Sabtu, 17 Maret 2018

Makan Bersama Setiap Hari Jumat

Di semester 2 ini kelasku banyak perubahan. Contohnya mendekorasi kelas dan makan bersama setiap hari Jumat.

Nah, kali ini aku akan menceritakan tentang makan bersama di hari Jumat.

Kebiasaan ini aku contek dari IG seorang guru. Tapi aku lupa siapa beliau. Pokoknya aku melihat postingan IG beliau saat makan bersama dengan murid-muridnya.

Ayo diserbu!
Kenapa aku tidak menirunya juga untuk anak-anakku di sekolah? Tujuannya pun bagus dan sesuai dengan keprihatinanku saat ini.

Keprihatinan soal apa?


Jujur, aku sangat sedih melihat anak-anak zaman sekarang yang rasa kepedulian dan kebersamaannya nol besar. Melihat temannya jatuh dibiarkan. Melihat sampah disampingnya, dibiarkan juga, melihat barang milik temannya jatuh di sampingnya pun banyak yang nggak peduli, eh, ada temannya yang menggeser meja dan kesulitan karena terlalu berat kok ya cuma diplototin saja, dan kasus-kasus lainnya.

Akhirnya, dengan bismillah, aku mengutarakan niatku ini dengan salah satu guru dan penjaga sekolahku. Setelah mendapat persetujuan dan dukungan, aku pun memulainya.

Konsep makan bersama ini bukan makan dari bekalnya masing-masing. Ini mah sudah biasa. Melainkan kelas dibentuk menjadi beberapa kelompok. Masing-masing kuberi wadah seperti baki plastik untuk meletakkan bekal mereka menjadi satu di sana dan memakannya bersama-sama. Kalau di sini namanya bancaan.

Sumber foto dari https://ceritapesantren.blogspot.co.id/

Jumat, pertama kali kegiatan ini dilakukan, hooo, mereka excited banget. Mereka berlomba-lomba untuk menghabiskan makanan mereka. Secara tidak langsung mereka belajar kerja sama ya.

Saat Jumat kedua, tahu apa yang terjadi? Ada 2 anak yang menghampiriku,

"Bu Ika, kata mama, aku nggak boleh makan bersama gitu. Katanya jorok."

Wew? Aku melongo. Kaget.

Sebisa mungkin aku memberi pengertian kepada mereka kalau kegiatan makan bersama dalam satu baki ini untuk melatih kebersamaan, mau berbagi sama teman lainnya, menghargai masakan ibu, dan gotong royong.

Namanya anak-anak, setelah diberi pengertian mereka mengerti. Atau jangan-jangan takut kalau aku marah? Hihi.

Jumat kemarin, entah sudah Jumat yang ke berapa kami makan bersama di kelas, tapi jumlah anak yang tidak membawa bekal makin banyak, 5 anak. Alasan mereka beragam.

Lauknya nggak enak. Malu sama temannya.

Lupa.

Tidak boleh sama ibu.

Sudah lapar dan makan dari rumah.

Oiya, khusus hari Jumat, aku memang melarang mereka untuk sarapan di rumah karena kami akan sarapan bersama di sekolah.

Untuk anak-anak yang tidak bawa bekal, banyak juga lho temannya yang berinisiatif mengajaknya makan bersama.


"Sini Zaid, makan dengan kelompokku. Cuci tangan dulu."

Atau,

"Bu, aku tidk bawa bekal, boleh tidak aku ikutan makan sama kelompok Naila."

Masalah lain yang sering muncul adalah mereka tidak bisa menghabiskan makanan. Padahal aku sudah berkali-kali mengingatkan mereka untuk membawa bekal secukupnya saja karena akan digabungkan dengan teman lainnya.

Namanya anak-anak, meskipun sudah diingatkan ya gitu deh. Terus, kebiasaan buruk mereka adalah sering sekali makan sambil ngobrol sama teman sekelompoknya. Iya, asyik ngobrol sampai lupa makan. Hahaha. Jangan ditiru ya.

Untuk orang tua yang masih belum mendukung kegiatan makan bersama di hari Jumat ini ya kuanggap maklum saja. Semoga secepatnya bisa mendukungnya dengan selalu membawakan bekal setiap hari Jumat. Ucapan terima kasih yang tak terkira untuk orangtua, guru sejawat, dan penjaga sekolahku yang selalu membantu untuk mencucikan baki.

Semoga kebiasaan baik ini akan bisa berjalan sampai kapanpun. Bisa menular ke kelas lain selain kelas 1 dan 2.

Nah, kalau di sekolah kamu, atau sekolah anak kamu, ada kegiatan apa? Mau dong sharing di kolom komentar. Siapa tahu aku bisa menyonteknya di sekolahku.

6 komentar:

  1. wah aku malah setuju banget loh cara bunda. untuk kehigienisan kan murid pasti di wajibkan cuci tangan. menurut aku lebih jorok jajan di luar drpd makan bersama. murid di sekolahku malah banyak yg jajan sembarangan dan stand stand gitu udh jelas jorok bgt aku perhatiin. in sha allah aku mau niru juga makber ini makan bersama setiao jumat.

    BalasHapus
  2. Kalau aku dulu waktu masih SMK, masak bareng terus makan bersama mbak. Di Kampungku mulai PAUD-TK sekarang ini tiap satu bulan pasti ada acara makan bersama. Itu pengalaman aku kalo keponakan ada makan bersama. Soalnya tiap hari momong keponakan jadi tahu kalo di PAUD-TK ada acara makan bersama.

    BalasHapus
  3. Idenya menarik mbak. Semoga sukses & menginspirasi

    BalasHapus
  4. Di sekolah kami yg notabene adalah rumah sendiri jg anak2 suka sekali makan sebaki bersama begini. Insyaallah barokah ya.
    Moga para ortu bisa lbh kooperatif dg kegiatan sekolah😊

    BalasHapus
  5. Wa,seru banget.. semoga ortu yang nggak pro jadi pro ya mbk

    BalasHapus
  6. Sebetulnya memang ada dampak negatif untuk makan dari baki yang sama begini.

    Setiap mulut dari individu punya banyak sekali kuman berupa bakteri dan jamur. Jika ia memasukkan tangannya ke mulut, maka bakteri dan jamur itu akan pindah ke tangannya. Jika tangannya yang sudah berkuman itu memegang makanan, maka para kuman akan hinggap di makanan itu. Jika makanan yang bekas dipegang tangan orang dari mulut orang itu masuk ke mulut kedua, maka kumannya akan masuk ke mulut orang kedua.
    Jadi, dengan makan bersama di baki yang sama, ada makanan yang tercemar kuman dari mulut orang lain, masuk ke mulut orang berikutnya.

    Contoh kuman-kuman yang bisa hinggap ini macam-macam, mulai dari kuman penyebab pneumonia, bakteri meningitis, sampai virus HIV. Karena medium penularannya melalui air liur, air liur ini membasahi tangan, tangannya membasahi makanan.

    Adalah bijak kalau orang tua sampai melarang anak makan dari baki yang sama begini.

    BalasHapus