Rabu, 02 Mei 2018

Perlu Nggak sih Seorang Guru Belajar Public Speaking?


Sebagai guru, aku akan menjawab, perluuuuuu banget. Kenapa? Yuk cari tahu alasannya lewat cerita pengalamanku saat belajar public speaking bersama @akademibicara.



Adakah satu nama guru atau dosen kamu yang masih kamu ingat sampai sekarang? Dalam benakmu sudah ada satu nama? Kalau belum coba deh diingat-ingat lagi! Sudah ketemu nama siapa? Kenapa nama itu yang kamu ingat? Karena dia galak atau nyebelin saat mengajar? Ehm, atau karena yang beliau sampaikan begitu mengena dalam hatimu dan cara mengajarnya begitu mengasyikkan? Nah nah nah, alasan kedua inilah yang ingin aku dapatkan sekarang atau suatu hari nanti dari murid-muridku.

Sedih lho kalau ada seorang murid yang ingat aku karena galak-ku. Lha di jalan ketemu tapi pura-pura nggak lihat saja rasanya sedih. Apalagi ini bertahun-tahun bahkan sampai nanti mereka dewasa yang diingat dariku justru galak-ku. Nggak berkah kan apa yang kulakukan selama ini?

Aku dan murid-muridku

Bagiku, menjadi guru adalah pilihan hidup yang mulia. Tambah mulia lagi kalau selama pembelajaran bisa membuat anak-anak hepi di kelas. Mereka hepi di kelas itu adalah kunci. Kalau mereka hepi, apapun yang aku ‘jejalkan’ kepada mereka bisa masuk dengan mudahnya dan berharap semua itu akan bermakna sampai kapanpun.

Sebenarnya banyak cara yang bisa dilakukan oleh seorang guru untuk membuat hepi anak-anak. Salah satunya yaitu dengan menjadi TEMAN bagi mereka. Kok teman? Apa nanti mereka nggak nglunjak?

“Aku dan kamu adalah sama.”

Begitu kira-kira Mas Adi, tentor dari Akademi Bicara, membagi tips dasar saat seseorang ingin menjadi public speaker yang baik.


Mengambil Kesempatan Belajar Public Speaking


Aku adalah satu dari 10 blogger yang beruntung untuk belajar public speaking bersama @akademibicara dan @titiktengahpartnership. Dari awal aku sudah niat banget untuk bolos sekolah. Apalagi anak muridku juga pada libur. Kapan lagi coba, aku bisa belajar public speaking yang memang dari dulu aku minati?

Bertempat di Impala Space, Spiegel Building, 2nd floor, Kota Lama, Semarang, aku bertemu dengan Mas Adi dan Mbak Nessa. Kali pertama jumpa, mereka sudah ramai banget. Bawaannya seru. Gini nih yang aku suka kalau ketemu sama orang yang terbiasa ngomong di depan orang banyak. Tapi, saat ketemu mereka, ingatanku langsung tertuju sama satu profesi sih, penyiar radio. Hahaha.

Jujur nih ya, saat melihat tawaran dari Mbak Nia soal acara ini, aku langsung mikir, aku kalau ikut acara ini bakalan tahu nih tekniknya seorang penyiar radio yang ngomongnya enak dan selalu dinanti pendengar setianya. Terus tahu-tahu lagi asyik dengerin mereka ngoceh, eh, sudah mau pamitan. Nah, aku pengen nih kalau ngajar, suaraku bisa enak didengar dan muridku jadi hepi kalau aku lagi ngajar. Tahu-tahu waktu istirahat tiba. Terus mereka teriak, “Bu, pelajaran saja terus, Bu, nggak usah istirahat.” Hahahaha.

Mas Adi saat beraksi
Nggak ada salahnya, bukan?

Ya, inilah saatnya. Pun, aku berpikir, aku ini masih muda, jalan hidupku insya Allah masih panjang. Banyak hal yang ingin aku pelajari. Ya, kalau aku selamanya jadi guru. Kalau tidak? Kalaupun aku masih bertahan jadi guru, bukankah ilmu ini juga sangat bermanfaat bagi murid-muridku?

Persiapkan Ini Dulu Sebelum Tampil Menjadi Seorang Public Speaker


Sekitar pukul 09.30 WIB, Mas Adi memulai acara. Kami, ber 10 diminta untuk meletakkan tangan kanan di samping pipi kanan, begitu sebaliknya, tangan kiri memposisikan hanya jari telunjuk di sebelah kiri pipi. Masing-masing dari kita diberikan tugas untuk menangkap jari teman sebelah kanan dan jari satunya bersiap-siap untuk diangkat agar tidak tertangkap oleh tangan teman sebelah kiri. Tentu tangkap dan angkat ini sesuai kode dari Mas Adi. Yes, kami main ice breaking. Dan permainan itu mampu menggugah tawa canda semua peserta. Seru dan mengasyikkan.

Ice breaking dulu yuk!
Foto by Mbak Nia Nurdiansyah
Seperti ice breaking lainnya, hal ini dilakukan oleh Mas Adi agar perhatian kami ngumpul di acara tersebut. Ya, bisa dibilang memusatkan konsentrasi. Pun ini juga sering aku lakukan di kelas lho, saat pagi hari setelah berdoa bersama. Atau saat anak-anak pas lagi heboh-hebohnya kemudian aku say Hello. Kemudian dilanjutkan tepuk Mau Apa Kalian Di sini?, Tepuk Seamngat, dll.

“Setiap pekerjaan itu butuh public speaking.” Ucap Mas Adi.

Yes, aku sepakat. Jadi, aku nggak salah langkah kan ikut acara ini?

Sejalan dengan apa yang diutarakan di atas, Mas Adi menjelaskan bahwa menjadi seorang public speaker, tentu butuh persiapan. Sebelum tampil, kita harus tahu, siapa yang akan jadi audience kita? Ngomong di depan anak SD tentu beda kalau kita ngomong di depan perangkat desa, pun saat jadi MC pas acara seminar tingkat nasional dan orang menikah. Makanya penting banget kita tahu, siapa audience kita agar lebih siap model penyampaiannya seperti apa.


Tahu audience, selanjutnya adalah membuat mind mapping, apa-apa yang akan kita sampaikan. Pas, dalam pekerjaanku juga begitu. Sebelum tampil di depan anak-anak, aku harus tahu apa-apa yang akan aku sampaikan ke anak-anak. Itu lho RPP. Iya, aku harus lihat RPP dulu. Setidaknya hapal lah step by stepnya. Kalaupun ada improvisasi kan ya tak masalah.

Ibaratnya tuh gini, persiapan matang saja bisa panik, apalagi yang tanpa persiapan. Mati kutu mbuh lho ya. Kita akan terlihat bodoh di depan audience. Padahal kita kan sebagai speaker. Kalau di profesiku, aku kan guru, masak guru plonga-plongo, nggak paham sama materinya. Misalnya seperti itu. Makanya persiapan itu penting, kalau perlu, apa-apa yang akan kita sampaikan, tulis sedetail mungkin. Pertama aku mau salam, sambil posisi nunduk-nunduk mempersilakan tamu, dan seterusnya.

Persiapan sudah kece badai, jangan kira kalau semua akan berjalan mulus begitu saja ya. Gugup saat mau tampil? Itu hal biasa kok. Semua orang pun mengalami hal yang sama.


Mbak Nessa punya tips andalan nih kalau mau tampil, eh, tiba-tiba gugup minta ampun, terus di otak itu rasanya penuh banget. Takut ngeblank? Lakukan cara berikut ini, tulis apapun yang ada di otak kita. Buang. Tulis lagi, buang. Sampai kita ngerasa lebih enakan. Misalnya mau nulis, aku gugup,  remas, buang. Tulis lagi, aku sebel ada dia jadi juri, remas, buang. Lagi, asem yak, sepatuku malah kekecilan, buang, atau, tulis saja, waduh, pejabat di depanku semua, dsb.

Tips tambahan dari perempuan yang sudah memulai karirnya di dunia public speaker dari tahun 2003 ini, sebelum action, wajib banget untuk olahraga mulut. A I U E O, pelafalan harus benar-benar diperhatikan. Pun, Mas Adi juga punya tips tambahan untuk tidak makan telur, terutama telur rebus, sebelum tampil. Sangat disarankan kalau makan 1 jam sebelum tampil. Jangan makan saat mepet waktu tampil.

Tips receh tapi kudu banget diperhatikan sebelum tampil. Karena kalau tidak, ehm, yang receh bisa jadi bumerang lho kalau di-halah-in saja.

Aku sendiri sebenarnya punya jurus jitu juga kalau tampil di depan umum atau pas mau ujian. Biar nggak gugup-gugup banget, aku selalu berdoa, membaca surat al-fatihah. Pas sampai ayat,


Kuucapkan 7 kali tanpa bernapas. Alhamdulillah, jurus itu selalu ampuh membuatku lebih tenang. Kalau kamu punya juga nggak cara atau tips jitu agar nggak gugup? Kalau belum punya, coba aja pakai salah satu tips di atas. Siapa tahu itu bisa membantumu mengurangi rasa gugup sebelum take action.

Saat Tampil Perhatikan Beberapa Hal Berikut Ini


Baru ngomongin soal persiapan sebelum tampil, kami sudah ricuh pengen tanya ini dan itu. Aku suka sih konsep dari workshop ini. Jadi, nggak melulu penyampaian materi selesai terus baru tanya. Kapan saja peserta mau tanya pas Mas Adi atau Mbak Nessa asyik menjelaskan pun tak masalah. Bukan kesan kurang sopan yang kudapat. Melainkan, interaktifnya tuh dapet banget. Giliran sudah nggak ada yang tanya, Mas Adi dan Mbak Nessa pun lanjut menyampaikan materi yang sudah dipersiapkan.

Setidaknya ada dua hal yang akan aku bagi di bagian ini, yaitu saat menjadi public speaker kita harus memperhatikan body language dan suara.

Muter mulu nggak capek, Buk?
Tentang body language, jangan lakukan 10 hal berikut.
  1. Menyilangkan kaki atau tangan di dada.
  2. Membelakangi audience lebih dari 3 detik, kesannya nanti kita seperti nggak siap di depan audience.
  3. Menghindari mata. Tentu gugup saat tampil, tapi menghindari mata audience justru tidak diperbolehkan. Kalau gugup, tatap matanya sebentar saja. Jangan lama-lama.
  4. Fokus pada satu titik, mata jangan lari ke mana-mana.
  5. Berdiri di tempat yang sama. Nah, sepakat banget nih, aku kalau ngajar paling anti hanya berdiri di depan kelas, yang ada muter mulu. Apalagi muridku kelas 1 SD, rameeee banget. Makanya, aku paling nggak bisa kalau ngajar pakai high heels. Pegel euy.
  6. Jalan terlalu cepat. Niat hati mau lebih dekat dengan audience dengan cara berjalan di sampingnya, tapi jangan sampai jalannya terlalu cepat. Nikmati saja.
  7. Mengulang gerakan tubuh. Ini kelihatan banget kalau gugup. Misalnya, mengedipkan mata berkali-kali, memainkan pulpen terus-menerus, garuk-garuk kepala, dll.
  8. Grogi, makanya persiapan harus maksimal. Caranya sudah aku share di atas ya. Usahakan juga kalau datang jangan mepet. Latihan sebelum acara dimulai juga nggak ada salahnya lho.
  9. Bermuka serem? Ih, senyum dong ah. Apa kabar audience kalau kita cemberut dari awal? Apalagi pas pandangan pertama. Kita harus pintar-pintar mengambil hati audience.
  10. Berbicara terlalu cepat. Bwahaha. Lah kita ngomong di depan orang itu tujuannya kan agar audience tahu apa yang kita sampaikan, bukan? Kalau kita ngomongnya kayak kereta Shinkansen. Ngomong opo kuwi? Tinggal WA-nan wae.
Materi yang disampaikan Mas Adi ini bikin aku senyum-senyum sendiri sih. Karena sambil mendengarkan, pun aku menyocokkan dengan apa yang aku lakukan selama ini saat ngajar. Pernah nih saat aku marah sama muridku, aku berkacak pinggang. Bukannya memperhatikan, mereka malah tertawa kemudian menirukanku. Malah ada yang tiba-tiba maju, kupikir mau apa gitu, nantangin? Pas sampai di depanku, "Bu, mau pipis."

Gubrak! Ya nggak jadi marah deh.

Banyak faktor sih, kenapa muridku pada nggak ngeh kalau aku lagi marah. Bisa jadi karena suaraku terlalu lemah lembut. Hahaha. Cocok deh sama apa yang disampaikan Mbak Nessa tentang suara. Apa sajakah yang harus diperhatikan seorang public speaker berkaitan dengan suara?
  1. Intonasi, bedakan mana kalimat pernyataan, pertanyaan, ajakan, dll. Biar apa yang kita ucapkan itu ada nyawanya. Pun yang diajak ngomong paham apa yang kita maksud. Karena sesungguhnya setiap orang itu bisa kok jadi seorang public speaker, tapi yang seperti apa? Yang enak didengar atau sekedar orang yang cerewet dan nggak enak didengar? Mau jadi yang mana?
  2. Aksentuasi atau penekanan. Misalnya, Bu Ika lebih suka kamu jujur daripada dapat nilai 100 tapi nyontek. Kata bergaris bawah itu diucapkan dengan penuh penekanan agar kalimat terdengar berbeda, mendapat perhatian, dan pesannya tersampaikan secara tidak terasa.
  3. Artikulasi atau pengucapan. Jangan belibet kalau ngomong, yang jelas, biasanya kalau gugup terbaca tuh dari ngomongnya yang cepat. Pun, bagi kita yang susah mengucap kata R, dengan latihan, nggak akan nampak kok kalau kita cadel.
  4. Perhatikan speed, pace (derap), dan pause. Seperti kalimatku yang ini, Bu Ika lebih suka kamu jujur daripada dapat nilai 100 tapi nyontek, pesan yang aku sampaikan akan benar-benar diterima muridku kalau aku ngomongnya memperhatikan speed, pace, dan pause, di atas. Kalau aku ngomongnya lempeng saja, yang ada muridku hanya, halah, ngomong apa sih, Bu?
Itu saja teorinya kalau kita pengen jadi public speaker yang enak didengar. Iya itu aja, tapi namanya jam terbang itu sangat berpengaruh lho ya. Pun Mbak Nessa dan Mas Adi menambahkan kalau karirnya masih bertahan sampai sekarang ini selain tahu teorinya dan jam terbang, ada satu hal lagi, attitudenya dijaga. Yap, seorang public speaker itu kan bagai garda depan ya, kalau misalnya attitudenya nol besar, sing meh nganggoke sopo? Ora payuuuuu.

Belajar Public Speaking 2 Jam? Kurang Banget.


Nggak kerasa tuh, seseruan di workshop public speaking berjalan selama 2 jam. Sumpah, rasanya cepet banget, enjoy, eh tahu-tahu kelar. Cuma segini doang? Kuraaaaaang. Hahaha. Batinku sih.

Apa aku bilang, belajar public speaking kayak gini tuh serasa dengerin penyiar radio, tapi kalau ini kelihatan ya yang ngomong. Terus tahu-tahu lagi enak-enaknya nyimak, malah sudah kelar. Lagi, lagi, lagi. Hihi.


Matahari di luar sana sudah tepat berada di atas kepala. Ruangan yang adem ditemani dengan lampu temaram makin membuat kami susah move on dari keseruan siang itu.Sambil bercengkrama, kami menikmati sajian ringan tapi mengenyangkan banget. Ada Kopikanu, cupcake yang unyu-unyu, pastel, dan lunpia dari @senirasa_.



Kalau andai ada kesempatan, mau lagi nih belajar public speaking lebih lanjut bareng @akademibicara. Terakhir tanggal 23 - 24 April kemarin ada SPESIAL CLASS : WIN THE PRESENTATION nih. Kamu kelewatan atau mau belajar juga kayak aku tentang public speaking? Coba aja, ntar pas puasa, 19 - 20 Mei 2018, kalau kamu pengen makin produktif di bulan puasa, coba aja ikutan Akademi Bicara "Basic Public Speaking & MC". Sayang aja kan kalau nggak ikutan yang bulan Mei ini. Toh, sebulan juga hanya ada satu workshop saja. Kalau nunggu lebaran mah lama. Atau habis lebaran nanti kamu ketiban sampur di MC di acara reuni? Pas nih. Untuk info lebih lanjut, coba aja kamu calling di nomor kontak yang ada di bawah ini ya.

Terakhir, terima kasih untuk Akademi Bicara dan Titik Tengah Partnership yang sudah ngasih kesempatan kepadaku untuk belajar ilmu public speaking ini. Memang pada dasarnya kebutuhan kita untuk berbicara di depan umum akhir-akhir ini itu menjadi sebuah kewaiban. Jadi, kalau sudah punya bekal, selanjutnya tinggal action dan action. Dan semoga, kamu yang baca tulisanku ini juga ketularan untuk mau tampil di depan umum. Percaya saja, kamu bisa kok!

Yeay! Foto.bareng dulu ya.

12 komentar:

  1. Masih perlu belajar banget nih saya soal public speaking. Terima kasih untuk sharingnya, sangat bermanfaat. ^^

    BalasHapus
  2. Bener bnget Jarang orang bisa dan trbiasa bicara dideoan banyak orang, walaupn guru y, mba kan beda audiens

    BalasHapus
  3. TFS, Ika... Duh penting banget ini yaa...

    BalasHapus
  4. Perlu bangeeet mba! Dan aku yakin public speaking bermanfaat untuk kita semua

    BalasHapus
  5. lucky me mampir ke sini. Aku baca sambil bayangin ngomong ke anak. Public speaking termasuk saat belajar bareng anak sendiri, kan.

    BalasHapus
  6. Iya sih perlu. Krn anak2 sering bukan ngeliat materi yg diajarkan tapo liat gurunya. Kalo ngajarnya enak mereka jadi suka belajar

    BalasHapus
  7. Setujuuu, semua profesi harus bisa public speaking. Makanya Aku pengen banget belajar public speaking biar nggak grogi lagi karena kagok mau ngomong apa.

    BalasHapus
  8. Pengen belajar publik speaking.
    ,Walau cuma irt..hahahaha

    Bagiku penting belajar publik speaking..soalnya dulu pernah Nemu guru..yang ngomong ngalir ngudul..terus gak bisa bikin soal.., soal ujian dari pertanyaan buku cetak.., ya sudah 100 sak kelas...hahahah

    BalasHapus
  9. Sebenarnya ilmu public speaking ini tentu dibutuhkan semua orang.
    Agar pikirannya lebih terstruktur dan mampu mengungkapkan dengan bahasa sederhana sehingga dipahami si penerima informasi.

    BalasHapus
  10. Sepakat dengan kalimat setiap pekerjaan butuh public speaking. Bahkan kader posyandupun juga butuh looh hehe

    BalasHapus
  11. Aku jg pingin deh belajar public speaking, kadang suka grogi klo ngomong depan org banyak

    BalasHapus
  12. Setuju mba. Dulu saya pikir penulis profesi yang gak perlu ketemu banyak orang, ealah tak taunya malah beberapa x dapat tawaran ngisi acara.

    BalasHapus