Rabu, 28 Oktober 2020

Kugaet Hati Walimurid dan Anak-anak dengan 3+ Aplikasi Berikut ini


Kutahu semua orang merasa tidak nyaman dengan keadaan saat ini. Akan tetapi, itu tidak lagi menjadi fokus kita. Karena mau tidak mau kita harus tetap menjalani kehidupan ini. Terpenting saat ini adalah bagaimana kita mengubah ketidaknyamanan menjadi kenyamanan.

Masih ingat, kapan anak-anak mulai belajar dari rumah? Ya, sejak Maret lalu. Apakah semua berjalan baik-baik saja? Awalnya tentu tidak. Kalau saat ini bisa jadi sudah mulai terbiasa. Mungkin kalau anak-anak harus kembali ke sekolah justru rasanya malah aneh. Bukan, begitu?

Sama halnya dengan pola kerjaku sebagai guru. Awalnya kaget, tidak nyaman, kerja malah waktunya ananta, padahal aku punya anak sekolah juga, duh, kok begini, ya? Akan tetapi, balik lagi. Kalau gak gelem obah (tidak mau bergerak), ya salah kaprah. Kasihan walimurid, terutama anak-anak. Pun, di mana tanggungjawabku?

Nah, sebagai guru, selama belajar dari rumah ini apa yang aku lakukan? Bagaimana caraku agar walimurid tetap semangat mendampingi sekaligus anak-anak juga tidak mangkir dengan tugas yang ada?

Sebelum aku membahas lebih jauh, kita mulai dari sini dulu, yuk!

Belajar dari rumah tak akan jauh dari kata pembelajaran daring dan luring. Apa arti keduanya? Secara mudah, keduanya diartikan sebagai berikut.

Dari penjelasan di atas, pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan memanfaatkan jaringan komputer, internet, dan sejenisnya. Lain halnya dengan pembelajaran luring, yaitu pembelajaran tanpa memanfaatkan jaringan komputer.

Sampai sini sudah paham arti keduanya, ya?

Bagiku, selama belajar dari rumah ini, kombinasi pembelajaran luring dan daring memang tak terelakkan. Bahkan menurutku keduanya tidak bisa jalan sendiri-sendiri. Keduanya saling mengisi agar kegiatan belajar dari rumah ini tetap berjalan lebih efektif dan syukur-syukur menyenangkan.

Kalau kuingat saat awal belajar dari rumah, semua guru kelabakan. Bagaimana ini? Karena semua tidak ada persiapan. Ini kali pertama terjadi. Akhirnya pemerintah memberikan angin segar lewat belajar luring, yaitu tayangan di TVRI.

Apakah cukup hanya dengan belajar lewat tayangan TV (pembelajaran luring)? Jelas tidak. Butuh juga komunikasi dengan guru.  Paling sering dilakukan dengan aplikasi WhatsApp. Bentuknya bisa pemberian arahan dari guru tugasnya kira-kira apa, mengerjakannya di buku apa, kemudian pemantapan dari guru bagaimana, sampai refleksi yang muncul seperti apa. Bukankah ini butuh kombinasi antara pembelajaran daring dan luring? Kok ya untungnya perkembangan teknologi begitu pesat, ya. Sehingga pekerjaan guru juga sangat dimudahkan.

Apakah belajar dari tayangan TVRI berjalan lancar?

Sehari, dua hari, sampai seminggu, okelah, tidak ada masalah. Lama-kelamaan anak-anak bosan. Orangtua juga tidak bisa selalu mendampingi. Mereka harus bekerja. Nah, bagaimana ini? Masalah mulai muncul satu per satu. Anak-anak dengan orangtua bekerja mulai mangkir dari tugasnya. Kalau terus-terusan seperti ini, bagaimana?

Aku memutar otak.

Jujur, sebenarnya aku merasa envy dengan teman-teman guru yang sering kulihat kabarnya di sosial media. Mereka bisa melaksanakan pembelajaran melalui zoom, google meet, atau sejenisnya dengan lancar. Aku ingin juga seperti itu. Bisa melihat wajah dan menyapa anak-anakku kelas 1 SD tahun ini setiap pagi.

Sayang, aku harus sadar bahwa keadaan walimurid dan anak-anakku tidak semua memiliki gadget. Selain itu, adanya keterbatasan kuota, perkara sinyal dan setiap anak tidak pegang HP sendiri harus kuperhatikan.

Sejak saat itu aku berpikir untuk mencari cara agar tercipta pembelajaran luring dan daring yang lebih fleksibel, bisa diakses kapanpun, bervariasi, menyenangkan, dan tentunya anak-anak tetap disiplin mengerjakan.

Alhamdulillah, sampai saat ini, dari 30 anak, ada 4 anak yang tidak memiliki gawai, sisanya hampir semua mengirimkan tugas. Ya, kalau ada yang telat sehari dua hari, wajar, karena orangtua ada kepentingan. Tapi, mereka (walimurid dan anak-anak) tetap menepati tugas. Bahkan ada yang pernah sakit (tangan kanannya kecelakaan) berusaha untuk tetap mengerjakan tugas tepat waktu. Cerita seperti ini membuatku selalu semangat untuk memberikan yang terbaik pula untuk anak didikku.

Bagan di atas menunjukkan kalau lebih dari 75% dari anak yang memiliki gawai selalu mengirimkan tugas dengan disiplin. Aku pribadi merasa bersyukur, karena untuk tahun ajaran ini ada peningkatan yang signifikan dibandingkan antusiasme anak-anak kelas 1 tahun kemarin yang sempat merasakan belajar dari rumah selama empat bulan sebelum kenaikan kelas.

Dari situlah aku sadar bahwa bukan harus seperti guru lain dalam menciptakan pembelajaran daring dan luring. Akan tetapi, lebih ke apa yang walimurid dan anak-anak butuhkan. Karena setiap daerah, sekolah, bahkan kelas, memiliki keterbatasannya masing-masing. Cari benang merahnya. Syukur-syukur kalau aku bisa memaksimalkan kompetensi yang aku miliki.

Nah, untuk mencapai angka 75% tersebut, dalam pelaksanaan pembelajaran daring dan luring, aku memaksimalkan beberapa aplikasi yang ada di HP. Iya, hanya HP senjataku, jadi, kamu yang tidak ada laptop pun bisa mengaplikasikannya. Aplikasi apa sajakah itu?


Aplikasi sejuta umat, setuju? Coba sini angkat tangan, di HP siapa yang tidak ada aplikasi yang satu ini? Hampir semua punya, ya. Walimuridku jelas semua punya aplikasi WhatsApp. Aplikasi dengan logo berwarna hijau ini memang sangat membantu pembelajaran daring maupun luring untuk kelasku.

Foto, teks, file dokumen, video, kontak, sampai suara bisa dikirim lewat aplikasi yang satu ini. Bahkan video call juga bisa lebih dari dua orang. Sesekali kalau mau video call-an ramai-ramai bisa juga, agar anak-anak bersua dengan teman-temannya lewat layar.


Kelemahan dari pemakaian aplikasi ini adalah memori HP yang tersita banyak. Misalkan anak-anak mengirim tugas dalam bentuk foto dan video, tentunya memori HP cepat penuh. Cara untuk mengatasinya adalah kita bisa menggunakan flashdisk OTG yang kapan saja bisa dicolokkan ke HP untuk memindahkan data foto dan video anak agar tersimpan sebagai arsip yang rapi. HP pun tidak jadi lemot. Kalau tidak, data bisa dipindah secara manual menggunakan kabel USB yang disalurkan ke laptop atau PC.


Tidak ada kata kebetulan, yang ada adalah mau apa tidak kita mengambil kesempatan. Karena hobi menulis di blog ini, aku mengenal aplikasi 'ajaib' bernama Canva. Semua yang berhubungan dengan gambar bisa didesain dengan aplikasi ini. Gratis pula. Ada yang berbayar. Akan tetapi, yang gratis juga sangat berguna. Satu lagi, aplikasi ini bisa diakses via mobile maupun web.



Gambar sampai bagan di tulisan ini kudesain dengan aplikasi Canva yang gratis. Aku tidak pernah ikut kursus khusus menggunakan aplikasi ini. Semua otodidak. Kucoba pelan-pelan sampai akhirnya di titik ini. Ternyata aplikasi Canva sangat berguna untuk membuat pembelajaran daringku menyenangkan dan lebih variasi. Bahkan, saat aku mendapat tugas dari kepala sekolah untuk membuat banner PPDB, lomba peringatan tertentu, sampai poster Covid aku juga pakai aplikasi yang satu ini. Contoh desain buatanku seperti berikut.




Ini benar-benar memakai Canva, bukan photoshop. Coba deh didownload dulu aplikasi ini. Siapa tahu kamu akan ketagihan juga menikmati kemudahan teknologi untuk pengembangan pembelajaran sepertiku sekarang ini?!

Aku sudah pernah mencoba menggunakan aplikasi edit video dan foto seperti Viva Video, Filmora, Kinemaster, tapi yang paling pas kemudian cocok banget di aku adalah Inshot ini. Pengoperasiannya sangat mudah. Menunya juga tak kalah lengkap. Pemula pun bisa langsung praktik tanpa mengalami trial and error.

Kenapa memakai aplikasi ini untuk menunjang pembelajaran daring dan luring? Karena kalau tugasnya hanya dalam bentuk teks dan gambar, tentu anak-anak akan cepat bosan.

Nah, dengan aplikasi Inshot, aku sering sekali membuat video dari menggabungkan hasil desain Canva, kemudian ditambah dengan rekaman suara, musik, efek-efek gambar atau tulisan agar lebih menarik.

Aku juga pernah membuat video sederhana tentang mengenalkan nama anggota tubuh dengan memanfaatkan beberapa aplikasi, misalnya Canva, Inshot, Screen recorder. Diolah sedemikian rupa dan jadilah video seperti yang kuunggah di youtube channelku ini.

Alhamdulillah, respon dari anak-anak pun sangat baik. Bahkan kalau dalam seminggu aku tidak menyapa mereka lewat video mereka akan komplain.


Kira-kira, selain WhatsApp ada juga yang memakai Canva dan Inshot untuk mendukung proses pembelajaran luring dan daring selama pandemi ini? Bagaimana kesan yang kamu dapatkan?

Semoga apa yang aku share di atas bisa berguna untuk mempermudah tugas kita selama masa pandemi ini, ya. Akan tetapi, ada satu hal yang juga harus kita perhatikan agar proses pembelajaran daring dan luring bisa berjalan dengan efektif dan menyenangkan. Yaitu, proses komunikasi yang baik kepada walimurid dan anak-anak.

Berikut tips yang bisa kamu perhatikan saat berkomunikasi dengan walimurid khususnya via WhatsApp.

  1. Setiap kali memberikan tugas, jangan lupa sampaikan salam, tanyakan kabar, beri pembukaan, baru kemudian sampaikan tugas untuk anak-anak. Basa-basi itu sangat penting. Kalau kamu tidak bisa basa-basi, latihan.
  2. Saat menyusun kalimat untuk poin 1, jangan lupakan tiga kata ajaib, yaitu maaf, tolong, dan terima kasih. Ini sangat berpengaruh. Tidak percaya? coba saja.
  3. Tentukan pada pukul berapa akan memberikan tugas ke anak. Karena ada wali murid yang cerita, setiap kali pukul 09.00 (aku memberikan tugas ke anak setiap pukul 09.00), anak sudah siap dengan buku tugas dan seperangkatnya di meja belajar. Tentunya sudah mandi dan sarapan. Kalau sampai kelewat, meskipun lima menit, jangan lupa sampaikan maaf. Jangan gengsi untuk meminta maaf.
  4. Setiap kali ada hal yang menyangkut satu kelas, kalau bisa kamu ambil keputusan tanpa merugikan anak-anak, ya, ambil saja keputusan. Kalau ada apa-apa divoting, nanti akan menimbulkan kesan yang tidak baik bagi mereka yang tidak terpilih hasil votenya.
  5. Jangan pernah lupa untuk memberikan apresiasi ke orang tua yang selama ini menemani anak. Tidak gampang bukan menemani anak-anak belajar di rumah? Sangat. Tolong jangan sampai ada kalimat kutukan yang keluar dari mulut kita, "Rasain, baru menemani satu anak saja sudah kerepotan, apalagi sepertiku, setiap hari menghadapi 30 anak." Hai! No no. Jangan sampai ada juga anggapan, "Enak ya gurunya, tidak mengajar dapat bayaran." Oh, tidak!


Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diadakan dalam rangka Bulan Bahasa dan hari Sumpah Pemuda oleh Ikatan Guru TIK PGRI bekerjasama dengan Komunitas Guru TIK/KKPI (KOGTIK) dan Komunitas Sejuta Guru Ngeblog (KSGN) melalui https://www.gurupenggerakindonesia.com/



Ika Hardiyan Aksari, anak tunggal yang lahir di Pati, 20 April 1992. Saat ini tinggal di Demak dan bekerja sebagai guru wiyata bakti di SDN Kebonagung 1, Kec. Kebonagung, Kab. Demak. Bagiku, menulis adalah suatu keharusan. Sehari tidak menulis kepala terasa penuh. Temukan tulisanku di www.diyanika.com


#PGRI #KOGTIK #EPSON #KSGN

49 komentar:

  1. Wah, saya juga pengguna setia Canva bu, memang sangat bagus untuk menarik minat siswa membaca materi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali. Saat ini aku masih belajar terus agar menghasilkan desain yang lebih halus dan eye cathing, Mbak.

      Terima kasih sudah mampir ke sini.

      Hapus
  2. wah, keren nih. mantap Bu. saya juga sering pakai canva. Kunjungi blog saya ya bu di https://gurupembelajar.my.id/strategi-aktiv-bru-untuk-belajar-di-rumah-yang-menyenangkan/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak, Pak.
      Ternyata banyak yang memakai Canva, ya. Memang membantu banget aplikasi yang satu ini.

      Hapus
  3. Keren, Bu. Kehadiran canva memang sangt membantu ya Bu😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih.
      Bagaimana dengan aplikasi yang lainnya?

      Hapus
  4. Tiga aplikasi ini juga aku pakai lho ka untuk keperluan blogging

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga, Mbak. Makanya aku sering mbatin sendiri, untung saja aku ini guru yang bloger juga. Bergun banget.

      Hapus
  5. org tua dan guru harus mencari cara bagaimana mengajari anak bljr di rumah. Anak saya apalagi mba, dia gak suka dan ga betah bljr online itu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, ini, Mbak, setiap hari ada saja walimurid yang cerita. Makanya ide untuk memvariasikan pembelajaran kudu ON terus.

      Hapus
  6. Terus menjaga semangatnya bu. 👍

    BalasHapus
  7. Menyenangkan kalau ada guru seperti Bu Diyanika. Bisa beradaptasi dengan cepat di saat keadaan seperti ini. Jadi kegiatan belajar juga bisa lebih lancar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa karena dipaksa, Chi. Jadi, ya, mau bagaimana lagi, untuk terpenuhinya hak belajar anak.

      Hapus
  8. MasyaAllah mbak.. ikut merasakan haru perjuangan guru yang akses internetnya gak semudah di kota. Belum lagi keterbatasan bagi yang tidak memiliki gadget. Semoga semua usaha mbak dan guru guru yang juga ikut berjuang untuk muridnya tercatat sebagai amal jariah ya mbak. ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin Ya Rabb.
      Terima kasih mbak untuk doanya.
      Iya, tantangan tiap guru memang beda2. Terpenting saat ini harus mau bergerak dan mencari tahu apa yang dibutuhkan oleh anak-anak.

      Hapus
  9. Semangaaaattt bu guru cantik shalihaat!
    Super duper senaaang ya, kalo tercipta kerjasama yg baik antara guru, wali murid, dan siswa.
    Semoga pandemi ini menguatkan jiwa belajar kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seperti mengetuk pintu seseorang kemudian dibuka dengan senang hati, Mbak. Semoga jadi pertanda kalau anak2 memang senang dengan apa yang aku sampaikan selama ini.

      Hapus
  10. 3 aplikasi di atas memang mudah pengoperasiannya dibanding aplikasi sejenis lainnya, masa pandemi ini guru2 harus memutar otak agar belajar daring tetap berjalan lancar seperti halnya belajar luring, salut deh buat para guru :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes, Mbak.
      Gunakan aplikasi yang mudah kemudian maksimalkan kompetensi kita. Alhamdulillah ternyata hasilnya memuaskan.

      Hapus
  11. Guru yang kreatif dan selalu up to date. Super sekali, sukses selalu ya bu guru. Saya hampir setengah abad baru belajar ngeblog🤭🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak.
      Tidak ada kata terlambat untuk belajar, ya. Kapanpun sampai akhur hayat. Semangat!

      Hapus
  12. wah blog-nya keren Bu Guru, salam kenal, pingin nyoba CANVA juga nih, terimakasih ilmunya


    http://www.ayomendidik.com/2020/10/etematik-sebagai-alternatif-inovasi.html?m=1

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih. Kalau isi postingan ini bagaimana?

      Monggo, diutak-atik, agar terbiasa pakai Canva.

      Hapus
  13. aku pake aplikasi whatsapp dan inshot jugaaa hihhi, kalo canva aku masih belum pake niiih, masih belum ngulik soalnya heheheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berguna banget ya, Mbak, dua aplikasi itu untuk ngeblog. Dua aplikasi itu andalan banget deh. Ya buat ngeblog, ya, ngajar.

      Hapus
  14. Menarik sekali nih artikelnya, saya harus banyak belajar nih dengna Canva !
    Salam kenal Bu :
    https://www.guruataya.com/2020/10/dengan-mpi-omat-pembelajaran-semakin.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Pak Iwan. Ini langganan juara menulis nih. Ayo, Pak, belajar Canva juga. Sangat bermanfaat pastinya.

      Hapus
  15. Makasih mbak share nya.. Harus blajar inshot2 nih. Bener ujung2nya kita harus kreatip ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jiwa kreatifnya meronta-meronta kalau keadaan kayak gini. Tapi, justru malah bagus. Banyak guru kreatif pada bermunculan.

      Hapus
  16. Canva emang sangat membantu. Kehadirannya memberikan semangat baru buat belajar. Menarik perhatian banget yah kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyes, Kak. Beruntung sekali bisa mengenal lebih dulu aplikais yang satu ini.

      Hapus
  17. Aku akuin pakai inshot dan whatsapp nih ngebantu tugas anak selama belajar di rumah. Makasih. Senang kalau bu guru semangat dan kreatif

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebagai walimurid mengakui hal ini, ya, Mbak. Jadi, nggak hanya guru yang terbantu, tapi juga walimurid. Terima kasih sudah mampir.

      Hapus
  18. Huaa kreatif banget Bu guru huhu jujur aja anakku yang ke dua untuk pembelajaran lebih banyak lewat WA dan untuk video aku pakai aplikasi inshot sih soale lebih gampang hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pemula jadi nggak kesulitan ya. Inshot juga andalanku banget.

      Hapus
  19. Canva dan Inshot sy juga menggunakan, terlebih canva... memang asyik nih aplikasi ajaib banget bisa bikin infografis keren dengan mudah hehe....alhamdulillah...

    BalasHapus
  20. Para guru ditantang untuk menguasai teknologi ya, ga sekadar menyuruh anak-anak mengerjakan tugas tanpa memberikan materi. Untung ada banyak aplikasi yang memudahkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh, kasihan anak kalau nggak ada apa2 kemudia diminta mengerjakan soal, Mbak.

      Hapus
  21. Ya Allah...Kaka Guru keshayangan..
    Bagus banget bahan ajar yang disiapkan...aku jadi ikutan jawab soalnya.

    Barakallahu fiik, kak Diyanika.
    Kreatif banget Ibu Gurunya... semoga anak-anak jadi mudah pahamnya.

    BalasHapus
  22. Pembelajaran jarak jauh ini mwmang jadi tantangan banget ya Mbak syukurnya ada aplikasi sepertiWA,Canva dan Inshot yang bisa membantu proses belajar mengajar jadi lancar

    BalasHapus
  23. Canva dan Inshot andalanku juga mbak. Bukan untuk belajar sih tapi, buat jualan hehehe... semangat terus yaa bu guru :)

    BalasHapus
  24. Wah Kreatif banget di saat jaringan mentok kita bisa membuat kreativitas melalui canva, inshoot atau lainnya ya mbak

    BalasHapus
  25. Saya juga pakai Canva mba buat bikin media belajar untuk anak anak. Banyak gambar2 keren.

    BalasHapus
  26. Andai semua guru sekreatif Bu Ika ini, waahh pasti murid-muridnya bakalan makin sayang. Dengan begitu mereka akan happy saat menerima pelajaran yaa.. Memang harus mau repot bikin bahan ajar. Ya guru kan emang harus gitu ya demi anak-anaknya.

    BalasHapus
  27. Anakku juga pake inshot kalo kirim video buat tugasnya. Mau gak mau memang harus melek digital ya sekarang ini. Good luck tulisannya informatif banget

    BalasHapus
  28. ternyata masih banyak guru hebat-hebat,
    https://www.gurusumedang.com/

    BalasHapus
  29. Masuk 10 besar sangat luar biasa. Saya awalnya sdh memprediksi artikel ibu masuk 10 besar. Fernyata benar. Slmt ya bu Dian👍🏻🙏sukses ferus. Berikutnya gaet juara 1 ya bu

    BalasHapus