Minggu, 11 Maret 2018

Mampukah Aku Setia Sampai Nanti, Sayang?


Jumat lalu, saat aku pulang sekolah, mataku tertarik dengan sebuah pemandangan yang mengharu biru hatiku. Apa yang aku lihat?

http://dailymail.co.uk/

Seorang perempuan renta sedang menuntun sepedanya. Kemudian kamu tanya, apa spesialnya sampai membuatku terharu?

Di atas boncengan sepeda yang tak kalah tuanya dengan usia perempuan itu, ada seorang laki-laki renta berpakaian putih, bercelana pendek, dan ada kain sarung yang dikalungkang di leher.

Ya, kamu pasti sudah mengira kalau perempuan itu mengantarkan suaminya pergi ke masjid untuk salat Jumat, kan? Dan itu di tengah cuaca yang terik.

Hatiku berdesir.

Aku mendahului pasangan itu. Laju motor kuperlambat. Kulihat dari spion motorku, perempuan itu agak kesulitan saat mau mengayuh sepedanya. Rasa iba langsung menyeruak. Ah, alhamdulillah kayuhan selanjutnya sudah dikuasainya. Sepeda itu berjalan perlahan.

Hatiku serasa maknyeesss.

http://stefanoromanophotography.zenfolio.com/

Seketika pikiranku langsung tertuju ke Abi, suamiku.

Muncul pertanyaan, saat kami menua bersama, apakah aku bisa setia seperti perempuan renta itu?

Terlebih lagi, kami memang beda 10 tahun. Abi akan menua lebih cepat dibandingkan aku.

Pikiranku berkecamuk.

Mataku terasa panas.

Aku melenguh.

Huh.

Ya Allah...mampukah aku?

Sepanjang perjalanan aku hanya mengingat-ingat kebersamaanku bersama suami selama kurang lebih 3,5 tahun ini.

Suamiku itu,

Tak pandai tampil rapi dan menawan, tapi selalu cekatan tiap kali ada perabot rumah yang rusak.

Tak tampan, tapi selalu bilang aku cantik dalam keadaan apapun. Kalau orang lain bilang aku sudah seperti gajah bengkak, suamiku bilang aku makin seksi. "Kalau meluk Ummi itu enak. Anget."

Selalu mengutamakan kepentingan dan keinginanku.

Selalu menciumiku tiap kali bangun tidur meskipun aku tak pernah menciumnya. Selalu menciumku meskipun aku berusaha sekuat tenaga untuk menutupi wajahku.

Selalu memijat kakiku saat aku kelelahan tapi suamiku tak pernah mengeluh capek di depanku.

Tak pernah memintaku untuk membuat minuman hangat di pagi hari. Sekalinya ingin minum justru membuat sendiri tanpa sepengetahuanku.

Selalu diam saat aku marah-marah tak jelas.

Setiap pagi selalu membantuku mencuci piring dan menyapu saat aku sibuk memasak di dapur. Bahkan ikut menjemur baju yang sudah kukeringkan di mesin cuci.

Selalu memelukku saat tidur sekalipun aku selalu memunggunginya.

Ah, aku merasa malu banget sama diriku sendiri. Rasa-rasanya selama ini aku lebih melihat sisi kekurangan suamiku. Apalagi saat tubuh capek bekerja atau beberes rumah, suami adalah pelampiasanku. Dan apa tanggapannya? Dia terlewat sabar.

Aku merasa sangat jahat saat teringat sesekali pernah berandai-andai dinikahi oleh laki-laki lain yang menurutku laki-laki lain itulah yang terbaik untukku.

Aku merasa sangat gila saat menyalahkan suami karena keadaan sekarang ini. Aku merasa semua yang aku terima saat ini karena aku menikah dengannya.

Bukankah aku adalah istri yang tak pernah bersyukur?

http://twitter.com/

Bagaimana bisa aku setia dengannya sampai nanti jika saat ini saja aku seperti ini?

Saat aku menuliskan ini, bayangan pasangan renta itu dan suamiku memenuhi relung-relung pikiranku.

Sesak dadaku.

Apakah ini wajar? Atau aku yang tidak sumeleh, ikhlas menerima takdir hidupku? Apakah aku tampak seperti orang yang serakah?

Aku harus bagaimana?

Seketika terlintas dalam benakku, seandainya saja saat ini juga suami diambil olehNya, apa yang akan terjadi denganku?

Hatiku kelu. 

Seperti ada yang menyengat hatiku.

Pernahkah kamu berada di posisiku saat ini?

Ah, aku seperti tokoh dalam FTV yang ada di tipi-tipi itu.

***
Barusan buka facebook malah dapat messenger video ini dari laki-laki entah siapa, nggak jelas. Tapi videonya membuatku makin baper, lah kok pas banget sama aku, dulu awal menikah dengan suami. Ada apa gerangan?


14 komentar:

  1. Hiks..Aku pun membacanya, terparah patah Mbaa..
    Suaminya persis suamiku, tulisan ini merasuk dalam batin. Aku yang 16 tahun up n down bersamanya, ya..ya..di sisa umurku kami lebih menjadi teman hidup, dan sudah menyiapkan diri dr sekarang, sewaktu waktu Allah mengambil salah satu dari kita, yang ada kata kata "titip dan jaga anak kita baik-baik"yaaa

    BalasHapus
  2. Aku langsung membayangkan betapa tulusnya si nenek yg mengantarkan suaminya naik sepeda ontel untuk berjamaah. Ya allah. Semoga kelak aku mendapat suami atas ridhaMu.. Huhuhu
    Lah kok malah aku baper, hhh

    BalasHapus
  3. Suaminya romantis yaa, suamiku harus aku protes dulu baru muji or blng sayang

    BalasHapus
  4. Saya suka haru lo mba, liat pasangan tua yang masih bersama. Menua bersamamu, itulah kira-kira. Sempat terlinras, bisa gak saya seperti itu? Hiks..

    BalasHapus
  5. Langsung ingat sama suami saya.. Dia tdk tampan ttp dia selalu menjadi partner setia dlm segala hal.. Suami saya tak pernah mengeluh walau dlm kesulitan sekalipun.. Suami saya taat dan selalu membimbing dan mengingatkan dlm hal ibadah.. Duhh jadi makin sayang sama my soulmate..

    BalasHapus
  6. Kadang aku juga liat pasangan renta tapi masi romantis. Bikin baper ya mba. Smg bisa seperti mereka

    BalasHapus
  7. Jadi pengen nyanyi lagunya westlife OST film Up 'i wanna grow old with you'

    BalasHapus
  8. Aku terharu bacanya. Jadi inget ibu sama bapak yg selalu setia sampai tua dan menerima kekurangan satu sama lain. Panutan banget

    BalasHapus
  9. Nenek itu strong dan setia banget ya, serius nih aku terharu T.T

    BalasHapus
  10. Terharu aku mbak. Pasangan suami istri yang tetap setia sampai usia senja dan tua renta itu luar biasa ya. Senang dan sedih selalu bersama-sama.

    BalasHapus
  11. Baca postingan ini terasa tertampar. Merasa belum bisa jadi istri yang baik dan masih kurang bersyukur :(

    Terima kasih sudah diingatkan

    BalasHapus
  12. Terharu bacanya....romantisnya pasangan ini

    BalasHapus
  13. Gak bisa banyak berkomentar. Cuma berharap semoga aku dan suami bisa seperti ini (romantis dan langgeng terus) sampai tua nanti. Aku pun masih belajar menjadi istri yang baik sampai sekarang. Semoga juga masih diberi kesempatan untuk berbakti kepada suami sebelum ajal menjemput.

    *Terus jadi mewek di pojokan kamar*

    BalasHapus