sampai nutup kolom juga. Cuma kadang adaa aja wali murid yang gak paham dan jadi nanya mulu. Setuju bahwa komunikasi memang sangat memengaruhi

    BalasHapus
  4. kekurangan kecil masih bisa ditolerir ya antara orangtua & guru apalagi situasinya kaya gini. Tiap orang termasuk guru punya cara & tanggung jawab yang beda. Maunya sih semua gutu & orangtua bersinergi.
    Alhamduillah kalau anakku yang SD bagus banget cara mengajarnya selama opandemi, cuma yang SMP ini tapi gak bisa komplain :-D akhirnya banyak belajar mandiri aja.
    Oh ya bu guru kalau ada yg komolain gitu (dengan baik tentunya) apakah nanti anak akan dikucilkan gurunya? kalau bu DIyanika sih gak pastinya ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, ini nih, Mbak, seringkali wali muridnya duh duh agak bawel tapi anaknya anteng-anteng saja. Malah santun banget. Jadi, ya, no no dikucilkan lah. Kasihan.

      Hapus
  5. Komunikasi yg baik memang penting ta..di profesi apapun. Semoga pandemi segera berlalu..dan sementara itu, semoga para guru & wali murid diberi kesabaran lebih dlm menemani anak belajar. Aamiin..

    BalasHapus
  6. Intinya tetap berkomunikasi semaksimal dan berkualitas ya. Sehingga setiap ada masalah, jika disampaikan dengan terbuka, bisa dicari solusinya dengan pikiran yang jernih.

    BalasHapus
  7. Aku ngerasa banget ini komunikasi yang baik antara guru dan wali murid penting banget. Kadang rasa enggan bertanya jadi cair kalau gurunya juga membuka pembicaraan dengan cara yang ramah. Mood seseorang juga pengaruh saat baca sesuatu, kadang pertanyaan orang dengan nada yang halus kalau dipikiran orang yang bacanya mood lagi gak bagus bisa salah paham juga.

    BalasHapus
  8. Biasanya Senin pagi, wali kelas anak saya udah menyapa pagi-pagi di WAG orang tua. Menanyakan kabar kami semua setelah weekend. Dan berharap semua dalam keadaan sehat. Setelah itu, baru deh minta tolong untuk bangunin anak-anak.

    Menurut saya, salam dan sapa seperti ini memang efektif untuk mendekatkan hubungan antara orang tua murid dan wali kelas. Bersyukur saya di tahun ajaran ini wali kelasnya baik semua komunikasinya

    BalasHapus
  9. Benar juga, ya. Komunikasi daring bikin kadang suka ada mispersepsi. Jadi, emang penting banget guru belajar cara berkomunikasi yang baik lewat ketikan.

    BalasHapus
  10. Ini masa-masa sulit yang entah kapan berakhir-nya.
    Semangaattt untuk para guru, para ortu dan semuanyaaa
    semoga kita bisa membimbing dan mendidik anak2 untuk jadi generasi yg lebih baik

    BalasHapus
  11. Masa pandemi emang menuntu rasa legowo dari semua pihak khususnya ortu dan guru, semua sama2 berjuang supaya bisa memberikan yang terbaik utk pendidikan anak ya mbak.
    Kangen anak2 kembali sekolah, aku tiap ambil modul ke sekolah suka melow sendiri dan geregeten sama penanganan pandemi yang gak jelas kek skrng :(

    BalasHapus
  12. Nah yang ini banyak beredar lho

    "Rasain deh, baru menemani satu anak saja sudah kerepotan, apalagi sepertiku, setiap hari ngadepin 30 anak."

    Lhaaa?

    Saya pribadi menganggap bukan saatnya saling menyalahkan. Guru kewalahan seperti pula kewalahannya ortu. Saya mengambil peran saya sendiri. Berusaha tidak menuntut. Karena paham kewalahannya guru dan paham tugas saya sebagai orang tua.

    Berat sih memang tapi lebih berat lagi kalau mereka harus bersekolah di luar. Lebih tenang sayanya ada anak2 di depan mata :D

    BalasHapus
  13. aku salut sama guru-guru yang masih mau bersusah payah berjuang untuk menyampaikan yang terbaik agar murid-muridnya mampu memahami syukur2 bisa hepi di masa sekolah dari rumah gini. Aku belom punya anak sekolah aja udah senewen mulu haahha

    BalasHapus
  14. Senangnya kalau guru memang perhatian dan care ama anak. Guru wali kelas anakku ya gitu. Ramahnya dan sabarnya masyaAllah. Dan anak anak pun mau bertanya ya nggak takut. Senangnya punya guru seperti mba :)

    BalasHapus
  15. Guru sinang tuh udah sepuh, palingan ya karena beliau gaptek aja sih hambatannya. Lain-lainnya tidak masalah. Kurang banyak malahan tugasnya kalau menurutku hehehee... anakku jadi berlebih waktu untuk santai2. :)

    BalasHapus
  16. Kak Diyanika ini panutan banget...
    Aku sering cerita pengorbanan kak Diyanika ke Ibuku. Bangga aku bisa kenal guru yang mashaAllah...semoga Allah memberikan banyak keberkahan bagi kak Diyanika dan keluarga.

    BalasHapus
  17. Kalau aku sih jujur aja guru anakku yang SMP dan SD itu jauh berbeda banget. Kalau yang SMP rutin dan komit serta sedikit2 kasih cara atau penjelasn kalau guru yang SD hmm.... kita tiap hari absen aja di wag dan guru langsung kasih tugas halaman berapa tanpa kasih penjelasan huhu makanya ortu jadi belajar lagi dampingi anak.

    BalasHapus
  18. Makasih sharingnya mbak..ini saya baca sebagai seorang guru, juga sebagai orangtua yang akhirnya mengajarkan si kecil di rumah karena PJJ.

    BalasHapus
  19. aslii, mbaak.. aku jadi keinget ibuku. ibuku tuh guru BK, ya gimana, udah sering banget ngadepin anak dan ortu yang pada bermasalah. kudu bener2 sabar dan tau cara mengomunikasikan persoalan heheh

    BalasHapus