Senin, 23 Juli 2018

Si Jago Kandang juga Bisa Jadi Anak Cerdas


Si Jago Kandang juga Bisa Jadi Anak Cerdas – September nanti, usia Kak Ghifa akan menginjak tiga tahun. Secara keseluruhan dia tumbuh seperti anak seumurannya. Tapi, ada satu hal yang sampai sekarang ini masih jadi perhatian khusus untukku dan abinya. Yaitu, menyikapi ‘jago kandang’-nya agar tidak terbawa sampai dia masuk sekolah nanti. Karena kita tahu, salah satu modal utama untuk jadi #AnakCerdasItu harus berani 'tampil' di masyarakat. Kami takut kalau ‘jago kandang'—nya itu akan membuat langkahnya terbatas ketika mengeksplor lingkungan sekitarnya. Apa yang kami lakukan dan adakah perkembangan yang signifikan?
Sekarang kalau main nggak mau berhenti, dulu baru sampai sudah meraung-raung minta pulang

Julukan jago kandang begitu melekat dalam diri Kak Ghifa semenjak dia berumur enam bulan. Semua berawal dari dia yang sering kali menangis saat digendong oleh orang lain, selain aku, abi, kakek, dan neneknya. Padahal kalau ditelusuri secara mendalam, banyak pakar yang mengatakan bahwa anak mulai usia enam bulan ke atas sudah dapat membedakan mana orang tuanya, mana keluarga dekatnya, sehingga saat digendong oleh orang asing, dia akan merasa cemas, khawatir, sampai ada yang menangis.

Sayang, masyarakat sekitar selalu menilai kalau si jago kandang bukanlah ciri anak cerdas. Mereka bahkan banyak yang mencemooh dan membanding-bandingkan dengan anak lain secara terang-terangan. Sebagai orang tua, bagaimana tidak aku merasa frustasi?

Sampai akhirnya aku mengambil langkah untuk tidak sering membawa Kak Ghifa bepergian bersamaku. Biarlah dia di rumah saja dengan neneknya. Karena kalau bersamaku, di tempat yang baru, bertemu orang banyak, dia akan rewel dan mengundang komentar negatif atas dirinya. Aku nggak terima.

Keluar masuk terowongan sesuka hatinya. Nggak nyangka dulu dia anak yang jago kandang bangeeeet.

Benarkah langkah yang kuambil?

Di suatu kesempatan (satu tahun lalu), kuajak Kak Ghifa main ke playground. Tentu di sana banyak sekali orang yang tak dikenalnya. Dari luar aku sudah sangat antusias melihat anak seumurannya begitu asyik bermain. Naik tangga, perosotan, lempar bola. Tapi, apa yang terjadi pada Kak Ghifa? Kedua tangannya mencengkeram kerudungku, sekenanya. Raut wajahnya mengkeret, dia ketakutan.

“Kakak nggak mau main?”

Air matanya malah menggantung. Aku mulai bingung. Mencari cara, ini sudah jauh-jauh ke sini, malah nangis nih anak. Kudekatkan dia dengan mainan yang ada di sana. Tangannya masih mencengkeram di bahuku. Kutawari berbagai mainan, ekspresinya sama. Aku bingung. Ditambah lagi tatapan aneh dari pengunjung lain, seakan-akan, “Anaknya aneh ini.”

Dengan baju bagian punggung yang basah -panik harus bagaimana lagi dan tegang dengan tatapan orang-orang sekitar- akhirnya, Kakak mau turun dari gendonganku saat kami berada di depan psikolog anak yang hari itu datang secara khusus di sana. Kuceritakan keresahanku itu kepada beliau. Apa katanya?

“Si jago kandang itu tidak melulu negatif, Bunda. Asalkan kita tahu, bagaimana cara mengatasinya dengan benar?” kira-kira begitulah kalimat beliau yang masih kuingat sampai sekarang. Tak lupa, beliau juga memberikan tips kepada kami, bagaimana melatih si jago kandang ini agar lebih mudah beradaptasi di lingkungan yang baru?
Kak Ghifa begitu ketakutan saat melihat kelinci tiruan

Sampai April lalu, aku dipertemukan dengan seorang ibu di suatu acara pelatihan menulis. Beliau hadir dengan anak laki-lakinya yang berusia sekitar 6 tahunan. Dua hari bersama mereka, aku seakan melihat anakku di diri anak tersebut. Apalagi saat aku dan ibu tersebut saling bertukar pendapat, beliau bilang kalau anaknya ini jago kandang juga, seperti Kak Ghifa.

“Saya nggak masalah dia jago kandang, selama dia nggak merugikan orang lain. Jago kandang itu juga ada positifnya. Dia sudah punya prinsip yang kuat sejak kecil. Pengalaman dari kakaknya, yang jago kandang justru saat dia sudah terjun di masyarakat, dia nggak mudah terpengaruh dengan lingkungannya.” Begitu cerita perempuan yang kutaksir berusia di atas 40 tahunan.

Maknyes hatiku.

Betapa aku merasa begitu bersalah karena selama ini terlalu fokus kalau jago kandang yang ada di dalam diri Kak Ghifa itu sebagai suatu kekurangan. Bagaimana bisa aku berharap anakku menjadi anak cerdas, sedangkan aku sendiri belum bisa jadi orangtua yang cerdas untuknya?

Sejak pertemuanku dengan perempuan bagaikan malaikat itu-lah, kuterapkan betul-betul tips mengatasi si kecil yang jago kandang. Diantaranya adalah sebagai berikut.


Kalau ada yang komentar, “Ah, nanti juga kalau makin besar jago kandangnya hilang sendiri.”

Tidak.

Aku sendiri nggak mau hanya menunggu. Apalagi aku tak bisa meramal apa yang akan terjadi secara pasti ke depannya. Aku hanya ingin berusaha melakukan yang terbaik untuk anakku.

Alhamdulillah, kini, ke mana-mana kami selalu percaya diri membawa Kak Ghifa ke kondangan, silaturahmi ke saudara, sampai ikut ke sekolah bersamaku. Namanya anak yang memang jago kandang, saat awal di lingkungan baru, dia memang tidak bisa langsung lepas dari kita. Butuh proses. Kuatkanlah dia selalu sebagai bentuk #DukungCerdasnya.

Kini Kak Ghifa tumbuh jadi anak yang pemberani.

Melalui tulisan ini aku ingin menguatkan Bapak dan Ibu di luar sana yang memiliki anak si jago kandang juga. Bahwa sesungguhnya kita nggak sendiri. Pun si jago kandang bukanlah suatu kekurangan yang harus ditutupi. Justru, perangi! Dan percayalah, saat si kecil bisa mengalahkan jago kandangnya, maka dialah #AnakCerdasItu.

Ehm, video ini sudah bisa menunjukkan kalau Kak Ghifa nggak jago kandang banget banget, kan?



Sabtu, 21 Juli 2018

Villa di Jogja, Pilihan Tempatku Menginap Bersama Keluarga


Villa di Jogja, Pilihan Tempatku Menginap Bersama Keluarga – Selama ini saat liburan ke Jogja, aku tak pernah menginap walau hanya semalam. Berangkat pagi, pulang ya pagi lagi. Badan rasanya seperti remuk redam. Setelah itu semua masuk angin. Hahaha. Ingin rasanya, sesekali ke sana lagi bersama abi dan Kak Ghifa, kemudian menginap di villa untuk menikmati sensasi bermalam di kota yang legendaris ini.

villa di Jogja
www.alodiatour.com

Sebenarnya keinginan untuk bermalam di Jogja itu adalah tagihanku kepada abi. Dulu, sebelum menikah, aku sudah pernah minta sama abi untuk traveling berdua sebagai hadiah pernikahan kami. Akan tetapi, karena saking tokcernya, ternyata aku langsung positif hamil. Jelas, ibuku melarang untuk bepergian jauh. Alhasil, sampai Kakak mau tiga tahun, keinginan itu belum kesampaian juga.

Minggu, 15 Juli 2018

Hampir Drop Out, Pemuda Asli Kudus ini Malah Menulis Novel Menara Cinta


Hampir Drop Out, Pemuda Asli Kudus ini Malah Menulis Novel Menara Cinta - Yaah, hampir mirip cerita hidup tokoh terkenal, sebutlah Bill Gates, Oprah Winfrey, Mark Zuckerberg, atau Walt Disney, mereka drop out, tapi, jadi apa sekarang? Terancam drop out (walau kuliah di universitas swastapemuda asli Kudus ini malah menulis novel Menara Cinta. Kenapa sampai terancam drop out? Bagaimana bisa menghasilkan sebuah novel Menara Cinta yang begitu menginspirasi?

Novel menara cinta

Dia adalah Danar Ulil Husnugraha. Teman sekelasku saat menempuh pendidikan S1 PGSD, di Universitas Muria Kudus. Kalau sedikit mengingat memori zaman kuliah dulu, Pak Ulil, begitu aku memanggilnya, menurutku dia adalah pemuda yang misterius.

Kok bisa? 

Pak Ulil itu pendiam. Tapi, sekali bicara langsung membuat yang mendengar heran. Gak cucuk (nggak sesuai) sama tampangnya, begitu pikirku. Penampilannya klimis, rapi, celana kain membersamai (meskipun dulu pernah boleh pakai jins untuk mahasiswa fakultas keguruan), sepatu pantofel yang selalu bisa bikin ngaca. Saat digosipin sama teman sekelas, responnya sama, cuma senyum-senyum saja. Hahaha. Oiya, satu lagi, dia terkenal sebagai mahasiswa yang suka telat masuk kelas.

Selasa, 10 Juli 2018

Mengoreksi LJK Lebih Cepat dan Akurat dengan Scanner Brother Ads 3000N


“Bu, pak guru kelas enam ke mana ya? Kok siswanya pada di luar. Ganggu kelas lain nih.”

“Tadi sih izin ke UPTD, Mbak. Mau koreksi tryout siswa. Biasanya sebelum pergi dikasih tugas dulu lho!?”

Saat kutanya ke siswa kelas enam yang main di depan kelasku,

“Sudah selesai kok, Bu. Ya tinggal main. Bosan di dalam kelas terus.”
LJK dan scanner

***

Jumat, 06 Juli 2018

Mengisi Liburan Sekolah dengan Belajar Cara Menulis Artikel SEO untuk Bloger

Cara menulis artikel SEO-Nulis ya nulis saja, kenapa harus menulis artikel SEO? Coba deh baca cara menulis artikel SEO untuk bloger ini dulu. Siapa tahu setelah ini kamu bakalan ketagihan?

Biasanya aku kalau nulis ya tinggal nulis saja. Nggak ada tuh riset keyword dulu. Akan tetapi, setelah mendengar keterangan dari Mas Nico Kisnandar tentang cara menulis artikel SEO, wah, harus diubah nih kebiasaan tersebut. Demi apa coba? Ya, demi apa yang kutulis sampai kepada mereka yang mencari informasi. Terpenting lagi demi blogku bisa diperhitungkan keberadaannya.

cara menulis artikel SEO
Suasana saat Mas Nico sedang beraksi dengan ilmu SEO-nya.

Senin, 02 Juli 2018

Menantu yang Bermasalah


Lebaranku kali ini rasanya nano-nano banget. Dan akan jadi lebaran yang tak akan pernah terlupakan. Kenapa? Karena ada salah satu kenyataan mengenaskan yaitu tentang cerita tanteku (adik bungsu ibu) yang minggat dari rumah sejak sehari sebelum lebaran.

Tak bisa kubayangkan, saat semua orang berkumpul dengan keluarga besar, tante dan suaminya malah minggat dari rumah. Hatiku ngenes.