Tampilkan postingan dengan label #30HariKebaikanBPN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label #30HariKebaikanBPN. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 11 Mei 2019

3+1 Hal Ini yang Membuatku Tergiur Promo Belanja Online


Berbagi parsel, hadiah, atau salam tempel di hari lebaran itu seperti jadi tradisi orang Indonesia. Makanya, walau bulan ramadan baru saja datang, ibu-ibu sudah mulai pening. Bahkan sebulan sebelumnya sudah ancang-ancang beli baju untuk lebaran. Hahaha.

Duh, salah kaprah nggak sih?


Dalam hati, pokoknya harus punya uang sekian, terus bisa dipakai untuk ini dan itu. Pengeluaran harus benar-benar hemat agar bisa membeli semua kebutuhan.

Alhasil, jurus irit ibu-ibu muncul. Salah satunya adalah dengan cara (terlalu) sering mengintip online shop untuk berburu promo belanja online. Ada juga yang seperti ini?

Aku.
Aku.
Aku.
Kamu?

Akan tetapi, ternyata tidak mudah lho berburu promo belanja online. Karena kalau salah taksir, nanti malah jatuhnya lebih mahal dibandingkan belanja di toko dekat rumah.

Nah, ada beberapa hal yang kuperhitungkan saat berburu promo belanja online.

Gratis ongkos kirim
Aku kan tinggal di Demak, kalau belanja di Jakarta, ongkos kirimnya bisa sampai 24 ribu. Bahkan ada yang sampai 27 ribu. Itupun kalau belanjanya hanya sekilo. Kalau berkilo-kilo, apa kabar? Makanya, aku paling senang kalau online shopnya ngasih gratis ongkos kirim.

Harganya lebih murah dibandingkan di toko dekat rumah
Lah iya, ngapain belanja di online shop kalau di toko sebelah ada dan harganya lebih miring? Walau promo belanja online di mana-mana, aku masih pegang prinsip, kalau di dekat ada dan bisa pilih langsung, pun harganya tidak terlalu jauh beda, kenapa tidak beli di tempat tetangga saja?


Pengalaman nih, di minimarket kuintip Veet harganya 29 ribu. Kemudian di salah satu online shop lagi ngadain promo belanja online dengan memberikan gratis ongkos kirim tanpa minimal belanja. Kucoba deh check out, eh, ternyata gratis ongkos kirimnya bersyarat, yaitu maksimal. Jadi, aku tetap bayar ongkos kirim 7 ribu, dan harga produknya 22 ribu. Nah, jatuhnya harganya di minimarket sama online shop kok sama saja. Ya mending aku beli ke minimarket lah. Langsunh dapat produknya.

Beda lagi saat aku beli Veet di Lazada. Harganya di minimarket kan 29 ribu. Di Lazada, lagi ada promo beli 3 hanya 64.900 kemudian dapat buku jurnal pula. Ini baru untung berlipat-lipat. Emak-emak bahagia

Barang tidak ada di toko sebelah
Pasti ada beberapa barang yang tidak dijual di toko sebelah. Misalnya, sabun mandi Velvy yang kupakai. Jalan satu-satunya ya beli secara online. Apalagi sabun mandinya memang punya efek yang bagus untuk tubuh. Semenjak pakai sabun kambing ini, eksim di punggung Kak Ghifa jadi kabur. Alhamdulillah.

Proses pembayaran bisa COD
Sayang, tidak semua online shop memberikan fitur pembayaran COD. Ada juga yang bisa COD tapi untuk JABODETABEK. Satu yang paling favorit, online shop yang selalu bisa bayar secara COD itu JD.ID. Makanya, aku sering belanja di sana. Kalau memang terpaksa butuh banget barangnya di online shop lain yang tidak ada fitur COD, kupilih yang bisa membayar di minimarket. Itupun dikenakan biaya jasa sekitar 2.500. Ehm, dapat sekotak susu UHT Kak Ghifa ya. Hihi.


Semua syarat di atas terpenuhi, apakah kemudian jadi hobi banget berburu promo belanja online? Jelas tidak. Prinsip kebutuhan atau keinginan tentu harua tetap kuutamakan. Satu yang membuatku untuk berpikir ulang untuk belanja online adalah, kapan mau bayar asuransi pendidikan Kakak kalau belanja mulu? Hahaha.

Nah, kalau kamu, apa yang membuatmu tergiur dengan promo belanja online? Atau mungkin, kamu punya barang incaran dan menungu promo belanja online?

Rabu, 08 Mei 2019

Menu Sahur Andalanku, Pecel Sambal Skippy dan Tempe Udho


Andai bisa meminta sama Allah, aku ingin sekali ramadanku saat ini seperti dua tahun lalu. Sahur bisa bersama dengan keluarga secara lengkap. Ada abi, ibu, dan bapak.

Tahun kemarin masih mending, ada suami. Sekarang, hanya aku dan TV.

Menu sahurku
Saat sahur di hari pertama, kemarin, ah, cuma sahur, apa salahnya kalau sendirian? Toh, masih ada Kak Ghifa, meskipun dia tertidur nyenyak dalam buaian alam mimpinya.

Tapi, tak bisa kubohongi, ternyata terselip rasa pilu dalam hatiku. Ya Allah, aku sahur sendiri. Abi, ibu dan bapakku sudah di jalan untuk mengais rezeki.

Sabtu lalu (4/5) adalah hari terakhir abi mengerjakan proyek pintu. Karena belum ada proyek lagi, daripada menganggur, abi memilih ikut jualan bersama bapak dan ibu di pasar kremnyeng Semarang dan berangkat dari rumah pukul 02.00 WIB.

Alhasil, aku pun tambah kesibukan. Setiap selesai tarawih, aku harus masak lagi untuk persiapan sahur. Kira-kira menjelang pukul 22.00 WIB, alhamdulillah semua sudah selesai. Tidur, bangun lagi nanti pukul 02.00 WIB untuk menyiapkan bekal sahur abi, bapak, dan ibu.

Berhubung aku lagi menerapkan food combaining, ya, meskipun nggak saklek-saklek banget lah, tapi urusan menu sahurku lebih gampang dan tidak memakan waktu lama untuk memasaknya. Terpenting, ada buah dan sayur, semua lebih mudah.

Satu lagi yang mempermudah sahurku adalah adanya sambal yang sudah kusiapkan di kulkas. Yaitu, sambal skippy (sambal pecel). Sambal ini jadi andalanku di setiap kesempatan. Cara membuatnya pun gampang banget.

Selai skippy andalanku

Resep Sambal Skippy
Bahan:
20 buah cabai rawit 
15 buah cabai merah
5 siung bawang putih
5 siuang bawang merah
Sejempol kencur
3 lembar daun jeruk
Setengah sendok teh terasi
1 1/2 sendok makan garam
1/2 sendok makan gula pasir
1 1/2 butir gula merah
4 sendok selai skippy
4 sendok makan minyak goreng

Cara membuat:
  1. Rebus di air mendidih bahan-bahan berikut: cabai rawit, cabai merah, bawang putih, bawang merah, kencur, dan daun jeruk selama 5 menit.
  2. Angkat, tiriskan. Taruh di cobek dan tambahkan garam, gula pasir, dan gula merah. Ulek sampai halus.
  3. Panaskan minyak goreng. Masukkan sambal dan skippy. Goreng sampai matang. Tanda sambal sudah matang adalah baunya sudah keluar dan antara minyak dan sambal terpisah. Jangan lupa koreksi rasa. Tunggu hingga dingin baru kemudian masukkan ke dalam toples/wadah tertutup dan bisa disimpan di kulkas.

Begini penampakan sambal skippy

Mudah kan bikinnya? Tidak perlu capek-capek mengulek kacang. Karena yang paling bikin males pas bikin sambal kacang tuh ya pas mengulek itu. Sekarang, sudah kenal skippy, waktu mengulek makin singkat.

Soal rasa? Skippy ini kacang banget lho. Tekstur selainya juga lembut. Kalau kamu ingin membuat sambal kacang dengan tekstur agak kasar, ya, tinggal menguleknya jangan terlalu halus saja.

Nah, kalau mau bikin menu sahur yang simpel tapi tetap sayur nomor satu, tinggal kukus selama 5 menit aja tuh sayuran yang ada di kulkas. Kemarin aku ada kol, kacang, bayam, dan kecambah. Kutambah bihun sebagai pengganti nasi, jadilah menu sahur andalanku, pecel sambal skippy.

Sayur lengkap, bihun, tempe udho, dan sambal skippy


Oiya, ada yang penasaran, apa itu tempe udho? Itu lho tempe biasa yang digoreng tanpa tepung. Paling enak dimakan selagi hangat. Cara bikinnya pun mudah.

Resep tempe udho
Bahan:
Tempe, belah tengahnya tapi jangan sampai putus agar bumbu meresap
Setengah sendok teh ketumbar
2 siung bawang putih
1/2 sendok makan garam
Air secukupnya

Cara membuat:
  1. Haluskan bawang putih, ketumbar, dan garam. Beri air, koreksi rasa.
  2. Rendam tempe ke dalam bumbu. Tunggu 10 menit.
  3. Kemudian goreng dalam minyak panas dan pastikan tenggelam dalam minyak. Tempe akan matang dengan tekstur krispi di pinggirnya.

Menu sahur andalanku, pecel sambal skippy dan tempe udho pun siap disantap. Rasa sambal skippy yang manis, asin, dan pedas pun menggoda semangatku. Mau dicocol atau disiram, monggo, teeganrung selera.

Kalau ada yang bilang bahwa makanan itu bisa membangkitkan semangat kita itu memang benar adanya ya. Melihat menu yang menggoda, huuuu, siapa yang ogah sahur meskipun sendirian? No no no.

Nah, untuk kamu yang saat ini bisa menikmati kebersamaan saat sahur dan berbuka, jangan lupa untuk selalu bersyukur atas nikmat Allah. Jangan lupa juga berdoa, semoga di ramadan berikutnya, susana kebersamaan itu juga tetap bisa kita rasakan. Aamiin.

Kalau sudah sepertiku, setiap hari sahur sendirian, betapa kehadiran keluarga itu sangat berarti, bagaimanapun keadaan kita. 😘

Tapi, nggak papa deh, yang penting kalau berbuka puasa bisa kumpul lengkap dan menikmati sambal skippy bersama-sama ditemani kerupuk mlarat.

Sambal skippy dan kerupuk mlarat

Selasa, 07 Mei 2019

9 Alasan Memilih Seafood 36 Sherin Jaya Sebagai Tempat Buka Puasa Favorit di Gubug, Grobogan


Bulan ramadan, yang selalu ada di benakku saat bulan suci ini datang adalah kenanganku di masa SMA. Kesibukanku pasti bertambah. Selain sebagai emak-emak RT (baca rentenir), yang suka nagih-nagih uang kas ke teman-teman, aku juga jadi pemburu tempat buka puasa.

Anak SMA mana sih yang tidak bikin acara buka bersama setiap ramadan tiba? Sampai sekarang masih musim kan yang kayak ginian?

Nah, berdasarkan pengalamanku jadi emak RT setiap tahun, aku jadi tahu tempat buka puasa favorit di Gubug, Grobogan, masa itu. 

Beda cerita kalau sekarang aku ada kesempatan buka bersama di luar. Aku akan pilih Seafood 36 Sherin Jaya. Kenapa?

1. Letaknya strategis
Seafood 36 Sherin Jaya ini letaknya di pinggir jalan. Kalau orang sekitar paling mudah menghapalkan tempat ini adalah kedai berwarna merah dekat jalan masuk Desa Dukoh. Kalau dari arah Purwodadi, setelah pertigaan masih ke Barat kira-kira 1 KM, ada di sebelah kanan jalan. Dari arah Semarang, kedai ini terletak kira-kira 100 m setelah SPBU Gubug.

ini kenapa kepotretnya warna putih ya. Hihihi. Dalamnya warna merah, termasuk taplak meja.


Kalau di Google secara lengkap beralamatkan di Jl. A. Yani No, Pilang Lor, RT.03/RW.01, Pilang Kidul, Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.




2. Pilihan tempat duduknya banyak
Mau pilih duduk di kursi atau lesehan, bisa. Tempat makan ini bisa menampung sekitar 50 orang. Pas lah ya kalau satu kelas buka puasa bersama di sini.

3. Rasanya cocok di lidahku
Masakan di sini itu identik dengan rasa asin dan pedas. Cocoklah di lidahku. Soal level pedas, pelanggan bisa request kok. Karena semua olahan di sini adalah fresh. Pelanggan datang, baru dimasak. Santai, penyajiannya nggak lama kok. Kalau kamu datang rombongan, jangan lupa booking dulu ya.

Guramie saus padang, mantab pedasnya.

4. Harga masuk akal
Rasanya oke, bagaimana dengan harganya? Kira-kira kalau ke Seafood 36 Sherin Jaya bawa uang berapa ya?



Berdua, dengan menu nasi uduk 2 = 8000, ikan gurame saus padang ukuran 1/2 kg = 30.000, teh manis 2 = 6000, dan cah kangkung= 6000, pas 50.000 bisa makan kenyang di sini.

Bagaimana, bisa mentaksir berapa budget yang kamu butuhkan kalau buka bersama dengan keluarga besar di sini? Atau dengan teman sekelasmu?

5. Tempatnya terang
Untuk aku yang punya buntut usia 3,5 tahun gini, temoat terang jadi alasan. Karena Seafood 36 Sherin Jaya ini konsepnya terbuka, kayak lamongan gitu, tapi di depan rumah pemiliknya, jadi takut ada banyak nyamuk. Kan ada tuh tempat makan yang remang-remang. Duh, apa nikmatnya coba makan di tempat seperti itu? Alasan lain, ya, jelas, biar bisa foto-foto dan hasilnya ciamik. Hahaha.


6. Nasi banyak
Selamat, kamu beruntung. Hahaha. Nasinya ini uduk ya. Gurih banget dan dilengkapi dengan taburan bawang goreng di atasnya. Nggak cocok sama nasi uduk? Nasi biasa juga ada kok.

nasi uduk

7. Lalapan dan sambal tidak bayar lagi
Sebagai penyuka lalapan dan sambal, aku sangat berbahagia saat melihat di daftar menu tidak ada harga sambalnya. Itu artinya, tidak bayar lagi. Porsinya pun lumayan. Malah justru sisa untukku.

Kemangi, kol, mentimun, dan sambal.

8. Ada air kobokan dan wastafel
Saat duduk, kobokan berisi air dan irisan jeruk nipis langsung disajikan di depan pengunung. Akan tetapi, santai, disediakan juga wastafel lengkap dengan sabun dan lap kain di sampingnya.

9. Pemiliknya teman SMAku
O...ternyata teman SMA. Hihihi. Iya, ngggak masalah, kan?

Kalau nggak oke, jelas aku mikir-mikir lah untuk ikut mempromosikan usaha temanku ini. Lebih tepat, suaminya. Karena memang semua oke, dengan senang hati dan tanpa diminta, aku mau berbagi cerita tentang kurang dan lebihnya usaha Mbak Alfi dan suami.

Di atas sudah aku sebutkan kelebihan tempat makan Seafood 36 Sherin Jaya. Adakah kekurangannya? Kalau menurutku kekurangannya ada dua ,yaitu tidak adanya kamar mandi di luar (masuk ke rumah) dan parkirnya yang mempet jalan. Selebihnya, oke.

Oiya, kalau boleh jujur, semasa SMA dulu, aku dan Alfi tidak pernah satu kelas. Dia anak IPS dan aku anak IPA. Kalau ketemu, ya, sekadar 'hai'. Pun tidak pernah gabung dalamsatu komunitas.

Tak tahunya, setelah sekian tahun, kami saling membutuhkan. Setidaknya aku tahu sekelumit cerita awal mula mereka mendirikan Seafood 36 Sherin Jaya ini. Karena meja dan kompor yang dipakai di tempat makan ini adalah karya suamiku. Kalau dipikir-pikir nih ya, seandainya dulu aku berhubungan tidak baik dengan Alfi, mungkin aku tidak mendapat rezeki dari usahanya. Sekaligus ikut bangga punya teman yang kini sedang merintis usaha juga.

Benar ayat Alquran berikut ini,

“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah Berbuat baik kepadamu” (Al-Qashas: 77)

Jadi, yuk, kita selalu berbuat baik kepada siapapun! Sekalipun orang itu berbuat keji kepada kita. Karena kita tidak pernah tahu, apa yang akan terjadi ke depannya dan Allah yang Maha Tahu segalanya.

Hari kedua

Baca juga :
Hari kesatu = Buka Puasa Pertamaku Sebagai Mahasiswa

Senin, 06 Mei 2019

Buka Puasa Pertamaku Sebagai Mahasiswa



Pernah tidak membayangkan seorang anak tunggal, pertama kalinya jauh dari keluarga dan itu terjadi di bulan ramadan?

Pokoknya aku harus bisa hidup tanpa bapak dan ibu. Aku tidak boleh cengeng. Aku bisa urus soal makan buka dan sahurku.

Pikirku saat itu.


Agustus tahun 2010, di bulan ramadan, aku menjalani masa Sapamaba (sejenis ospek). Jarak kampus dan rumahku sekitar 1 jam. Mau tidak mau karena kegiatan itu dilakukan selama tiga hari, mulai dari pukul 07.00 - 17.00 WIB, aku harus menetap di kos yang hanya dihuni tiga orang. Belum saling kenal pula.

Sapamaba berjalan dengan baik-baik saja. Justru yang tidak beres adalah otakku. Pertanyaan, "Nanti aku buka puasa pakai apa ya?", bertubi-tubi muncul dalam benakku.

Aku makan di mana?

Ibu masak apa ya? Ah, tak mungkin kalau aku pulang. Malu-maluin. Anak kos kok tiba-tiba pulang.

Saat waktu pulang tiba, aku segera kembali ke kos yang letaknya hanya selemparan kolor dengan kampusku. Maksud hati aku ingin bertanya kepada dua penghuni kos lain, mereka mau berbuka di mana, aku mau ikut, tapi saat aku selesai mandi, mereka tak tampak juga.

Sebentar lagi waktu buka puasa tiba, aku makan apa?

Aku teringat sesuatu. Kukunci kamar dan kunyalakan motorku. Kulajukan bebek merahku ke pusat kota. Aku takut ambil resiko, makanya aku datang ke tempat yang sudah sering aku datangi bersama bapak dan ibu saat lewat kota di mana aku kuliah ini.

Mie ayam.

Hahahahaha.


"Loh, Mbak e, mau buka puasa di sini?" tanya penjual mie ayam yang ada di deretan warung-warung dekat kantor DPRD.

"Nggih, Bu."

Disediakanlah teh hangat untukku. Air putih juga.

"Terima kasih, Bu. Kulo bingung mau buka puasa apa. Tidak tahu juga yang jualan makanan di sini, terus cocok di lidah kulo."

"Hihi. Ini buka puasa bareng saya saja." Ibu penjual mie yang jadi langganan keluargaku ini mengeluarkan bekal buka puasanya.

"Mboten usah, Bu (Tidak usah). Kulo (aku) makan mie ayam saja."

Kulihat ekspresi ibu penjual mie ayam itu. Alhamdulillah, beliau tidak tersinggung atas penolakanku. Selesai buka puasa, aku mampir di masjid agung dekat alun-alun. Kutunaikan salat maghrib di sana.

Dalam hatiku, Ya Allah, ternyata aku bisa buka puasa dengan nikmat meskipun jauh dari bapak ibu. Hahaha.

Hatiku bangga. Kepalaku membesar.

Kulirik HPku. Ada SMS dari ibu.

"Aku buka puasa bareng teman-teman kos, Buk."

Iyalah, aku terpaksa bohong kepada ibu. Aku takut ibu khawatir. Pun, pasti ngomel-ngomel kalau tahu aku buka puasa dengan mie ayam.

Aku kembali ke kos. Tak lama, adzan isya' berkumandang. Aku pergi tarawih ke masjid kampus. Saat aku keluar gerbang kos, aku berpapasan dengan dua teman kosku yang baru turun dari mobil.

"Mbak, kamu sudah buka puasa?" tanya salah satu dari mereka.

Aku mengangguk. Rasa iri muncul dari hatiku. Ya Allah, enak ya, bapak dan ibunya sengaja datang untuk mengajak mereka berbuka puasa di luar. Lah aku?

Tiba-tiba ada yang berbisik, "Nggak usah iri! Kamu bisa kuliah saja syukur banget!! Tahu diri woy!!"

Aku pun segera bergegas ke masjid. Pulang tarawih, ada Mas David, penjaga kosku.

"Tadi buka puasa di mana? Kok kos sepi." tanyanya.

"Dekat DPRD, Mas."

Mas David seperti orang mendelik. Aku maklum sih dengan ekspresinya. Kan emang jauh banget jaraknya dengan kosku.

"Sampai sini lapar lagi dong? Hahaha."

Dari ceritaku itu, Mas David bermaksud mengantarkanku untuk mencari menu sahur. Awalnya aku juga takut kalau Mas David punya rencana lain.

Jangan-jangan aku mau diperkosa.

Hahahaha.

Lha mana ada orang yang baru kenal, bela-belain mau nganter keluar beli makan sahur?

Tapi, sumpah Mas David itu baik banget. Dia bagai malaikat tak bersayap yang dikirim Allah untuk membantuku. Ihiiiirr.


Saat sahur, dia benar-benar rela keluar dari rumahnya untuk ke kosku dan mengantarkanku untuk membeli makan sahur.

Sepanjang perjalanan, dia bercerita banyak. Dia juga menunjukkan warung makan terdekat yang bisa kudatangi untuk membeli menu buka puasa. Untuk sahur, dia bersedia mengantarku selama aku ada di kos.

Alhamdulillah.

Awal-awal kuliah

Hari kedua di kos, ada banyak anak kos baru. Mungkin karena padatnya kegiatan Sapamaba, jadi, mereka memutuskan untuk nge-kos.

Nah, di sinilah, kebaikan Mas David kutularkan. Dua temanku yang dijemput orangtuanya pakai mobil, hari itu (hari kedua) orangtuanya tidak bisa datang. Mereka kebingungan cari menu buka puasa. Kusampaikan deh warung yang diceritakan Mas David. Karena aku yang tahu persis tempatnya, aku dan teman (baru) sekamarku yang akhirnya pergi membeli menu buka puasa. 

Teman kos lainnya juga ikutan titip.

"Pokoknya menunya sama semua ya?"

"Oke." Jawab mereka serentak.

Aku yang anak tunggal, awalnya takut jauh dengan bapak ibu, sejak hari itu dipercaya oleh teman-teman untuk jadi Emak bagi mereka. Hanya karena aku selangkah lebih maju kebingungan cari menu buka puasa. Sesungguhnya, ini semua karena Mas David. Hahahaha.

Hai Mas David, apa kabar? Kuyakin, kebaikanmu ini tak akan terlupakan untuk kami, mantan anak kos hijau.

Hari 1