Jumat, 01 April 2022

Curhat Menyambut Hari Pertama Puasa

Apa, ya? Aku sebenarnya bingung mau menulis dari mana. Karena sudah lama juga tidak menulis blog.

Baiklah, karena aku percaya bahwa pikiran itu maha dahsyat, ingin rasanya menuliskan keluh kesahku dalam menyambut hari pertama puasa tahun 2022 ini.

Inginku, setelah mencurahkannya dalam bentuk tulisan, hal-hal berikut tidak lagi mengganggu keseharianku. Jadi, puasaku kali ini lebih pol-pol an.

Pertama,

Ini adalah puasa tahun ketigaku tanpa ibuk. Buk, apa kabar? Tak kupungkiri, seperti ada yang hilang, Buk. Aneh rasanya. Tapi, aku bisa apa? Hidupku harus kulanjutkan meski tanpamu. Tunggu aku di sana, ya, Buk.

Kedua,

Aku bingung, menyambut hari pertama puasa ini muncul pertanyaan, apakah aku bisa melewatinya? Tahun lalu aku hamil, kini ada bayi usia hampir 8 bulan, sedangkan yang momong bisa datang mulai pukul 07.00 dan selama ramadan nanti minta pulang pukul 15.00. Kemudian, aku masaknya bagaimana? Adakah ide?

Ketiga,

Surat edaran jadwal libur di hari pertama puasa belum juga ada. Sampai hari ini aku masih bekerja seperti biasa dan siswa kelas VI sedang melaksanakan tryout terakhir. Benarkah hari pertama puasa jatuh hari Minggu? Tak adakah libur di awal puasa ini?

Keempat,

Soal pekerjaan abi. Biasanya kalau bulan ramadan seperti ini proyek abi agak sepi. Semula ada rencana mau bikin usaha kuliner. Tapi, kupikir, ini nanti bakalan menyibukkan abi apa tidak sehingga ibadahnya malah nggak khusyuk dan jatuhnya lebih ke duniawi?

Sebenarnya bulan April ini aku dapat rezeki bertumpuk-tumpuk. Kalau untuk makan insyaallah cukup dengan gajiku. Akan tetapi, aku harus membayar hutang sekitar 3 jutaan.

Aku berdoa kepada Allah agar diberikan jalan terbaik. Terutama, aku dan abi tetap bisa ibadah ramadan dengan lebih khusyuk dibanding sebelumnya.

Kelima,

Masih urusan finansial lagi. Ternyata, ramadan kali ini aku harus memikirkan THR untuk yang momong bayiku, mertua, dan juga bapakku yang saat ini sudah tidak serumah denganku. Padahal akhir bulan nanti, seperti biasa aku harus nyicil angsuran hutang tinggalan bapakku. Ya Allah, cukupkanlah agar ibadahku bisa lebih khusyuk.

Keenam,

Soal ibadah, aku belum ada target apapun. Inginku, ramadan kali ini aku tidak hanya mikir soal duit duit dan duit terus. Aku ingin beribadah dan mendekatkan diri kepada Gusti. Izinkanlah, Ya Allah. Tadarus hayuk, tarawih juga.

Terakhir,

Halo, apa kabar setrikaanku yang menggunung? Insyaallah selama puasa nanti bisa menyetrika sedikit demi sedikit. Kalau mau manggil Mbak Sol, yang biasanya bantu nyetrika, duh, uangnya bisa dipakai buat yang lain dulu. 

Itulah yang saat ini sedang kugelisahkan dalam menyambut hari pertama puasa. Bismillah akan ada jalan rezeki Allah yang menutup semua lubang-lubang kegelisahanku ini. Aamiin.

Kamu, punya kegelisahan juga? Selamat menjalankan ibadah puasa hari pertama, ya. Jangan lupa bersyukur bisa sampai di hari yang mulia ini! Alhamdulillah.

3 komentar:

  1. Mbak, salam kenal, membaca postingan ini kok, serasa lagi melihat sebagian curhatan dalam pikiran saya sendiri.

    Saya juga Ramadan kemarin dalam keadaan hamil, dan Ramadan kali ini dalam keadaan mengurus seorang bayi (plus 3 kakak-kakaknya). Kadang cuma bisa teriak di dalam hati menghadapi segala kerempongan di rumah.

    Saya juga sering kepikiran soal duit melulu, sampai kadang saya merasa agak 'dangkal' karena pikirannya begitu terus. Padahal, ya gak bisa dipungkiri, ini kan realita.

    Semoga Allah mudahkan segala urusan maupun hambatan finansial keluarga kita ya Mbak, dan segala urusan lainnya dalam hidup. Aamiiin... Mari sama-sama semangat, Mbak :)

    BalasHapus
  2. Semoga Allah mudahkan urusannya dan ibadahnya ya mbak. Selamat menunaikan ibadah puasa dan sehat selalu Mbak.

    BalasHapus
  3. Dek .. mungkin ini bisa sedikit membantu ya. Untuk point kedua, urusan masak bisa disiasati dengan menyiapkan bumbu dasar biar masak bisa lebih cepat. Atau kalau gak ya beli sayur sama lauk sih..

    Tahun lalu aku juga begitu karena bertepatan dengan perkuliahan PPG. Aku jarang banget masak buat berbuka. Mengandalkan dapur tetangga kalau ga semangkuk sayur dari ibu.

    Semangat ya... Insyallah bisa. Yakin!

    BalasHapus