Selasa, 05 Juli 2022

Cara Allah Buatku Istirahat


"Menjalani hidup ini itu harus senang. Kalau senang, semua terasa nyaman. Makan juga enak."


Liburan kenaikan kelas kali ini, bisa dibilang aku seperti tidak libur. Hampir setiap hari berangkat. Kalaupun di rumah, anak-anak yang mau lomba ke rumahku untuk latihan. Padahal lomba ini ada yang handle sendiri. Lha kemana gurunya? Liburan ke Jogja.

Iya, saya nggrundel sedikit. Walaupun tugas tetap kukerjakan. Aku pun sering mbatin di hati, libur kok koyok ora libur to Gusti?

Apa memang seperti ini resiko rumah hanya selemparan kolor dari sekolah?

Atau ini akibat kebodohanku sendiri? Apabila diminta gini sama kepala sekolah manut. Makanya, jadi seperti ini?

Kepala sekolahku pernah bilang, "Kalau bukan jenengan yang pegang, nggak jadi, Mbak."

Wes, kalau sudah gitu, aku terus gimana? Mau nolak ya nggak enak, anak-anak terlantar, nama baik sekolah jadi taruhan. Tapi, aku juga malas dimanfaatkan dengan yang lainnya.

Halah, ada Mbak Ika. Ini lho yang nggak kusuka. Njagake.

Sampai kemarin pun, yang awalnya aku ada rencana mau ke sekolah, tapi bayiku rewel terus, akhirnya aku di rumah. Tapi, tetap kirim sinopsis pantomim, ngedit video dan musik pantomim. Selain itu juga ngabari anak-anak yang lomba untuk segera datang ke sekolah latihan. Padahal, ya, statusnya sudah jadi kelas VI, kok ya aku yang diburu diminta ngoyak-ngoyak anak-anak agar segera datang ke sekolah.

Pagi ini, harusnya aku ikut mengantar anak-anak yang berangkat lomba di kabupaten. Eh, ternyata, semalam suami masuk angin, bayiku dan si Kakak juga bapil. Aku berjaga dan bangun tidur badan rasanya remuk redam. Ditambah mbak yang momong adik izin sakit juga.

Ya sudah, mari istirahat berjamaah. Aku mah positif thinking kalau ini cara Allah buatku istirahat. Kalau nggak, mana bisa aku izin kepada kepala sekolahku dan teman-teman. Lah wong yo biasanya aku yang muter ke sana-sini.

Dan, satu lagi, besok-besok harus berani menolak, biar bekerja bisa senang, nggak nggrundel mulu. Syukur-syukur bisa barokah.

1 komentar:

  1. Kadang memang tulus, tapi kalau ketulusan itu dimanfaatkan ya muak lah

    Bismillah ya mbak... semoga hari-hari ke depan menjadi lebih baik

    BalasHapus