Satu kegiatan dari yang lain, tidak pernah kusangka akan kualami selama menjadi guru adalah sering ikut sosialisasi.
Hai, TKA! Akhirnya sosialisasinya tiba juga.
Pagi ini, setelah menunggui muridku untuk melakukan pembiasaan pagi; membaca asmaul husna dan pasolatan (bacaan salat), aku mengisi administrasi kelas sebentar, kemudian membagikan tugas untuk mata pelajaran IPAS (saat kutinggal nanti). Satu per satu anak-anak kudatangi dan kusalami, aku pamit, dan menyerahkan ke guru mata pelajaran agama, karena kebetulan jam pertama memang jam mata pelajaran tersebut.
Sebelumnya, hari Kamis, kepala sekolah membagikan info undangan yang harus kuhadiri di grup WA sekolah. Tercantum di undangan sih kepala sekolah dan korwil, ya. Tapi, karena di sekolahku kepala sekolahnya berstatus Plt, beliau juga ada kegiatan OJT Pembelajaran Mendalam, aku yang guru kelas 6 pun berangkat memenuhi undangan tersebut.
Di undangan tercantum kegiatan sosialisasi TKA (Tes Kemampuan Akademik) berlangsung di Aula SMP Negeri 3 Demak dimulai 08.30 - 11.30 WIB.
Pukul 07.45 an, aku sudah berpamitan di grup sekolah dan teman-teman yang ada di kantor. Perkiraanku, dari sekolah sampai ke lokasi akan memerlukan waktu sekitar 30 menit. Kulajukan sepeda motorku dengan kecepatan rata-rata 50 km/jam. Jalanan cukup sepi dan suasananya juga masih adem.
Aku sudah beberapa kali ke SMP Negeri 3 Demak ini, jadi di jalan agak santai juga. Nggak perlu tengak-tengok penuh waspada, hihihi.
Sekitar pukul 08.28 aku sudah duduk di Aula. Masih sepi, yang datang baru beberapa orang saja. Setelah mengisi absen, aku mendapat snack, nasi kotak, dan plastik.
 |
| Dapat snack dan nasi kotak sekaligus plastiknya, cocok nih yang kirmah, mikir omah. |
 |
| Narsumnya sudah ready, duduk depan ah, biar jelas tampilan layarnya. |
Sembari menunggu dimulai, aku sempat membuka laptop sebentar dan mengisi laporan keuangan keluarga. Tak lama ada teman satu kecamatan datang dan duduk di sebelahku.
Pukul 08.54, Mas Zayyinul membuka acara dan dilanjutkan oleh narasumber atas nama Pak Sodikin, S.Pd. yang per September 2025 lalu mendapatkan amanah baru menjadi Ketua Tim Kerja Subtansi Tingkat Sekolah Dasar di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Demak. Pokoknya kalau urusan dengan minat bakat, ANBK, TKA bakalan sering ketemu beliau.
 |
| Kiri Pak Zayyinul, Kanan Pak Sodikin |
Sosialisasi dibuka dengan gambaran asesmen dari tahun ke tahun hingga hari ini. Pak Sodikin menyelipkan informasi bahwa Pak Prabowo ingin adanya standarisasi lagi untuk asesmen siswa. Kalau saya sendiri sebagai guru meski baru tahun ini mengajar di kelas 6, vibes-nya memang beda. Jiwa dan semangat kompetisi siswa kalau ada ujian nasional itu tampak.
 |
| Aku setuju ujian nasionalnya, tapi nggak setuju kalau sebagai satu-satunya syarat kelulusan, ya. |
Terlebih lagi, dari yang kubaca, saat tak ada ujian nasional, anak bangsa yang ingin kuliah di luar negeri juga terhambat, ya. Di beberapa negara, ijazahnya dipertanyakan untuk standar nilainya. Mereka harus tes lagi versi negara tujuan dan akan membutuhkan waktu tertentu.
Satu hal lagi yang tidak banyak orang awam tahu adalah perkara KKM/KKTP/batas nilai terendahlah ya kalau bahasa mudahnya. Jadi, misal sekolah A itu punya batas minimal nilai di rapot sebesar 80, sedangkan sekolah B sebesar 75. Ketika sama-sama masuk ke jenjang berikutnya, yang syarat masuknya menggunakan rapot, padahal siswanya lebih berkualitas sekolah B, alhasil yang dari sekolah B banyak yang tidak diterima karena kalah nilainya.
Pernah nemu kasus demikian?
Banyak banget lho yang seperti itu. Coba deh cek lewat slide berikut. Awas senyam senyum!
 |
| Bagan paling atas tuh hasil rapot semenjak nggak ada UN, hehehe. Idealnya persebaran nilainya itu merata, nggak hanya menonjol di satu sisi saja. |
Nah, TKA ini hadir sebagai salah satu langkah untuk mengarah ke "ada lagi ujian nasional". Agar standar capaian siswa seragam. Lebih fear. Teknisnya seperti apa nanti, masih digodhok oleh pemerintah. Wes ben dipikir sama pemerintah.
Beberapa regulasi terkait TKA terpampang pada potret di atas. Paling mudah dipahami adalah regulasi yang pertama.
TKA itu singkatan dari Tes Kemampuan Akademik. Tes dengan moda komputer, untuk siswa SD yang diujikan itu mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia. Tujuannya adalah mengetahui kemampuan setiap anak. Kalau AN atau sering kita kenal ANBK kan untuk mengetahui mutu sekolah.
Coba perhatikan slide berikut dan temukan perbedaan antara UN, AN, dan TKA! Beda, ya.
TKA ini belum wajib, ya.
Jadi, menurut keterangan Pak Sodikin, sebelum mendaftarkan siswa di portal, nanti akan ada surat pernyataan kesediaan yang harus ditandatangani oleh walimurid dan kepala sekolah. Kalau tidak ikut, ya, tidak masalah. Untuk teknis pelaksanaanya kurang lebih seperti ANBK. Butuh proktor dan teknisi di setiap sekolah. Insyaallah, bapak ibu guru di sekolah sudah paham ini.
Keuntungannya apa kalau ikut TKA ini?
- Tahu tingkat kemampuan siswa
- Hasil TKA bisa digunakan untuk mendaftar di jenjang selanjutnya dengan jalur prestasi
- Mendapat sertifikat dari kementerian
Kalau menurutku, ya, mending ikut kalau sekolah memang sarana dan prasarananya memadai. Akan tetapi, karena sekolah sudah mengikuti ANBK, kurasa sekolah siap semua deh sarana dan prasarananya.
Kapan untuk pelaksanaan TKA?
Untuk SMA sudah, ya, awal November lalu. Kalau untuk SMP dan SD sekitar Maret - April 2026. Setiap harinya ada 3 sesi. Setiap siswa memiliki waktu sekitar 2 jam 10 menit untuk menyelesaikan soal Bahasa Indonesia dan Matematika. Ya, beda ya dengan ANBK, kalau ANBK kan pelaksanaannya 2 hari, karena ada materi Literasi dan Numerasi dibedakan harinya.
Saat pelaksanaan TKA tingkat SMA kemarin ada yang viral, ya? Itu lho yang pada live Tiktok saat ujian berlangsung. Banyak yang khawatir kalau soalnya bocor. Nah, kemarin itu ada bocoran dari Pak Sodikin kalau kemungkinan besar soal setiap anak itu berbeda.
Menurut keterangan Pak Sodikin, setiap kabupaten itu ada tim pembuat soalnya. Ada 4 guru, 2 guru SD dan 2 guru SMP. Nah, komposisi soal TKA yang diterima siswa itu nantinya akan diacak dan terdiri dari soal yang dibuat oleh pusat (mayoritas), dari kabupaten asalnya itu sendiri, dan soal dari kabupaten lain.
Sebelum sesi tanya jawab dibuka, Pak Sodikin juga menyampaikan bahwa nanti hasil TKA itu akan ada nilainya 1 - 100 dengan kategori ISTIMEWA, BAIK, MEMADAI, dan KURANG.
Sebagai persiapan dan menjawab pertanyaan dari salah satu guru yang bertanya, kisi-kisi untuk TKA ini sudah bisa kita akses di website https://pusmendik.kemdikbud.go.id/tka/, ya.
Tepat pukul 10.45an aku sudah standby lagi di sekolah. Dan saat aku masuk kelas, "Loh Bu Ika nggak jadi pergi?" Hahahaha. Lha cuma gitu doang sosialisasinya. Kelar, ya kembali ke sekolah. Mereka kecewa kali ya nggak jadi jamkos sampai waktu pulang sekolah tiba. Haha.
Teman-teman yang punya putra-putri kelas 6 SD dan kelas 9, sudah sampai mana persiapannya? Sudah adakah sosialisasi TKA ini dari sekolah? Dari penjelasan singkatku ini, adakah harapan atau pandangan lain tentang TKA? Punya harapan apa dengan adanya TKA ini?
KKM itu banyak yg bohong ya?
BalasHapusAnak gak mampu juga nilainya kok bisa diatas 7,5 kalau KKM nya misal 7,5
Padahal kalau diuji, nilai anak 4 pun tidak sampai
Bagaimana itu SDM bangsa bisa jadi generasi emas?
Kalau bohong tidak, Mbak. Akan tetapi, untuk menentukan KKM atau KKTP ini setiap sekolah kan beda besarannya meski dengan ketentuan yang sudah pakem dari pemerintah.
HapusGuru zaman sekarang itu mental dan fisiknya kudu prima ya, banyak perubahan dan banyak acara. Semoga sukses membimbing siswa-siswanya meraih skor TKA yang bagjs. Aamin. Itu siswanya udah ngarep jam kosong sampai pulang loh hehee
BalasHapusBetul sekali, Mbak, kudu kuat mental dan fisik lahir batin pokoknya.
HapusHahahaha. Benar sekali, mereka sudah kecewa itu.
Saya sudah bebas dari segala ujian sekolah anak hehehhe. Tapi, tetap aja melongo ketika melihat berita ada yang live tiktok saat TKA berlangsung. Ada aja yang dramanya :D
BalasHapusAnakku kelas 6 nih, tapi karena "bersekolah" di PKBM, belum tahu nanti kebijakannya seperti apa. Cuma memang kalau di rumah tetap kami siapkan andai emang kebijakannya ngikut ada TKA.
BalasHapusJujurly, TKA ini kek ya ampun uji coba banget, karena menurutku masih kurang lama gitu digodognya.
Bener banget, keknya namanya doank yang beda, tapi mirip kek ada unas lagi, trus semua kek lupa unas dulu ditiadakan karena apa huhu.
Agak deg2an kalau baca2 berita soal TKA anak SMA kemarin, ada yang soal bocor lha, ada yang live saat TKA lha, lhaaa ini gimana sih. Kyk acak adut mulu kebijakan pemerintah mengorbankan anak2 ini.
Emang keknya kudu guru dan ortu yang mengusahakan supaya anak2 ini bisa menyelesaikan tantangannya, apapun itu, dengan baik ya mbak.
Tahun depan anakku yang satu SMA dan degdegan juga sih kebijakan final pemerintah untuk masuk SMA negeri seperti apa, soale ada aja gebrakannya huhu.
BalasHapusDaku setuju kalau ada standarisasi untuk asesmen siswa, karena bisa seragam modelnya dan harapan yang ingin dicapai. Kalau misalnya ada perbedaan aja sedikit, yang ada bikin polemik. Bisa saja di sekolahan A standar nya gimana, sedangkan yang B malah lain. Nah ini yang gak asik. Standardisasi penting sih
BalasHapusKeponakanku ada yang kelas 12 MAN dan dia emang kemarin ikut TKA. Aku pribadi sih setuju aja ya dengan adanya tes buat anak. Cuma memang buanyak banget yang harus dipersiapkan dan diperbaiki sistemnya
BalasHapusKalau anak yang lagi magang di kantorku baru juga TKA kemarin-kemarin, dan cerita pas TKA nggak ada yang keluar soalnya dengan yang dipelajari. Waduh ngenes banget yaa.. TKA katanya pengganti UN ya mba, masyaALLAH mudah-mudahan lebih baik dan ada upgrade nya
BalasHapusLhooo... kok bisa2nya loh pas TKA tetep live tiktok duh duuuh.. sungguh ora empan papan ya klo kata orang Jawa. Ga bisa bedain saat2 mana harus menjaga privacy dan etika. Gemes iiihh..
BalasHapusOya, anakku kelas 10, nggak ikut TKA berarti ya? Ntar dia tesnya sekitar tanggal 20an. Duh apa lagi ya istilahnya, lupaaa... banyak istilah tes sekolah yang berganti2, jadi lupa melulu.
Alhamdulillah, Uda sosialisasi TKA ya.. sebenernya, TKA ini menambah beban kerja guru ga, ka Diyanika?
BalasHapusSemoga anak-anak dimudahkan yaa.. untuk menghadapi tantangan demi tantangan pendidikan. Yang penting memang proses belajarnya dan asalkan maksimal, in syaa Allah hasilnya sesuai dengan kemampuan.
Nah itu, TKA tidak wajib tapi sejumlaj sekolah kok mewajibkannya ya, Mbak..Kasihan juga kalau semua a ak diwajibkan.padahal kan buat yang mau saja..
BalasHapusNah iya Bu Niar, ini membuat ketimpangan yang kurang nyaman.
HapusApalagi kalau urusan batas minimal nilainya nggak seragam, jadinya makin menge sedih buat peserta didik
Semoga apapun peraturan yang akan dibebankan ke sekolah, anak-anak sekolah bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan lulus dengan hasil yang baik pula yaa
BalasHapusEmang sudah seharusnya ya ada semacam tes negara kayak TKA. Saya loh waktu di Singapura ada ujian negara, kok jaman sebelumnya di SD/SMP Indonesia malah dihentikan/dibubarkan. Welcome back Ujian Negara dalam bentuk TKA.
BalasHapusKlo dah kebijakan dari pemerintah semoga lancar dan penerapan pada TKA ini harus betul-betul peserta didik pahami. Secara kan hasilnya digunakan untuk naik ke jenjang selanjutnya.
BalasHapuskompetensi guru semakin berkembang ya?
BalasHapusSaya inget sewaktu ada guru yang mengelun pekerjaannya semakin sulit
Nilai rapor gak sekadar angka, tapi penjabaran setiap nilai
Mbak, salut sekali, ikut workshop langsung diikat ilmunya dengan dituliskan di blog.
BalasHapusTahun ini sulung saya pun menghadapi TKA sedikit banyak saya jadi makin paham.
Mbak, opini kamu soal UN well said banget. Setuju banget, UN itu ada plusnya, tapi jangan dijadiin satu-satunya dewa penentu kelulusan. Soal ijazah anak Indonesia yang ribet kalo kuliah ke luar negeri aku jadi bayangin anakku nantinya. Heuheu. Pengen banget sebenarnya kakak someday bisa lanjutin kuliah ke luar negeri.
BalasHapusAdikku yang di SMA sudah ikut TKA. Emang sebelumnya, ada semacam persetujuan gitu dari wali murid.
BalasHapusTKA ini jadi wajib ya buat anak anak ? ini sama seperti test IQ gak sih?
BalasHapus