Selasa, 30 Juli 2019

Cari Obat Tetes Mata Kering? Ya, Insto Dry Eyes



Cari Obat Tetes Mata Kering? Ya, Insto Dry Eyes– Pagi itu, kudengar suamiku teriak-teriak di dapur. Ada apa gerangan?

“Asapnya Ya Allah, membuat mata sepet."

Aku yang masih ogah-ogahan bangun, terpaksa melompat dari kasur untuk membungkam mulut suamiku.

Duh.
Liburan hari pertamaku jadi kacau. Niat hati mau sesekali bangun siang, pas berhalangan juga, malah bubar jalan. Koki baru yang menawarkan diri untuk menggantikan tugasku di dapur malah mengamuk.

“Sudah, sudah, abi keluar! Ummi saja yang masak.”

“Ya nggak gitu, Mi, asapnya ini lho. Mak Lim tuh keterlaluan kok.” jawab suamiku, masih dengan sewot.

Akhirnya abi keluar dari dapur.

"Pintunya ditutup agar asapnya nggak masuk!" teriakku.


Nikmati saja seni bertetangga 



Seninya bertetangga tuh lucu ya? Ada-ada saja.

Kejadian pagi itu, semua tuh bermula karena "dapur".

Kebetulan, dapurku dengan dapur tetangga (selanjutnya kupanggil Mak Lim) itu berhadapan. Nah, Mak Lim ini setiap harinya memasak dengan tungku kayu. Imbasnya? Jelas, asap tebalnya selalu menyambangi dapurku.

Aku sudah pernah menegurnya. Tapi, untuk perkara lain. Yaitu, letak kandang hewan ternaknya yang tepat di sebelah dapurku sih. Hasilnya? Zonk.

Bayangkan saja, siapa yang nggak jengkel, kalau musim kemarau gini mah tidak terlalu ngefek ya, kalau musim penghujan, duh Ya Allah, bau kotoran ternaknya itu lho, bisa bikin pingsan. Dah gitu kalau malam, suaminya selalu membuat genen (api unggun). Asapnya ke mana? Ya masuk dapurku lagi. 

Teguranku nggak ngefek, gantian bapakku yang naik pitam. Saat ditegur bapakku, apa jawabnya?

"Apa iya? Aku tidak merasa bau."

Bapakku menimpali, "Lha hidungmu setiap hari ketutup tai ayam! Makanya sudah kebal. Dinding dapurku bolong-bolong, juga bukan ayammu yang notoli (mematuk-matuk)?!"

Percuma. Amarah kami tidak ada hasilnya.

Akhirnya, kami mengalah.

Dinding dapurku yang terbuat dari kayu itu ditambal abi dengan bahan asbes. Silakan deh kalau mau dipatuk-patuk. Biar paruh ayamnya jontor sekalian. *sisi jahat keluar*

Siapa sih yang tidak ingin memiliki lingkungan yang sehat? Masalah kandang ternak belum kelar. Ditambah masalah asap tungku kayu. Tapi, ya balik lagi, inilah seni bertetangga. Yang waras, mengalah. Hahaha. Katanya begitu, bukan?

Usai teguran itu, semua berjalan seperti layaknya tidak ada apa-apa. Mak Lim juga masih selalu main ke rumahku. Ya, seperti tidak pernah ada perang di antara kami.

Hadeh. Kenapa malah ngelantur nih ceritanya? *tarik napas dulu*

Tak perlu menambah masalah orang




Terus, bagaimana dengan perkara asap di setiap kali Mak Lim memasak?

Saat bercanda ria di teras rumahku, aku iseng menyinggung perkara asap itu.

Apa jawabnya?

"Lha mau gimana lagi to, Ka? Mau pakai gas saja nggak jalan. Modal jualanku nggak kembali. Punya kayu banyak, ya, kumanfaatkan. Itung-itung ada sisa uang bisa beli gula dan teh untuk Mbah Tinah."

Aduh, mak nyes hatiku. Kalimat terakhirnya itu lho, seketika bikin aku ngaca.

Kalau boleh jujur, aku tuh jengkeeeeeeeel banget nget nget. Tapi, balik lagi, mendengar alasannya di atas, membuatku harus banyak bersyukur. Kenapa alasan itu tidak terpikirkan olehku?

Sudah ada 3 tahun lebih, beliau dititipkan amanah merawat ibunya yang sudah jompo, Mbah Tinah namanya. Ditambah lagi menghidupi kedua anaknya yang masih kecil-kecil, usia sekolah. Usahanya bersama suami berkali-kali gulung tikar yang menyebabkan hutangnya menumpuk di mana-mana.

Keadaan rumahnya pun memprihatinkan. Kalau rumah-rumah saat ini umumnya sudah berlantai keramik, rumahnya masih beralasakan tanah. Saat hujan besar datang, atapnya sering melayang terbawa angin. Kasihan banget.

Belum lagi keadaan Mbah Tinah yang mulai pikun dan matanya yang tidak bisa melihat. Setiap hari kudengar teriakan-teriakan Mbah Tinah minta minum dan sarapan. Padahal sarapan sudah disajikan  di sampingnya dan disampaikan oleh Mak Lim sendiri lho. Kalau tidak ada sahutan dari Mak Lim, Mbah Tinah meracau tidak jelas. Kemudian Mak Lim marah-marah. Kalau nggak gitu, Mbah Tinah sering menghilang juga. Pas dicari-cari sudah sampai di depan rumah orang. Mak Lim, di mana dirimu membeli sabar yang melimpah itu?

Melihat gelagat Mak Lim sehari-hari, sebenarnya dia tampak sungkan dengan keluargaku. Kuyakin dia juga nggak mau kalau setiap hari merasakan dampak dari asap tungku kayunya. Selain harus mondar-mandir memastikan kayunya terbakar sempurna, asapnya yang keluar pasti sangat menyiksa matanya. Tapi, mau bagaimana lagi? Semua serba kepepet.

Memang nggak enak banget kalau pas masak, sudah kena asap dari kompor dan masakanku sendiri, eh, ditambah kena asap dari tungku kayu milik Mak Lim. Alhasil, mata sepet, pegel, dan perih tidak bisa terhindarkan. Ujung-ujungnya mata kering.

Ah, sudahlah, bukankah keluargaku memang lebih, lebih, dan lebih beruntung dari keluarganya? Makanya, tak tega rasanya kalau aku harus mengeluhkan soal asap yang masuk ke dapurku, lagi dan lagi. Sudah banyak masalah yang harus dihadapi oleh Mak Lim. Kiranya soal asap ini tidak perlu aku besar-besarkan. Kalau sampai itu kulakukan, bukan meringankan beban, malah mau menambah masalahnya saja. Aku tidak mau.

Mencari solusi tanpa menambah masalahnya



Kucari celah, bagaimana caranya agar aku tetap bisa memasak tanpa merasa mata kering? Sejauh ini, berikut yang kulakukan.

1. Aku bangun dini hari, sekitar pukul 03.00 WIB. Karena semua bahan masakan sudah kusiapkan di kulkas pada malamnya, jadi bisa langsung plung plung. Kelar. Saat aku sudah selesai memasak, Mak Lim baru bangun tidur. Mata kering bisa kuhindari.

Baca juga: KALAU BISA TIDUR LEBIH AWAL DAN BANGUN LEBIH PAGI, KENAPA HARUS BEGADANG?

2. Tutup pintu tengah. Sudah bangun dan memasak dini hari, tetap saja asap dari tungku kayu Mak Lim bisa masuk bagian utama rumah. Otomatis, pintu penghubung antara dapur dengan ruang lainnya langsung kututup rapat. Alhamdulillah, asap yang masuk tidak terlalu tebal. Mata kering bisa kuhindari lagi.

3. Pakai Insto Dry Eyes. Sudah prepare dengan baik, namanya orang kan kadang ada apesnya, seperti kejadian di awal tulisan ini. Kalau terpaksa harus masak sambil berperang dengan asap yang tebal, ya, selesai masak langsung tutup pintu dan teteskan Insto Dry Eyes ke mata. Agar mata tidak sepet, pegel, dan terasa perih.

Kenapa mata kering harus dihindari? Yuk, pakai Insto Dry Eyes!



Menyiksa.

Apalagi untukku yang berkacamata. Sekalinya mata kering, ujung-ujungnya kalau tidak segera kuatasi, akan membuatku pusing sepanjang hari. Rasanya tuh nyunteng, pening yang banget banget, di bagian dahi tepat di antara kedua mataku. Kalau sudah kayak gitu, mau ngapa-ngapain jadi males banget. Kepala terasa berat. Andai, kepala bisa dilepas. Hihi.

Mata kering buatku nggak produktif.

Dari baca-baca artikel di alodokter.com, baru kupahami kalau mata kering itu adalah keadaan saat mata kita kurang pelumas air mata. Hubungannya apa dengan mata yang terasa sepet, pegel, perih, dan lama-kelamaan mata lelah?

Gini gini, udara di sekitar kita kan kotor. Apalagi kalau kena asap tungku kayu. Nah, debu atau benda asingnya otomatis ada yang masuk ke mata kita. Karena kurang pelumas (air mata), debu tidak bisa hilang. Ngganjel, kan?

Bagaimana agar mata tetap lancar menghasilkan pelumas air mata? Secara normalnya, mata kita akan menghasilkan pelumas air mata setiap kali kita berkedip. Air mata itu sendiri tersusun dari bahan-bahan penting (senyawa campuran dari lemak, air, lendir, serta lebih dari 1500 protein) yang bisa membuat permukan mata tetap halus dan melindungi dari hal-hal yang mengganggu.

Bukankah fungsi air mata sangatlah penting?

Ah, aku jadi membayangkan saat mataku diserang asap dari tungku kayu Mak Lim, set set set. Asap sebagai benda asing masuk dalam mataku bak peluru yang memborbardir tiada henti. Seketika mataku tertutup, tak berkedip sedikitpun karena terasa begitu periiiiihh.

Sebelum aku menemukan Insto Dry Eyes, saat menghadapi situasi seperti di atas, aku langsung ke kamar mandi. Ngapain lagi kalau tidak membasuh mukaku dengan harapan mataku tidak perih lagi. Akan tetapi, apa yang terjadi? Malah makin perih, kukucek-kucek, dan lama kelamaan mataku malah merah, tampak seperti mata lelah.

Menyedihkan.

Dulu, itu dulu.

Sekarang, kalau mata sepet, pegel, dan perih, wah, ini tanda-tanda mata kering nih, langsung deh pakai Insto Dry Eyes yang sengaja kusimpan di lemari P3K. Kenapa memilih Insto Dry Eyes?

  • Merek ini paling legendaris di keluargaku. Dari dulu kalau ada masalah mata, ya, pakai merek yang satu ini.
  • Halal dan sudah terdaftar di BPOM (nomor tertera di kardus kemasan)
  • Bisa dibeli di warung dekat rumah, apotek, minimarket, supermarket, sampai online shop dengan kisaran harga mulai Rp 13.000 - Rp16.600/ botol isi 7,5mL.
  • Setiap mL mengandung Hydroxypropyl methylcellulose 3,0 mg. Benzalkonium chloride 0,1  mg. Aku memang tidak paham betul arti kandungan tersebut. Tapi, setelah memakai tetes mata ini, mak cessssss, adem banget. Pun, tidak muncul rasa pahit di tenggorokan.
  • Penggunaannya sangat mudah, tinggal teteskan ke mata sebanyak 1-2 tetes atau sesuai anjuran dokter. Tapi, karena termasuk obat keras, penggunaan dalam angka panjang dan berlebihan akan merusak selaput mata. Ya, sesuatu yang berlebihan memang tidak baik, kan?
  • Bentuk mungil membuat obat tetes dengan tutup botol ulir warna biru ini mudah dibawa ke mana saja. Saranku, kalau bisa kemasan atau kardusnya jangan sampai hilang. Karena terlalu mungil, kadang malah susah mencarinya saat berada di antara obat-obat lain. Hihihi.
  • Dipercaya oleh warga dan banyak menerima penghargaan tingkat nasional. Terbaru, Insto mendapat penghargaan Indonesia WOW Brand 2019 yang diselenggarakan oleh Mark Plus Insight.

Banyak alasan untuk memilih Insto, terutama Insto Dry Eyes untuk mengatasi mata kering kamu, bukan?


Kegiatan lain yang juga menyebabkan mata kering



Tiga gejala yang sering jadi tanda-tanda mata kering adalah saat mata sudah mulai terasa sepet (melekat, berasa nempel susah terbuka), pegel, dan perih (seperti ada yang mengganjal). Gejala-gejala itu tidak bisa dihindari karena memang setiap harinya kita selalu beraktivitas baik di dalam maupun di luar ruangan.

Nah, berikut beberapa kegiatan yang kulakukan dan mau tidak mau gejala mata kering akan selalu menghampiri. Tentunya ini selain kegiatan memasakku yang terkena asap dari tungku kayu tetangga ya. Apa saja itu?

1. Jalan kaki di pagi hari
Setiap pagi, kuusahakn untuk berolahraga ringan, yaitu jalan kaki ke arah sawah. Tapi eh tapi, meskipun hidup di desa tidak kemudian menjamin udara paginya bersih. Kalau sudah kelewat pukul 06.00 pagi, hooooo, kendaraannya mulai ramai banget.

Kalau mau dapat udara segar dan bersih, kemudian mata nggak sepet karenanya, ya, selesai jamaah salat subuh langsung cus jalan pagi. Sehat iya, mata sepet karena asap? No no no.


2. Pakai kipas angin
Punya anak yang nggak bisa lepas dari kipas angin tuh bikin eerrrr... Akhir-akhir ini kalau dini hari kan dingin banget ya. Pas kipas dimatiin, dia pasti tahu. Akhirnya, hingga pagi hari kipas angin tetap nyala. Bangun tidur dijamin mataku sering terasa perih. Padahal mata merem lho.

Sama halnya oas siang hari, lagi panas-panasnya, pakai kipas angin lagi. Mata perih tidak mungkin bisa dihindari. Ini hampir sama dengan penggunaan hair dryer. Panas dari udara yang dihasilkan bisa membuat mata kering.

Pokoknya, sebisa mungkin mengurangi penggunaan kipas angin jadi pilihanku agar terhindar dari gejala mata kering.

3. Kelamaan main HP dan di depan layar komputer
Dalam sehari, berapa jam yang kamu habiskan untuk mantengin HP? Sejam jauh dari HP bisa, nggak?

Kalau tidak bisa, ya, siap-siap saja mata jadi pegel dan lelah karena terpapar sinar UV. Jangan lupa berkedip ya, agar pelumas air mata tetap dihasilkan dengan baik oleh mata. Mentang-mentang lagi asyik, sampai lupa tak berkedip. Jangan!

4. Terlalu lama menyetir
Ini nih penyakitku banget. Atau mungkin memang penyakitnya semua orang yang berkacamata?

Spaneng, tegang, berkutat dengan jalanan yang ramai, apalagi macet, mata jadi cepat lelah. Paling mentok aku berani nyetir selama 2 jam saja. Selebihnya, mending naik kendaraan umum atau minta diantar suami. Karena kalau nggak gitu, ujung-ujungnya, ya, dahi bagian tengah, di antara mata pasti akan sakit. Pusingnya bakal nggak ketulungan sampai seharian.

5. Membaca buku dan Alquran
Sehari minimal membaca buku berapa lembar? Atau punya waktu khusus untuk membaca Alquran?

Selepas salat maghrib atau isya, kuusahakan untuk membaca Alquran walau tidak sampai berpuluh-puluh lembar. Namanya membaca, pasti kan dipelototin, ya, hurufnya. Nah, agar mata lelah terhindari, kuusahakan untuk membacanya di ruang yang terang, dalam posisi duduk, dan menggunakan Alquran yang berbentuk besar.

6. Berada di ruangan ber-AC
Satu hal selain sering pengen pipis saat ikut seminar di ruang ber-AC, aku sering merasa mata cepat perih. Apalagi kalau narasumbernya menyampaikan materi lebih dari 2 jam dan peserta banyak kemudian aku duduk di tengah-tengah. Ya sudah, dijamin mata nggak nyaman banget.

Kalau bisa datang lebih awal, aku akan lebih memilih duduk di depan. Kenapa? Ya, biar tidak kesulitan saat memperhatikan narasumber atau materi yang disampaikan. Lagi-lagi ini perkara orang yang punya minus dan berkacamata.

7. Binge watching, menonton film berturut-turut
Halo pecinta drama korea, mana suaranya? Cung! *aku ikutan cung*

Salah satu cara termudah, termurah, dan tercepat yang bisa kulakukan untuk menghadiahi diri sendiri setelah melakukan hal-hal (yang menurutku) besar, adalah dengan menonton drama korea. Kalau kamu apa?

Alhamdulillah, itu berhasil banget untuk mengembalikan semangatku kembali setelah berjuang. Jeleknya, kalau sudah telanjur memilih satu judul, eh, kok ada beberapa episode, bahkan sampai 32, pengennya diselesaikan dalam satu duduk. Kalau nggak disiplin pada diri sendiri, akhirnya sampai lupa tidur, malah asyik nonton terus. Takut ganggu penghuni rumah yang lain, akhirnya lampu dimatikan semua. Yes, nonton dalam keadaan gelap gulita.

Lengkap, nggak bakal deh kalau mata nggak sepet, pegel, dan perih. Mata kering bakalan nemplok. Duh duh duh.

8. Kurang minum air
Setiap orang memiliki kebutuhan air yang berbeda-beda. Hal itu dipengaruhi oleh tempat tinggal, aktivitas sehari-hari, dan kesehatannya. Beruntungnya diriku, karena aku tipe orang yang hobi banget minum air putih. Insyaallah dalam sehari, 1,5 liter air terpenuhi.

Apa hubungan air yang kita konsumsi dengan mata kering? Jelas ada hubungan erat diantaranya. Kalau kebutuhan air tercukupi, maka tubuh akan bekerja dengan baik. Bukankah, mata kita selalu membutuhkan air mata juga agar tidak kering?

Institute of Medicine menyarankan pria untuk mengonsumsi 3 liter (13 gelas), sedangkan perempuan sebaiknya mengonsumsi 2,2 liter (sekitar 9 gelas) dari jumlah minuman setiap harinya. Karena 4 gelas air putih yang dikonsumsi setiap harinya, akan berkurang melalui proses pernafasan, keringat dan pergerakan usus. Bagaimana dengan organ dan proses lainnya? Kalau 9 gelas itu tidak tercukupi?

Nah, bukankah sangat penting kalau kita memperhatikan jumlah konsumsi air dalam sehari?

9. Kurang istirahat
Kamu pasti setuju kalau yang namanya begadang itu nggak enak banget. Tapi, mau bagaimana lagi kalau ada tugas atau deadline lomba yang harus diselesaikan?

Kamu yang hobi begadang, duh, duh, yuk, dikurangi! Boleh sesekali. Kalau setiap hari, remuk redam badanmu. Selain itu, yang paling terasa banget kalau habis begadang adalah saat bangun tidur, mata sepet banget. Iya, kan? Bukannya pagi makin semangat, eh, mata sepet jadi ganggu produktivitas kita.

Aku sendiri punya trik, kalau malam hendak lembur, kusempatkan tidur siang walau sejenak. Yaaaah, biar nggak kaget-kaget banget lah. Soalnya kan kalau pagi aku harus ngadepin anak-anak di sekolah. Nggak banget dong kalau gara-gara lembur jadi ogah-ogahan ngajar.


Berbagi Insto, berbagi dunia untuk mereka



facebook.com/asiancrush.tv


Sudah nonton video yang diadaptasi dari kisah nyata di atas?

Kalau ngomongin soal ibu tuh nggak akan pernah ada habisnya, ya. Aku yang kini berstatus sebagai ibu pun rasanya pengen mewek menonton perjuangan dari Ibu Zhang Yulian. Beliau rela keluar dari desa untuk pertama kalinya, menyeberangi sungai, naik turun gunung sejauh 28 km, berganti bus sebanyak 3 kali, menghabiskan waktu selama 36 jam di dalam bus, belum lagi saat sampai di kota, dengan mata yang katarak bahkan hampir buta seluruhnya, beliau tetap ingin bertemu dengan anaknya untuk membuatkannya sup ayam.

Selesai melihat video tersebut, bayang-bayang perempuan hebat di sekitarku datang silih berganti. Salah satunya adalah Mak Lim yang berjuang merawat ibunya yang jompo, pun buta karena katarak.

Aku memang belum bisa membantu Mak Lim. Bahkan aku malah pernah menambah masalah untuknya berkaitan dengan kandang ayam dan asap tungku kayu. Tapi, paling tidak, aku ingin sekali berbagi walau sedikit.


Aku ingin memberikan Insto Dry Eyes kepada Mak Lim karena setiap hari matanya akan sering terpapar asap dari tungku kayunya. Iya, memang obat tetes mata ini tidak bisa dipakai secara terus menerus. Tapi, paling tidak, saat mata kering menghampirinya, sudah ada Insto Dry Eyes yang tersedia di rumah.

Sayang saja, jika sampai mata kering selalu mengganggunya. Padahal ada banyak hal yang harus dilakukannya, setiap hari. Apa kabar anak-anaknya yang masih kecil kalau sampai ibunya tidak bisa produktif? Apa kabar Mbah Tinah kalau sampai mata Mak Lim juga terganggu karena mata kering?

Terima kasih Insto Dry Eyes, sudah hadir di tengah-tengah kami.

Berikut ada video reviewku tentang Insto Dry Eyes, semoga bermanfaat, ya. Kalau kamu mengalami mata kering, ingat Insto Dry Eyes!






Sumber bacaan:
https://www.alodokter.com/mata-kering
https://parenting.orami.co.id/magazine/seberapa-banyak-kita-harus-minum-air-putih-dalam-sehari-cari-tahu-perhitungannya

Cerita ini ditayangkan sudah mendapat persetujuan dari Mak Lim dan keluarga.

Rabu, 24 Juli 2019

Pengalaman Pertama Kali ke Solo Makin Berkesan Karena Prive Uri-cran


Pengalaman Pertama Kali ke Solo Makin Berkesan Karena Prive Uri-cran - Pas dapat ajakan dari Mbak Ika Puspita untuk menghadiri #womenscommunity area #jogjasolo bersama #combiphar tanggal 14 Juli 2019 lalu, hoooo tanpa pikir panjang, langsung ku-iyakan.

Karena, satu, aku butuh piknik. Liburan sekolah sudah mau kelar, tapi, aku belum ke mana-mana. Pengen dong me-recharge pikiran. Biar ntar kalau sudah masuk sekolah, pikiranku jadi fresh. Siap tempur sama anak-anak di lingkungan sekolah yang baru.

Dua, sejak awal kuliah, aku ingin menghirup udara Solo, tapi, belum kesampaian. Pengen honeymoon, eh, keburu masuk kerja, kemudian hamil. Ini ada kesempatan, kenapa tidak kuambil?

Ketiga, materi talkshow yang disampaikan narasumber dekat sekali denganku, perempuan, yaitu tentang anyang-anyangan. Bukankah ini paket komplit? Maka, bismillah, aku harus berangkat ke Solo.


Eits, tunggu dulu! Rasanya kalau apa-apa yang kualami kok mulus banget jalannya itu bakalan nggak seru. Makanya, tak heran kalau masalah datang ustru sehari tepat sebelum keberangkatanku.

Pertanyaan ini baru muncul dalam benakku, tuing, besok pagi, aku ke Solo naik apa? Bus? Kalau naik motor nggak mungkin lah. Bisa-bisa nggeblak di jalan.

Bwahahaha.

Kenapa dari kemarin nggak dipikirin juga?

Dodolnya diriku.

"Naik kereta saja, Say", begitu usul temanku.

Oh iya, ya, kereta. Tentu, ongkos lebih murah dan waktu tempuhnya nggak lama.

Buru-buru kucari info kereta dari rute Semarang-Solo via aplikasiTraveloka. Ternyata zonk, sudah nggak ada yang kosong. Bahkan kereta Kalijaga yang paling murah meriah itupun hanya melayani rute ke Solo di atas pukul 09.00 WIB. Ya, nggak mungkin lah aku naik ini. Wong acaranya pukul 09.00 WIB.

Blaik.

Yo wis, akhirnya, mau tidak mau, aku naik bus ke Purwodadi, kemudian naik bus lagi yang ke Solo. Malam hari sebelum keberangkatanku, kusiapkan apa-apa yang harus kubawa. Kuusahakan barang bawaanku tidak terlalu banyak.

Diantaranya,
1. Dompet
2. Buku jurnal + bolpoin
3. Botol minuman
4. Pouch kosmetik
5. Baju ganti sesuai dresscode
6. Jaket

Semua kumasukkan ke tas ransel, biar mudah dipeluk saat di bus. Maklum, aku ini kalau sudah naik bus langsung tidur. Jadi, kuusahakan tidak bawa banyak barang.

Solo, Aku Datang


Sumber: solo.tribunnews.com

Pukul 06.00 WIB, aku sudah nongkrong di pertigaan dekat rumahku. Sebenarnya jadwal tersebut molor dari waktu yang kutetapkan semula. Itu tuh anak lanang sempat ngambek saat hendak kutinggal. Padahal malam-malam sebelumnya sudah kusounding kalau aku akan pergi seharian. Maklum, kelamaaan libur sekolah, jadi mbok-mbok-en.

Lima belas menit kemudian, aku baru dapat bus menuju terminal Purwodadi. Setelah membayar ongkos sebesar 10 ribu (per 36 km), akupun tidur. Bwahahaha.

Saat aku terbangun, bus sudah mendekati pintu masuk terminal. Karena cuaca dingin, ehm, hasrat ingin pipisku muncul. Tapi, apa yang terjadi setelah turun dari bus?

Saat kuarahkan kaki menuju toilet umum, ada kondektur bus yang teriak-teriak, "Solo berangkat Solo berangkat Solo berangkat."

Kulihat semua penumpang yang punya tujuan sama sepertiku mengejar bus Solo itu. Reflek, aku kok ya ikutan mengejar bus tersebut. Aku lupa keinginan pipisku.

Duh duh duh, ternyata aku latah, ya.

Apakah aku menahan pipisku sampai di Solo?

Iya, Saudara.

Hahaha. Nggak tahu kenapa, pagi itu rasanya aku ngantuk berat. Sepanjang perjalanan Purwodadi-Solo, yang memakan waktu sampai 1,5 jam, kuhabiskan untuk tidur. Hahaha. Entahlah, apa kabar dengan hasrat pipisku? Yang pasti, saat memasuki kota Solo, rasa pipisku tak tertahankan lagi. Tapi, lihat jarum jam tanganku sudah menunjukkan pukul 09.05 WIB. Telat telat telaaaaaaaatttt.

Nggak peduli, setelah bus masuk di Terminal Tirtonadi, Solo, aku langsung mencari toilet. Sesekali kuberdecak kagum, terminalnya keren, ya, kayak bandara. Tempatnya bersih dan ada papan petunjuk di mana-mana.

Setelah selesai pipis, kupandangi wajahku di cermin, Ya Allah, muka bantal banget. Lha tidur mulu di bus. Hahaha.

Sempat terbesit untuk ganti baju sekalian, tapi, nanti mau naik ojek online, kalau pakai rok malah ribet. Akhirnya, cus deh, dengan bantuan petugas toilet terminal dan warga sekitar, aku sukses dijemput-antar babang ojek online dengan selamat. Perjalananku di Solo kali ini terbantu banget dengan adanya ojek online.

Apakah aku sampai di Hotel Harris dengan selamat? Jelas. Tapi, nyasar dulu. Hahaha.

Kok bisa?

Lha iya, abang ojek online salah nurunin aku. Hahaha. Aku diturunin di lobi hotel sebelah. Untung saja, orang Solo ramah-ramah. Nggak salah deh aku kelayapan sendirian ke Solo.

Sampai di lobi Hotel Harris, aku langsung mencari toilet. Bukan untuk pipis lagi, melainkan ganti kostum.

Tepat pukul 09.30 WIB, aku masuk ke ruangan. Sudah banyak yang hadir di sana. Nuansa merah marun memenuhi mataku.

Ngobrolin Anyang-anyangan dengan Suasana yang Menyenangkan



Tepat pukul 10.00 WIB, Mas Puja Praditya, sebagai MC memulai acara yang mengusung tema "Aktif dan Percaya  Diri dengan Memelihara Saluran Kemih" ini. Namun, sebelum itu, MC menyapa anak-anak yang sedang asyik mewarnai gambar bertema buah cranberry di meja bagian belakang.

Yes, di acara ini, anak-anak boleh ikutan, pun merasa senang, sedangkan emak-emak siap memahami ilmu tentang anyang-anyangan. Eits, tidak hanya emak-emak saja lho yang hadir di acara ini. Bapak-bapak juga ikutan belajar tentang anyang-anyangan.


Sembari menikmati kudapan, narasumber pertama, ada Bu Dyah Parikoening, selaku Head of Brand Activation Combiphar, yang menyapa peserta dengan sangat hangat. Pertanyaan pertama yang beliau sampaikan dan membuk tabir kenyataan adalah, "Siapa yang pernah anyang-anyangan?"

Jawabannya? Hampir semua peserta mengangkat tangannya. Ini sudah jadi fakta kalau anyang-anyangan itu memang bisa menyerang siapa saja.

Sebelum ke acara inti, cieeehhh, kayak pembelajaran aja, hihihi, MC mengajak peserta untuk memilih salah satu bentuk bangun datar yang akan mencerminkan kepribadian kami. Kamu, misalnya diminta untuk memilih antara lingkaran, persegi, segitiga, dan zigzag, akan memilih apa? Temukan jawabannya di bawah ini, sesuaikah dengan kepribadianmu?

Montage dibuat Bloggif
Tunggu beberapa saat

Setelah seseruan dengan bentuk gambar kepribadian, narasumber yang kedua, yaitu dr. Erwin Gunawan, SpOG, langsung siap untuk berbagi. Sejak tahun 2004 sampai sekarang, beliau bertugas di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo. Siapa nih yang langganan ke beliau?


Secara gamblang dr. Erwin dan sesekali diselingi dengan canda ringan, menjelaskan bahwa anyang-anyangan itu bisa mengakibatkan gagal ginjal sampai kematian bayi saat dilahirkan. Kalau bisa dicegah, kenapa tidak? Beliau juga menerangkan betapa mahalnya perawatan gagal ginjal. Per hari di ruang ICU bisa sejuta. Kenapa tidak kita cegah anyang-anyangan dengan cara yang sebenarnya mudah? Diantaranya dengan menjaga pola makan, rajin olah raga, dan mencuci tangan dengan baik dan benar.

Oke, mudah caranya, tapi istiqomahnya itu lhoooo yang sulit.


Kemudian ada juga Kakak Michaela Talitha, Brand Manager Combiphar, yang menawarkan solusi paling enak untuk mengatasi anyang-anyangan. Apa itu? Akan aku ulas secara lebih mudah dan terperinci tentang apa yang disampaikan oleh ketiga narasumber dan  beberapa info yang kudapat dalam keseharian sebagai berikut.

Anyang-anyangan, Prive Uri-cran yang Manis, Asam, Segar, dan Enak

Anyang-anyangan adalah keadaan saat kita ingin pipis terus menerus, apalagi dalam jumlah sedikit. Apabila saat pipis disertai dengan rasa nyeri, itu akan disebut dengan ISK (Infeksi Saluran Kemih). Jadi, gampangnya tuh gini, kalau ISK pasti anyang-anyangan. Tapi, kalau anyang-anyangan belum tentu ISK.

Nah, di dalam keseharianku, banyak sekali mitos yang beredar tentang anyang-anyangan. Akan aku tuliskan poin demi poin kemudian kulanjutkan dengan apa yang kuterima saat mengikuti talkshow di Solo kemarin ya.

Mitos tentang anyang-anyangan:

  1. Saat anyang-anyangan melanda, ikatlah jempol kaki dengan karet gelang/benang/rafia/batang padi. Dijamin akan mereda.
  2. Hanya terjadi pada perempuan.
  3. Agar anyang-anyangan cepat sembuh, minumlah air putih sebanyak-banyaknya.
  4. Saat cuaca dingin, jangan minum air putih banyak-banyak, nanti anyang-anyangan.
  5. Anyang-anyangan itu lumrah terjadi. Hal biasa.

Fakta:
  1. Tidak ada kaitan antara ikat jempol dengan anyang-anyangan.
  2. Semua orang bisa mengalami anyang-anyangan, baik perempuan, laki-laki, dan anak-anak. Ingat, tidak hanya perempuan.
  3. Perempuan lebih sering atau mudah anyang-anyangan karena secara anatomi, saluran kemihnya lebih pendek dibandingkan laki-laki.
  4. ISK adalah salah satu infeksi yang umum terjadi pada kita.
  5. Menahan buang air kecil bisa menimbulkan anyang-anyangan.
  6. 80% ISK disebabkan oleh bakteri E.Coli yang hidup di saluran pencernaan kita.
  7. Saat cebok, perhatikan caranya, yang betul itu depan ke belakang, bukan sebaliknya. Kenapa? Karena kalau salah langkah, justru bakteri E. Coli yang keluar bersama feses kita akan masuk ke saluran kemih dan, ya, bisa ditebak apa yang akan terjadi. Jika didiamkan akan menyebabkan ISK.
  8. Selain lewat feses, bakteri bisa masuk dalam tubuh kita melalui toilet yang kurang bersih, air kotor, hubungan seksual, dan menahan buang air kecil itu tadi.
  9. 50-60% ISK terjadi pada perempuan dan 25% bisa berulang.
  10. Gejala ISK yang paling umum terjadi adalah nyeri saat pipis, nyeri perut bagian bawah, demam ringan, anyang-anyangan, nyeri pinggang, dan mual.
  11. Apabila ibu hamil yang mengalami ISK, bisa menimbulkan komplikasi, seperti, kelahiran prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah, preeklamsia, hipertensi, gagal ginjal, dan kematian janin.
Nah, solusi enak apa sih yang sudah kubocori di atas untuk mengatasi anyang-anyangan?

Ada buah CRANBERRY.

Buah yang satu ini sudah lama diteliti dan digunakan untuk mengatasi Infeksi Saluran Kemih (ISK). Hasilnya? Efektif. Karena buah berwarna merah marun ini banyak mengandung Proantocyanidin (PAC) yang bisa mencegah penempelan bakteri E.Coli pada dinding saluran kemih.

Pertanyaan pasti muncul dalam benakmu, di mana bisa mendapatkan buah Cranberry ini? Harganya mahal, bukan? Iya, memang susah dapat buah yang satu ini. Mahal pula. Tapi, tenaaaaang. Sudah ada Prive Uri-cran, ekstrak Cranberry, yang bisa kita beli di apotek lho.


Prive Uri-cran ini ada dua macam, yaitu yang serbuk dan kapsul. Kalau aku lebih suka yang serbuk. Penyajiannya juga mudah kok. Sediakan air dingin (bukan air yang diberi es batu lho ya) 150 ml, kemudian tuang Prive-Uricran, aduk, minum deh.


Sensasi, segar, asam, manis bakalan memenuhi lidah dan tenggorokan. Paling asyik kalau di minum pas siang hari yang panas. Cocok banget lah.

Saat anyang-anyangan atau ISK melanda, sehari, minumlah dua kali untuk hasil yang maksimal. Minum berturut-turut selama 10 hari dan rasakan perubahan yang terjadi.

Memangnya boleh minum setiap hari? Boleh banget.

Oiya, ada pertanyaan dari seorang teman, boleh tidak kalau diminum anak usia 4 tahun? Saat kutanyakan ke Kak Talitha, disarankan untuk anak di atas 5 tahun.

Oke, deh.

Siang itu, karena aku sempat nahan pipis, nggak mau dong kalau kena anyang-anyangan. Selain minum yang disediakan oleh mbak-mbak SPG, untuk jaga-jaga, aku beli sekotak isi 15 sachet Prive Uri-cran yang serbuk. Buat stok di rumah. Apalagi pas beli di pop up table dapat haga khusus. Siapa yang nolak?


Rasanya puaaasss banget menimba ilmu hari ini. Eh, jalan-jalan yang berilmu deh.

Talkshow siang itu selesai sekitar pukul 13.00 WIB dan ditutup dengan pembagian door prize dari panitia. Aku sih belum beruntung, tapi nggak papa karena bisa sampai Solo saja sudah lebih dari door prize. Alhamdulillah.


Apakah aku langsung pulang? Tidak, Saudara. Bermodalkan jari, kuberkeliling sebentar di kota Solo. Kemudian mampir ke salah satu mall untuk memakai voucher MAPku. Lengkap sudah deh perjalananku di Solo. Secepatnya, aku ingin kembali lagi ke Solo. Tentunya bersama abi dan Kak Ghifa. Syukur-syukur bisa staycation di Solo.

Terima kasih untuk Prive Uri-cran, karena talkshow bergizi ini aku bisa sampai ke Solo. Oiya, kamu bisa juga baca-baca tentang Prive Uri-cran secara lengkap di berbagai laman berikut. Atau ikutan weekly quiz di instagramnya.

Web: www.uricran.id
IG: @uricran.id
Fb: Prive Uri-cran
Harga yang serbuk: Rp 110.000 isi 15 sachet
Harga yang kapsul: 1 Dos isi 3 Strip x 10 Kapsul
Rp 48.311/Strip

*Harga bisa berubah setiap saat

Minggu, 07 Juli 2019

Pelajaran Penting di Dalam WC


Satu hal yang aku senangi saat ikut seminar, pelatihan, sampai event bloger di hotel itu adalah akan adanya hal baru yang aku dapatkan. Ke-ndeso-anku akan muncul seketika. Lha terus apa hubungannya sama WC? Cekidot.

Kemarin, aku mengikuti sarasehan yang diadakan oleh Balai Bahasa Jawa Tengah di salah satu hotel dekat Pasar Johar yang lama. Cerita ini bermula saat teman sebelahku bercerita tentang, "Airnya nggak keluar, Mbak. Aku cuma pakai tisu."

Halo, salam kenal dariku berkerudung biru yang bermuka bantal. Lama tak pergi meninggalkan rumah, malam sebelum acara malah tidak bisa tidur.


Pikiranku langsung, "Lah kepeten dong." Kepeten kalau di bahasa Indonesia tuh apa ya? Kayaknya kok belum nemu. Pokoknya jorok banget, pipis kok nggak cebok pakai air. Begitu pikirku.

Di lain sisi, insting ke-kepoanku muncul. Apa iya, WC kok nggak ada airnya sama sekali?

Saat itu sebenarnya aku kebelet pipis juga. Akan tetapi, ogah meninggalkan ruangan karena tiga hal. Satu, letak WCnya tidak strategis, harus muter melewati 400 peserta. Dua, materinya lagi bagus. Terakhir, narasumbernya ganteng banget. Hahaha. Alasan yang terakhir ini jujur. Tapi, tolong, jangan bilang ke abi!

Ini lho narsum yang kumaksud. Abang Ivan Lanin. Ciaaah, abang. Dilempar cucian diriku nanti. Materi yang disampaikan tentang kebahasaan, bergizi banget lah.

Akhirnya, aku berhasil menahan pipis sampai acara selesai, kemudian makan di lantai bawah.

Makanan di piring kulahap dengan cepat. Kebelet pipiiisssssss.

Kulihat di pintu sebelah kiri ada tulisan toilet. Aku mempercepat langkahku. Saat masuk, oh, sepi.

Kukunci pintu dan menggantungkan tasku. Kuperhatikan klosetnya. Ehm, memang beda dari biasanya. Biasanya kan ada bagian yang buat semprot cebok. Kali ini tidak ada.

Saking kebelet, aku langsung pipis. Sambil pipis, kubaca kertas yang menempel di tembok.

"Putar pelan keran yang ada di sebelah kanan, apabila akan digunakan."

Keran? Mana keran?

Ternyata memang ada keran di sebelah kanan kloset. Kecil. Kucoba dengan pelan.

Cuuurr...
Tubuhku terguncang. Kaget.

Ada air yang keluar dari kloset, tepat di area tubuhku yang memang harus dibersihkan.

Oh, oke, oke, paham aku.

Akhirnya, kuselesaikan buang hajatku, kemudian mempraktikkan lagi yang barusan kualami. Selesai, kemudian pakai tisu.

Bagi aku yang ndeso, kemudian di rumah pakainya kloset jongkok, hal ini tentunya ilmu baru. Ben ora ketok ngisin-ngisini (Biar tidak kelihatan malu-maluin).

Keluar dari bilik, aku hendak mencuci tangan. Biasanya kan tersedia sabun, tisu, dan pengering otomatis. Nah, di situ tidak ada sabun dan pengering.

Hatiku bergejolak to ya, secara di sekolah aku koar-koar kepada murid-muridku untuk CTPS (cuci tangan pakai sabun). Eh, ini, aku malah melanggarnya sendiri.


Mau gimana lagi, dengan kesadaran diri kalau cuci tangan ini kurang bersih, akhirnya ya cuci tangan kemudian pakai tisu doang.

Oiya, aku punya cerita nih, saat pertama kali kenalan sama pengering tangan.

Dulu, entah tepatnya kapan, pertama kali lihat pengering tangan otomatis ini tuh pas makan di salah satu mall.

Nah, karena harus menyuapi Kak Ghifa pakai tangan, kucari tuh tempat cuci tangan. Padahal cuci tangan pakai sabun itu wajib ya meskipun makan pakai sendok.

Sembari cuci tangan pakai sabun, aku sudah mikir, lah ini nanti tangan masih basah kuyub dilap pakai apa. Tidak ada tisu yang terlihat. Kalau di rumah kan ada serbet.

Kuperhatikan orang sekitar yang sedang cuci tangan pula. Setelah bersih, tangannya didekatkan ke kotak ajaib, terdengar suara menderu (kayak suara motor), kemudian tangannya sudah kering.

Oh, ya ya. Kucoba praktik. Awalnya tidak bisa. Loh, kenapa? Mulai panik. Malu kalau ada yang memperhatikan.

Saat kucoba lagi, aha, bisa. Hihi. Ternyata, letak tanganku kurang dekat dengan lubang pengeringnya. Alat pengering otomatis itu kan pakai sensor ya. Hihi. Kalau tangan kita terlalu jauh dari lubang, ya nggak bakalan nyala. Kalau ingat kok geli banget. Dasar, ndeso!

Nah, gimana ceritanya kalau pas cuci tangan tidak ada tisu, serbet, atau mesin pengering? Begini solusinya...


Tadi pagi, saat aku blog walking ke tempat Mbak Ade Anita, kudapat solusi tentang masalah di atas.

Setelah cuci tangan, kok tidak ada tisu, serbet dan pengering, cukup tepuk tangan sebanyak 30 kali, tangan akan kering sendiri. Tidak percaya? Coba saja!

Kalau kamu mau ikut menyelamatkan hutan dan harimau sumatra, walau di sana ada tisu, tepuk tangan saja, yuk!

Secara pribadi, terima kasih untuk Mbak Ade Anita. Solusinya ces pleng banget. Akan aku praktikkan juga, di mana pun berada. Terutama di sekolah, kepada anak didikku nanti.

Kalau kamu punya solusi apa nih misal mendapati masalah tersebut? Atau mungkin sudah menerapkan hal serupa yang disampaikan Mbak Ade Anita?

Terakhir, aku ini memang wong ndeso, tapi ojo dipoyoki, yo (jangan diejek, ya)! Maklum, jarang piknik dan tidur di hotel.

Pesan dari tulisan ini, malu sekali boleh. Selanjutnya? Ya, jangan malu-maluin! Hahaha.

Jumat, 05 Juli 2019

Keterbatasan Bukanlah Penghalang


Pagi ini aku pengen banget bahas tentang 'keterbatasan'.

Dan ini berlaku untuk semua hal dalam kehidupan ini. Tapi, karena obrolanku ini berawal dari chat dengan bloger kondang panutanku, maka, akan menyinggung hal berkaitan dengan bloger.


Semua berawal dari...

Kami membahas banyak hal lewat chat. Sampai obrolan tentang acara liputan bloger.

Temanku ini aktif sekali ikut liputan bloger. Jangan samakan denganku ya, hahaha, bisa ikut liputan kalau pas libur sekolah, atau memang sengaja bolos sekolah karena lagi ogah/jenuh/stres yang berkepanjangan. Hahaha.

Bisa stres juga ya? Ya bisa lah, aku juga manusia biasa kok. Ups.

Bahasan kami lama-lama mulai mengerucut tentang kamera dan HP.

Aku tanya, "Mbak, bloger sekarang keren-keren ya, liputan pada pakai kamera."

"Siapa? Aku pakai HP. Ngevlog (bikin video) juga pakai HP."

Kemudian aku mikir, iya ya, temanku ini memang sering kulihat pakai HP pas liputan, sepertiku. Tapi, kebanyakan bloger di luar sana, hooo, kameranya ajib-ajib lah.

Aku mikir lagi, mau pakai HP, pakai kamera, bayaran liputan kami ya sama saja. Memang sih, hasil jepretan agak beda. Tapi, kamera HP zaman now kan keren-keren juga hasilnya. Nggak kalah lah sama kamera yang mehong itu.

Lagian, iya, kalau pakai kamera nan mahal itu hasil ambil fotonya keren. Kalau gak mahir kan ya sama saja.

Obrolan berlanjut sampai kalimat, "Opo yo ditekoni liputane nganggo (Apa ya ditanya liputan mau pakai) HP apa kamera. Yang penting tugas liputan kelar. Tanggungjawab kita selesai."

Hahaha. Benar juga ya. Pernah lho ada perasaan minder ya envy juga, Ya Allah, aku liputan pakai HP, yang lain pakai kamera keren-keren. Wajar banget nggak sih punya pikiran demikian?

Kesanku, kalau pakai kamera tuh kelihatan profesional banget. Tapi, balik lagi, profesional tidaknya kan bukan hanya perangkat yang dipakai ya?

Profesional sebagai bloger pas meliput kan banyak faktornya. Diantaranya, tugas on the spot, kelar, laporan liputan di blog dengan ketentuan yang berlaku juga selesai dengan baik. Konten tulisannya harus sesuai pesanan juga.

Toh, nyatanya, selama ini baik-baik saja.

Aku jadi pengen salto.

Oiya, pas notebook jadulku ini soak, padahal banyak deadline tulisan, aku mengerjakan semuanya lewat HP atau tablet punya Kakak. Semua ternyata bisa kelar. Bahkan beberapa kali menang lomba, dapat HP ASUS yang dipakai ibuk saat ini ya hasil dari nulis via HP.

Nah tooo...
Malu deh.

Berikut salah satu tulisanku yang kutulis lewat HP, mulai dari edit foto, bikin infografis, semua pakai HP, dan keluar jadi juara (walau bukan juara utama).


Akhirnya, sadar deh ya. Kemarin sempat terpuruk, lupa, kurang bersyukur, wis pokoke paket komplit lah.


No no minder lagi. Apa yang kamu punya, ayo dicakke! Ojo meri gone wong liyo. Gunakan, manfaatkan apa yang kita punya, semaksimal mungkin.

Kalau kita menunggu semua ada, semua sama dengan yang lainnya, kita bakal tertinggal jauh dari yang lain.

Catatan penting, jangan menunggu keadaan yang membuat kita profesional. Justru kita jadikan profesional itu untuk mengubah keadaan kita.

Ecieehhhh...

Aku sarapan apa ya pagi ini? Hahaha.

Sepakat?

Ehm, atau kamu punya pengalaman serupa? Dengan senang hati akan aku tunggu ceritamu.

Kamis, 04 Juli 2019

Perempuan Tangguh di My Secret, Terrius


Alhamdulillah, kelar nyuci piring, terus tiba-tiba pengen pemanasan nulis nih. Masih ogah-ogahan buka draft blog yang menumpuk, nulisnya di sini saja kali ya.


Tulisan ini adalah kumpulan status WhatsApp ku. Ternyata enak juga ya. Habisnya aku nyaman kalau nulis status. Dan ini manjur banget untuk membangkitkan mood menulisku setelah absen menulis di blog ini. Lihat saja, berapa tulisan yang kuhasilkan bulan kemarin? Mengenaskan banget. Ini juga ada banyak draft yang tidak selesai-selesai. Salah satunya draft tulisan lomba juga. Huft.

Ehm, aku pengen cerita tentang 'value' yang kudapat setelah nonton drakor My Secret, Terrius.

Hahaha. Jangan heran, aku juga suka kok nonton drakor! Tapi, ya tetap kubatasi. Awalnya aku dulu mikir orang yang punya kebiasaan nonton drakor tuh buang-buang waktu doang. Lha sekarang aku sendiri juga nonton drakor. Hahaha.

Ojo moyoki, mundak nemplok. Jangan meledek, nanti kamu juga kayak gitu.

Nonton drakor pas weekend, atau lagi liburan gini, its OK. Kalau pas kerjaan menumpuk, jangan sekali-kali buka aplikasi IFLIX, VIU, KLIK FILM, dkk. Dijamin bakalan nyeseeeel.

Lha nonton drakor itu nagih lho. Sumpah. Satu episode kelar, penasaran, klik lagi, nonton lagi, tahu-tahu sudah tengah malam. Nyesel? Rasakno dewe.

Jadi, kusarankan, nonton drakor pas weekend saja, tak papa. Kalau aku nih, pas mau nonton download tuh aplikasinya. Aku paling suka pakai IFLIX.  Kualitas gambar dan suaranya paling TOP. Tapi, termasuk boros juga sih. Kalau sudah kelar full pol mentok (misal 32 episode), yo tak hapus aplikasinya. Berhasil. Berhasil nggak pengen nonton lagi. Sampai ketemu di weekend berikutnya. Hihihi.

Balik lagi soal drakor My Secret, Terrius. Oiya, judul lainnya tuh Terius Behind Me.

Film ini tuh gak ada bagian 'uhuk-uhuk'nya. Adanya tembak-tembak-an, tapi pakai pistol beneran. Hahaha.

Inti ceritanya sih tentang mata-mata negara. Aku sukaaaaa genre kayak ginian. Rak ketang (meskipun) sepanjang nonton jantungku deg-deg-an banget. Pokoke tegang maksimal.



Terus, yang paling nendang banget di film ini itu tokoh perempuannya, GO AE RIN, namanya.

GO AE RIN ini (awalnya) adalah ibu rumah tangga biasa. Ngurus anaknya yang kembar, usia TK.

Suaminya seorang penulis. Kemudian dibunuh karena jadi saksi mata meninggalnya salah satu orang penggede negeri.

Otomatis lah ya ditinggal suami, Ae Rin harus berjuang mobat-mabit (kerja keras) untuk menghidupi anaknya.

Bisakah Ae Rin berjuang? Lha wong cuma ibu rumah tangga.

Bisa Gaes, bisa!

Bahkan Ae Rin keterlaluan cerdas dan tangguh. Serba bisa. Padahal ya hanya ibu rumah tangga lho.

Awalnya, dia kesulitan mendapat pekerjaan karena statusnya sebagai ibu beranak. Tapi, karena status suaminya yang sebagai korban pembunuhan, pelakunya justru mempekerjakannya.

Bersama kesulitan ada kemudahan, bukan? Tapi, kalau boleh memilih, nggak mau lah ya suaminya meninggal secara mendadak, tak bersalah pula.

Mulai dari sekretaris, penjaga outlet tas, mata-mata, sampai jadi barista dilakukan.

Kurang strong piye meneh coba? Kadang, keadaan kepepet tuh justru membuat kita untuk mau nggak mau kudu survive ya. Ora kerjo ora mangan (Nggak kerja nggak makan). Jiwa kreatifnya keluar semua. Hahaha.

Nah, dari Go Ae Rin, aku belajar tentang mimpi (baik mimpi jangka pendek atau panjang). Kita, perempuan, apalagi ibu-ibu, meskipun pekerjaannya nggak akan ada habisnya, ingat satu hal, kita nggak boleh nggak punya mimpi walau sudah jadi seorang Ibu.

Kita juga harus jadi perempuan yang mandiri, tangguh, dan tentunya cerdas di setiap saat.

Kalau saat ini mimpi itu belum bisa kita raih, jangan kubur mimpi itu! Pupuk terus, sekalipun dalam diam. Percayalah suatu saat nanti mimpi itu akan terwujud.

Oiya, di drama korea ini, Go Ae Rin ini adalah perempuan dari keluarga nelayan yang kemudian merantau ke Seoul. Sepertinya dia anak tunggal, wong nggak ada saudara yang dimunculkan. Tapi, sumpah, dia patut jadi panutanku banget banget. Aku yang juga anak tunggal percaya kalau anak tunggal kuwi ora tidak (semua) manja. Bahkan, seringkali orangtua mendidik kami (terutama perempuan) agar serba bisa. Ojo njagake wong. Jangan bergantung kepada orang lain.

Terus, pas Ae Rin latihan nyetir mobil, lha mobile nganggur nganti bobrok ora dipakai (mobil suaminya rusak karena tidak dipakai), aku envy, pengen juga latihan nyetir.

Pas nembung (izin) bapak, komentarnya langsung, "Apeh lahpo (mau ngapain) latihan nyetir barang (juga)?"

Lah mosok aku kudu jawab (apa iya aku harus jawab), "Aku pengen koyok (seperti) Go Ae Rin, Bapak. Hahaha."

Aku pengen jadi anak (tunggal) bapak yang bisa diandalkan. Embuh kapan? Saiki (sekarang), jelas, durung iso diandalke babar blas (belum bisa diandalkan sama sekali).

Hahaha.
Sudah, sudah, ini tukang ngereview drama korea abal-abal banget ya. Endingnya malah curhat. Maafkan 🙏

My Secret, Terrius ini rekomended banget untuk ditonton. Tentang Kim Bon, tetangga Go Ae Rin, nggak aku bahas. Soalnya sing nyantol banget di film ini ya sosok Go Ae Rin.


Kamu, kamu, kamu, sudah nonton drama korea yang satu ini? Tokoh mana yang paling nyantol di hati kamu?