Oh My Venus, sudah pernah nonton? Drakor jebolan tahun 2015 ini menjadikan So Ji-sub sebagai pemeran utamanya. Yang tetap berperan sebagai laki-laki sok cool tapi hatinya selembut kapas. Dipasangkan dengan Shin Min-a, seorang pengacara yang gendut. Pesan dari drakor ini cukup nendang untukku dan akhir-akhir ini berhasil kuterapkan dalam kehidupanku. Siapa tahu nendang juga untukmu. Pesan apakah itu?
|
https://today.line.me/id |
Drakor ini bercerita tentang seorang perempuan yang dulunya sangat populer, karena cantik dan kecerdasannya. Setelah dewasa, 15 tahun kemudian, wkwkwk, dia jadi pengacara tapi gendut semlohay sepertiku. Bermacam-macam diet dilakukan tapi gagal mulu. Sampai-sampai, dia menggunakan korset ke mana pun dia pergi. Biar apa coba? Ya, biar perutnya nggak kayak nggembol dedek bayi. Hahaha.
|
kapanlagi.com |
Suati hari Shin Min-a ketemu sama So Ji-sub di pesawat. Bukan pertemuan yang manis. Lha wong dia pingsan, pas bajunya dibuka, eh, ternyata nyelip tuh korset dan ditemukan obat pelangsing di tasnya.
Kok So Ji-sub bisa menangani Shin Min-a yang pingsan? Iya, karena dia itu ya dokter plus pelatih pribadi seorang atlet yang kebetulan se-pesawat dengan Shin Min-a. Ngisin-ngisini pokoke.
Dari sini, perjalanan cinta pun dimulai.
So Ji-sub mau membantu Shin Min-a untuk menjalankan diet sehat. Awalnya So Ji-sub nggak yakin sih kalau dia bisa diet. Tapi, karena Shin Min-a punya keyakinan yang kuat, bismillah.
Nah, dari cerita perjalanan Shin Min-a melakukan diet, aku baru tahu, ternyata kalau mau diet tuh nggak boleh asal. Harus periksa lebih lanjut, tubuh kita tuh kok nggak bisa kurus-kurus kenapa, ada masalah di bagian apa. Kalau sudah tahu semua, baru deh, lakukan diet. Bukan hanya, OK, aku mau diet ini.
Apalagi kalau...
Lihat teman diet pakai cara A, berhasil, terus ikut-ikutan. Eh, di kamu nggak berhasil, kamu ngamuk. Mencoba diet ala B, gagal lagi. Ala C, gagal mulu gagal mulu. Kamu seperti itu juga? Ya, karena memang tidak boleh sembarangan kalau mau diet. Salah-salah ntar tubuh kita yang ngedrop.
Balik lagi ke Oh My Venus 💗
Witing tresno jalaran soko kulino, kutemukan jalan cerita cinta tersebut dari drama korea ini. Apalagi Shin Min-a juga dikejar deadline menikah setelah putus dengan pacarnya yang sudah 15 tahun menjalin hubungan. Cocok sudahlah, ya.
Setiap hari bertemu. Lama-kelamaan jadi tahu siapa sebenarnya So Ji-sub. Anak orang kaya raya, pewaris tunggal pula. Shin Min-a sih biasa saja. Lha wong dia cinta bukan karena hartanya sih.
Konflik muncul ketika So Ji-sub mau menjabat jadi direktur utama. Si sirik berulah sampai akhirnya So Ji-sub mengalami kecelakaan yang sangat parah. Bahkan kecelakaan kali ini lebih mengenaskan dibanding perjuangannya di masa kecil saat dia melawan kanker tulang di lututnya.
|
Saat So Ji-sub mengalami kecelakaan |
Bisa bayangin nggak sih, harus berjuang sendirian, tanpa siapapun? Bukan Shin Min-a nggak mau menemani. Bahkan dia menawarkan diri. Ngemis-ngemis malah. Tapi si tampan tak mau. Dia tak mau orang yang disayangi melihat dia menderita. Uluh-uluh ~
Pas bagian ini, aku kalau ingat kok menyakitkan banget. Setahun lebih lho dia berjuang melawan kelumpuhannya. Jelas, ini sangat menyiksa.
Tapi, eng ing eng, So Ji-sub membuktikan apa yang diyakini Shin Min-a, KALAU KITA YAKIN, PASTI BISA.
Kamu yang belum pernah nonton drakor dengan 16 episode ini, bisa coba nonton nanti pas weekend atau pas lagi ada waktu luang. Untukku pribadi, Oh My Venus ini bisa masuk list drakor favorit, yang bisa aku tonton ulang pas aku lagi butuh banget suntikan semangat.
Dan menurutku, setiap kali aku nonton drakor, ada saja momen 'kok pas ya sama aku'. Awalnya pas nonton drakor ini karena pakai keyword aktor drakor favorit, So Ji-sub di Iflix, eh, yang muncul Oh My Venus, ya sudah, cus maraton nonton.
Terus hubungannya dengan 'aku' apa?
Pas nonton ini tuh aku lagi galau-galaunya,
1. Badanku melar banget, ngerasa ngantukan, cepat capek, dan susah fokus.
2. Padahal aku lagi persiapan SKB CPNS
~*~
Pertama, aku sadar, iya, ya, aku ingin juga turun berat badan, yah sekilo dua kilo saja sudah cukup, biar nggak banyak keluhan. Bagaimana mau belajar kalau belum apa-apa sudah ngantuk? Akhirnya, aku balik lagi dengan pola makanku seperti dulu, sarapan pakai buah saja. Kelewat pukul 12.00 WIB, aku baru makan nasi.
Nggak langsung turun sih BB-ku, seminggu berjalan, di badan agak enteng, nggak ngantukan. Ke sekolah nggembol buah. Teman pada makan siomay di depan mata, aku hanya nelen ludah. Hahaha.
Dalam hatiku, "Aku bisa. Aku harus sehat."
Kedua, ini nih, nasibku ke depan, bagaimana? Guru SD PNS, ini impianku, juga almarhumah ibuku. Meskipun di ujian tahap pertama, di SKD dulu, sudah mengantongi skor tinggi, rasa cemas sangat menggelayuti sanubariku. Hahaha. Bahasa apaan sih ini? Pokoknya aku deg-deg-an banget. Menurutku malah berlebihan, tapi aku susah mengendalikannya.
Kamu bisa baca perjuangan SKD CPNS ku di MAMPUKAH AKU MENJADI SANG BINTANG?
Di lain sisi, waktuku belajar makin berkurang banget. Ditambah masalah kok makin sering datang seiring dengan mendekatinya hari ujianku. Aku makin sering gontok-gontokan sama suami, Kak Ghifa uring-uringan, sekolah maunya kutunggui, kemudian apa-apa yang kulakukan selalu salah di mata bapakku. Yakin, deh, aku merasa kalau sebelum ujian kok aku sudah diuji sama Allah. Bertubi-tubi.
Ending-endingnya, kalau bukan aku sendiri yang jaga mood-ku, ya, siapa lagi. Tiga laki-laki yang ada di dalam rumahku tidak akan pernah mau tahu apa yang kurasakan. Ini NYATA.
Lelah. Ingin menyerah begitu saja. Tapi, nasihat almarhumah ibuku selalu menguatkanku. Aku bisa, tinggal selangkah lagi.
Dari Shin Min-a juga lah aku mendapat penguatan, ya, kalau aku nggak yakin sama diriku sendiri, siapa lagi? Dulu ada ibuk yang selalu menguatkanku. Kini, ya, aku sendiri.
22 September 2020, Selasa Legi (Manis), aku ujian di UNNES. Berangkat sudah dibikin emosi sama bapak, janjian pukul 06.00, sejam kemudian baru berangkat. Eh, di jalan malah nurutin permintaan orang tak diundang yang ikutan nganter aku, nah, kesasar deh. Sampai di lokasi pukul 09.00, padahal pukul 09.30 aku sudah registrasi. Sampai di tempat, baru duduk sejenak, orang asing tadi malah malangkirik (berkacak pinggang) sambil bilang,
"Ka, kowe duwe kuping ora? Kupingmu dungokke.....bla...bla....."
(Ka, kamu punya telinga tidak? Dengarkan telingamu)
Kalau orang Jawa pasti paham seberapa kasarnya orang asing ini ngomong ke aku.
Aku syok. Ini orang apa-apaan? Bukan siapa-siapaku, bentak-bentak, padahal aku mau ujian. Orang-orang di sekitarku juga nggak peduli orang itu ngomong kasar kepadaku, apalagi bapakku.
Aku nggak peduliin lagi deh tuh orang. Langsung aku cus ke masjid untuk dhuha. Selesai dhuha sudah pukul 09.30, maksud hati mau balik ke mobil, kemudian pamitan sama bapak dan saudara-saudara (pada ikut semua, berasa piknik, bukan bantuin jagain anakku, malah, ya gitu deh, suamiku yang pontang-panting ngurusin aku dan Kak Ghifa, sebel banget, sabaaaaaarrrr).
Eh, bapakku malah ngilang tuh sama orang asing tadi. Berat hati deh aku menuju tempat registrasi tanpa pamitan sama bapakku.
Selama antre, kulihat ke belakang, siapa tahu bapakku ke sini. Beberapa kali, nggak ada. Entah yang ke berapa, akhirnya, kulihat bapakku datang.
"Mbak, aku nitip antre-ku, ya, aku belum pamitan sama bapakku." ucapku ke perempuan yang antre di belakangku.
Kemudian aku berlari mendekati bapakku. Karena pasti bapakku nggak bisa menemukanku di antara ratusan orang yang antre. Ya, seperti drakor ala-ala gitulah. Saat itu aku pengen nangis bahagia, akhirnya, aku bisa ketemu bapak dulu sebelum berjuang. Tapi, melihat wajah orang asing tadi nongol juga di belakang bapakku, duh, lenyap sudah. Terpenting, aku sudah sungkem, mencium bapakku, kemudian aku balik lagi ke barisanku. Terima kasih, Ya Allah.
Terus, ending ujian SKB-ku bagaimana?
Alhamdulillah, Ya Rabb. Sujud syukurku kepada-Nya, aku masih berada di posisi pertama dari sainganku. Tapi, aku nggak mau bahagia berlebihan dahulu karena pengumuman resmi masih lama, akhir Oktober nanti. Jika Allah mengizinkan, benar-benar tidak ada yang memiliki serdik, insyaallah, dan semoga ini jadi rezekiku, kado indah untuk ibuku di surga, dan tentunya untuk Kak Ghifa, agar aku bisa memberikan yang terbaik untuknya.
Semoga amanah itu memang untukku, Guru SD dengan status PNS. Aamiin.
Terima kasih untuk semuanya. Teruntuk teman-teman bloger yang selalu memberikan lingkungan dan dukungan yang sangat kubutuhkan. Terima kasih banyak. Aku kuat karena kamu. Aku selalu berharap kalian juga bisa yakin pada diri kalian sendiri, sampai akhirnya kamu bilang, "Oh, ternyata, aku juga bisa!"
Yuk, yakin pada diri kalian!